JAKARTA, - Pulihnya kembali hubungan antara Amerika
Serikat dengan Kuba yang sempat membeku selama hampir 50 tahun lebih disambut
positif oleh dunia termasuk Indonesia
Melalui siaran persnya yang dikirimkan melalui email,
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri RI menyambut baik rencana
pemulihan hubungan kedua negara tersebut .
Istimewa |
“Indonesia menyambut baik rencana pemulihan hubungan
AS-Cuba termasuk hubungan diplomatic antara kedua negara tersebut,”demikan isi
penjelasan Kemlu RI
Pemerintah Indonesia selalu menyerukan pencabutan
embargo ekonomi terhadap Kuba yang berdampak buruk bagi kehidupan ekonomi dan social
rakyat Kuba.
Seperti diketahui, pencabutan embargo ini disampaikan
melalui pemungutan suara di forum PBB yang telah berlangsung sebanyak 23 kali
sejak tahun 1992.
Pada pemungutan terakhir pada 28 Oktober 2014 lalu,
Indonesia tetap mendukung rancangan resolusi PBB : Necessity of ending the
economic, commercial and financial embargo imposed by the United States of
America against Cuba yang kemudian didukung oleh 188 negara dan diadopsi menjadi
dokumen resolusi PBB No. A/69/5.
Sebagai informasi, Kuba dan Amerika Serikat adalah
musuh abadi yang sudah diketahui secara global dimana secara ideology sejak
revolusi 1959 dimana menempatkan Fidel Castrol, kaka daripada pemimpin Kuba
saat ini, Raul Castro.
Terkait dengan situasi tersebut, Amerika Serikat
memutuskan hubungan diplomatic dengan
Kuba pada tahun 1961 karena negara tersebut menjadi kiri dan sekutu dekat Bekas
Uni Sovyet di pulau yang terletak hanya 140 kilometer dari Florida.
Efek dari pemutusan hubungan diplomatic tersebut penuh
dengan drama seperti krisis mata-mata, pengungsi dan yang paling fenomenal
adalah rudal Kuba pada Oktober 1962 yang membuat gembar dunia terancam perak
nuklir.
Fidel Castro sendiri akhirnya memberikan mandate
negara kepada adiknya Raul Castro pada tahun 2008 lalu dengan mempertahankan
sistem politik satu partai.
Kontak Blog > ervanca@Gmail.com
Twitter.com/Lorcasz