Rabu, 12 September 2012

Morotai, Awal Dari Hubungan RI-AS

Mungkin sebagian dari kita tidak tahu apa dan dimana Pulau Morotai tersebut, namun kawasan ini memiliki histori yang mendalam dan awal hubungan antara Indonesia dan Amerika Serikat. 

Menurut Kolonel William Davis dari MacArthur Memorial Museum mengatakan bahwa Morotai bukan seperti Iwo Jima tetapi peran dari daerah tersebut sangat penting yaitu sangat vital untuk kemenangan sekutu di perang pasifik termasuk dalam pembebasan Filipina dan Kalimantan serta memungkinkan sekutu memotong persediaan logistic untuk Jepang. 

“Morotai adalah sangat vital untuk kemenangan sekutu di Perang Pasifik termasuk dalam pembebasan Filipina dan Kalimantan serta untuk memotong persediaan vital untuk tentara Jepang yang berkekuatan sekitar 200 ribu orang,” ucapnya dalam sebuah diskusi yang diadakan di Pusat Kebudayaan Digital Amerika Serikat, @atamerica, Jakarta, Senin (10/9) 

Dalam sejarah Morotai sendiri setidaknya adalah dua tokoh yang sangat berjasa bagi kedua negara yaitu Petit Muharto Kartodirdjo serta Bobby Freeber dimana kedua orang ini turut andil dalam perjuangan kemerdekaan termasuk diantaranya merintis cikal bakal lahirnya Angkatan Udara Republik Indonesia. 

Sebagai informasi, Sejarah itu bermula pada September 1944, ketika Jenderal Douglas MacArthur membawa ratusan pesawat Sekutu ke Morotai. MacArthur memilih pulau itu karena posisinya sangat dekat dengan Filipina dan berada di sisi Samudera Pasifik. Dalam waktu tiga bulan Morotai menjadi pulau militer. 

Sebagai pusat konsolidasi pasukan Divisi VII Angkatan Perang Amerika Serikat yang tengah menaklukkan Jepang, MacArthur memboyong 3.000 pesawat tempur sekutu, terdiri dari pesawat angkut, pengebom, dan 63 batalion tempur ke Morotai. 

Hasilnya, Amerika dan Sekutu berhasil melumpuhkan Jepang melalui Filipina. Peninggalan Perang Dunia II tidak hanya landasan pacu. Di Pulau Zum Zum, dekat dengan Morotai, terdapat bungker tentara Amerika Serikat. 

Dulu bungker ini menjadi tempat persembunyian senjata dan tentara Amerika. Sedangkan di antara hutan mangrove terdapat gua tempat tentara Jepang bertahan.

@atamerica, 100912

Petit Muharto Kartodirjo dan Bobby Freeber, Tokoh Dibalik Hubungan RI-AS

Mungkin hingga kini tidak ada yang mengenal siapa dan apa peranan dari dua tokoh beda kewarganegaraan yaitu Petit Muharto Kartodirjo dan Bobby Freeber namun dari kedua tokoh ini akan terkuak tentang hubungan antar negara yaitu Amerika Serikat dan Indonesia. 

Sebagaimana di ceritakan oleh sang Putra Petit Muharto Kartodirdjo, Eko Muhatma Kartodirdjo, awal mula bertemua dan bersahabat ayahnya dengan Bobby Freeber dimulai ketika di Singapura untuk membujuk beberapa maskapai penerbangan untuk terbang ke Indonesia termasuk diantaranya CALI (Philipina), Cathay Pasific (Hongkong), South Eastern Airways. 

“Ayah saya bertemu Bobby Freeber di Singapura ketika itu sedang membujuk beberapa maskapai untuk terbang ke Indonesia,dan Bobby Freeber bekerja sebagai pilot carter pada CALI” ucapnya ketika berbicara dalam sebuah diskusi di Pusat Budaya Digital Amerika Serikat, @atamerica, Jakarta, Senin (10/9) 

Menurut Eko, ayahnya yang memulai sekolah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini pada tahun 1940 dan masuk Akademi Militer pada 1946 mengatakan melakukan beberapa kali penerbangan dengan Bobby, Petit baru menyadari tampaknya Bobby ikut merasakan perjuangan kemerdekaan Indonesia dan merasa patut mendukung. 

Pada 6 Juni 1947, Bobby membeli pesawat Douglas C-47. Pesawat milik Bobby tersebut kemudian dicarter oleh AURI dan dengan saran Petit, diberi nomor registrasi RI002. Persahabatan itu tetap terjalin walaupun secara fisik tidak memungkinkan dimana Pada tanggal 1Oktober 1948, RI002 terbang ke Bukit Tinggi. Pesawat itu mengangkut 20 kg emas dari pertambangan Cikoto bersama muatan lain. Emas tersebut akan digunakan untuk membeli pesawat baru bagi Indonesia. 
Pesawat tersebut direncanakan terbang dari Yogyakarta ke Gorda lalu Tanjung Karang dan Bukit Tinggi diawaki oleh kapten dan pilot Bobby Freeberg, Ko-pilot Bambang Saptoadji, ahli teknik Sumadi, operator radio Suryatman, ko-pilot kedua Santoso dan wakil Bupati Banten, Samaun Bakri. 

Petit yang waktu itu tidak ikut penerbangan tersebut menanti kepulangan sahabat karibnya Bobby, ia berharap Bobby dapat menghadiri pernikahannya. 

Namun, Bobby tak kunjung datang, R1002 bagai hilang ditelan bumi. Baru 30 tahun kemudian, pada tanggal 7 April 1978, dua orang petani dari Sumatera yang tengah merambah hutan di gunung Punggur di bagian utara dari Lampung menemukan reruntuhan R1002. 

Petit Muharto Kartodirdjo dan Bobby Earl Freeberg telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia dan juga pendiri penerbangan militer di Indonesia. Bahkan Petit tercatat sebagai Atase Militer Udara pertama di Kedutaan Besar RI untuk Philipina pada periode 1955-1958 

Hingga akhir hayatnya pada tahun 2000, Petit masih terus mencari keberadaan sahabat sejatinya yang hingga kini belum diketahui keberadaannya. Petit Muharto Kartodirdjo dan Bobby Earl Freeberg adalah laki-laki pemberani dan idealis, yang rela berkorban demi kejayaan Indonesia. 

Namun sayang, sampai detik ini keduanya belum pernah menerima penghargaan apapun atas jasa-jasanya dari asal negara mereka. 

@atamerica 100912