Kamis, 30 Januari 2014

Melihat Banjir DKI




Sebenarnya tulisan ini dan kejadiannya sudah berlalu namun mumpung baru sekarang bisa nulisnya hehehe…
Ini berawal dari ngobrol ngarul ngidul di arena group telepon antara sesama penggiat pendidikan yang ingin melakukan kegiatan serupa seperti Purwarkarta lalu sekarang di Lebak.

Karena satu lain hal, yang Lebak terpaksa dimundurkan waktunya dan tiba-tiba salah satu anggota group mengatakan kalau ada sekolah di kawasan Petamburan dijadikan tempat pengungsian korban banjir.

Tanpa ba bi bu lagi akhirnya putuskan untuk menggantikan lokasi dari Lebak menuju Petamburan dengan segala persiapan.

Dimulai dari survey, pembuatan poster kampanye dan lainnya dikerjakan melalui udara (gaya banget dach namun secara bermodalkan Whatsapp doank hehehe)

Selama (kalau ndak salah) seminggu kegiatan itu siap dieksekutor dengan spotanitas mulai dari buzzer poster di twitter, FB masing-masing individu maupun lewat akun komunitas.

Setelah bergerilya kesana kemari akhirnya pada Minggu  Januari 2014 rencana itu pun terlaksana, w pun berangkat dari rumah sekitar pukul 07.30 lewat.

Dengan angkutan umum (seperti biasa, tidak mau memacetkan Jakarta) menyusuri paginya Jakarta hingga tiba di depan RS Pelni sebagai tempat berkumpulnya seperti yang dijanjikan.

Setelah celingak-celinguk karena tidak mendapatkan tempat duduk untuk menunggu, karena tidak menemukan tempat duduk dimana pun yang enak terlebih adanya kegiatan pengasapan yang mengganggu akhirnya w keluar dari areal RS untuk sekedar mencari kenikmatan udara pagi di kawasan yang bagi w ngeri-ngeri sedap karena sstt (berbisik ) ini daerahnya Bibieb Rizieq terkenal dengan seruan maut sambil acung-acung bamboo runcing hhuahahahaha (sstt..katanya bisik-bisik)

Setelah keluar w menemukan surga yaitu (bukan promosi yaak) tempat paling menyenangkan yaitu 711 (eja dalam bahasa English) walau ketika masuk kedalam harus menyapa penghuni tenda yang berseragam biru gelap dengan potongan rambut cepak (baca: Brimob)




Di dalam pun w memesan air mineral dan roti untuk dikunyah (maklum coy belum sarapan) setelah membayar w agak bingung harus duduk dimana karena di dekat meja bar ada meja yang biasa ditaruh di luar kini berada didalam yang diduduki ada tiga orang seperti satu keluarga.

Selama w makan, ntu bertiga berisiknya minta ampun dach mulai soalnya kenapa belum merit amp pendidikan (berat banget ya, pagi-pagi curhatnya seperti itu huahaha)

Akhirnya setelah makan dan mendengarkan curhat pagi ndak jelas w pun perhatikan whatsapp dari kakaka ID berkibar dan menemukan bahwa salah satu dari kaka-kaka itu sudah berada di depan RS Pelni.

Singkat cerita sudah pada datang para kaka-kaka terbaik dari ID Berkibar di lokasi yang menjadi titik temu kami sambil mencari informasi bagaimana cara kami masuk dan mengedarkan bantuan.

Akhirnya diputuskan untuk berjalan kaki masuk dari gang sebelah warung 711 (dalam bahasa English) dan sebagian diangkut pake motor kebetulan ada dua biji biar efektif.




Namun sebelum ke tempat kejadian, w melihat dengan mata sendiri (ya ealah pake mata sendiri mang pake mata najwa) bagaimana lumpur bekas banjir ntu menggenang dan yang parah adalah lumpurnya itu adalah berwarna hitam !!









