AMSTERDAM, – Setidaknya 58 pesilat senior
dari 13 Perguruan Silat Indonesia yang ada di Belanda melakukan pedalaman
“Jurus Wajib” Pecat Silat Indonesia dengan instruktur Cecep Arif Rahman.
Dok KBRI Den Haag |
Sebagaimana informasi yang diterima dari Bonifatius
Agung Herindra, Ministrer Counsellor Pensosbud KBRI DenHaag melalui email
mengatakan program Coaching Clinics yang dilakukan instruktur Pencak Silat
Indonesia, Cecep Arif Rahman berlangsung di Ruang Nusantara komplek kedutaan.
Program Coaching Clinics, yang merupakan program
tahunan KBRI Den Haag bagi Perguruan Pencak Silat Indonesia di Belanda, dibuka secara resmi oleh Kuasa Usaha Ad
Interim KBRI Den Haag, Ibnu Wiwoho Wahyutomo.
Sebelumnya, pada
tahun 2013, Sekretaris Umum IPSI Erizal Chaniago dan Sekretaris Jenderal
PERSILAT, Teddy Suratmadji juga memberikan program pelatihan serupa di Den Haag.
Instruktur silat, Cecep Arif Rahman mengawali kegiatan
coaching clinics, dengan menjelaskan kembali nilai-nilai luhur yang harus
dipegang oleh setiap pesilat.
Pencak Silat merupakan bagian tradisi yang hidup dalam
masyarakat Indonesia, memiliki nilai kemasyarakatan, lingkungan alam maupun
dalam hubungan dengan penciptanya.
Setiap gerakan dalam ilmu beladiri Indonesia,
senantiasa terkandung: makna, tujuan dan rangkaian gerak logis, yang memadukan diantaranya apek kecepatan (speed), irama (rhythm) kekuatan
(power), daya tahan (stamina) dan keindahan (beauty) gerakan.
Dalam program tersebut, seluruh pesilat dari Perguruan Gerak Saka; PD Senam; Manyang Eropa; Setia Hati Terate; Mande Muda
Mawar Suci; Nusahitu Solemata; Permasit, Parahiyangan; Tri-Bhakti; Merpati
Putih; Silek Tuo Minang; Bintang Lima; dan Pamor Badai, belajar dan
mempraktekan jurus wajib tunggal dan ganda.
Dengan memperhatikan aspek irama, kecepatan, kekuatan
dan keindahan, para pesilat dilatih untuk menyelesaikan setiap bagian dari
jurus wajib dalam waktu 18 detik secara benar.
Cecep Arif Rahman, juga mengingatkan bahwa dalam
setiap kompetisi, aspek gerakan dan
variasi gerakan yang benar harus menjadi perhatian utama para pesilat.
Pesilat senantiasa berkonsentrasi untuk mencegah
terjadinya kesalahan gerakan. Karena dalam penilaian, juri pertandingan
cenderung menghitung, seberapa banyak kesalahan gerakan telah dilakukan.
Untuk Jurus Wajib Beregu, pesilat diminta kreatif dalam hal membangun formasi.
Disamping aspek pemanfaatan ruang arena (blocking) patut menjadi perhatian
Para pimpinan Perguruan Pencak Silat Indonesia di
Belanda dan peserta, menyatakan puas dengan materi coaching clinics dan metode pelatihan dari
Instruktur Cecep Arif Rahman.
Para pesilat, belajar tentang jurus wajib yang belum
semua dipahami dan dikuasai secara benar.
Para pesilat Belanda juga mendapatkan teknik dan cara mempraktekkan
jurus wajib secara efisien. Disamping
belajar bagaimana menjaga daya tahan, mengatur kecepatan, menata ritme dan
mengekspresikan kekuatan dalam setiap
gerakan.
Dalam kegiatan coaching clinics tersebut, 13 Perguruan
Pencak Silat Indonesia di Belanda berkesempatan mempertunjukan ketrampilannya,
baik secara tunggal maupun beregu sesuai aliran masing-masing.
Hadir dalam acara tersebut para Pimpinan Peguruan dan
para sesepuh antara lain: Ph.J.C.
Tönjes/ Glr. Sanjoto (Stichting Asli);
Supriyono (Merpati Putih); H. Tulallessy (Mande Muda Mawar Suci); Rein
Rellum (Gerak Saka); Nick Smith (Bintang Lima); George F de Groot (Tri Bhakti);
J.E. van der Geugten (PD Senam); Don Kessing (Manyang Eropa); Stanley Bonora (Silek Tuo Minang) Leo Lindeman (Parahiyangan); Gijs Copic (Permasit); Ad ten Have (Nusahitu Solemata); Richard
Colli (Manyang Eropa).
for info > ervanca@gmail.com
twitter.com/Lorcasz