Sambil nungguin barang yang akan diangkut pake motor, w pun melihat bagaimana aktivitas warga tersebut dalam membuang lumpur tersebut walau agak bingung juga apakah bisa lumpur itu dibuang ke selokan sementara selokan itu adalah faktor pembuka dari luapan yang menghasilkan banjir ?!

Akhirnya kami tiba di sekolah yang menjadi tempat pengungsian para korban banjir, setelah menunggu lama karena beberapa keluarga kembali ke rumahnya untuk mencheck keadaan rumah namun ada saja beberapa orang sekitar tersebut yang mencoba “kepo” bahkan ikut-ikutan pengen dapat sumbangan (Indonesia gitu loh #ehh)

Setelah menunggu lama kami pun masuk ke dalam arena sekolah yang ternyata sekolah negeri dengan gedung yang cukup bagus dan sedikit terawatt walau papan nama sekolah itu sudah hilang beberapa hurufnya.

Serah terima pun berupa peralatan pembersih ruangan, makanan-minuman dan beberapa perlengkapan bayi pun berpindah dari ID Berkibar dan Rotaract Semanggi kepada warga setempat yang mengungsi di sekolah tersebut.







Setelah serah terima dan berphoto bersama akhirnya kita semua meninggalkan tempat tersebut tapi sebelum menuju ke depan kita pun berkumpul di depan sekolah untuk membahas rencana selanjutnya yaitu, SD di Karet Tengsin.

Petamburan, 260114

@Lorcasz

Minggu, 12 Januari 2014

Ketika Hujan Membasahi Jabodetabek



Banyak orang mengatakan bahwa hujan turun pertanda rejeki akan melimpah, mungkin itu bisa di-iyakan tapi bagaimana kalau hujan itu turun sepanjang hari apakah nantinya seimbang dengan rejeki yang diterima ?

Seperti yang terjadi hari ini Minggu (12/1) mulai dari pagi hingga tulisan ini dibuat hujan terus mengguyur rumah w di Kota Bekasi dan sejumlah daerah di Jakarta bahkan kos-kosan cewek w pun tidak luput dari hujan ini.



Tradisi hujan di awal tahun setiap tahunnya sudah menjadi kebiasaan karena selalu dikaitkan dengan perayaan Tahun Baru Tiongkok, Imlek yang tahun 2014 ini jatuh pada tanggal 31 Januari mendatang.

Dan sepanjang awal tahun setiap tahun di Jakarta akan selalu ada daerah bahkan banyak daerah pun ikut banjir paling tidak hingga satu bulan mendatang.

Semoga hujan hari ini hingga besok tidak berdampak parah kalau sekarang banyak yang lagi mengungsi dan mengharapkan bantuan


@Lorcasz

Sabtu, 11 Januari 2014

Pensiunkan Akun PATH



Masuk pekan kedua di tahun yang baru ini, public Indonesia dikejutkan dengan sebuah berita dimana jejaring sosial yang hanya menampung 150 teman ini, PATH telah mendapatkan dana segar senilai USD25 juta atau sekitar IDR304 miliar.

Kalau dana segarnya tidak masalahnya, yang jadi masalah adalah orang yang memberikan dana itu siapa kalaupun warga asing tidak masalah lah justru berterima kasih karena perhatikan keberlangsungan Path dikalangan para banci jejaring sosial.

Namun apa jadinya kalau yang memberikan dana segar itu adalah orang Indonesia tapi memiliki rekam jejak yang buruk bagi warga negerinya sendiri ?

Itulah yang terjadi, urutan pertama donator mereka di tahun 2014 adalah seorang taipan Indonesia yang beberapa belakangan ini memiliki rekam jejak yang buruk walau rekam itu bukan dari tangan kotor dia tapi adenya namun seperti ibarat pepatah, setitik nila rusak susu sebelanga.

W tidak perlu menyebutkan siapa taipan ini karena kalian semua tahu lah bagaimana rupa dia, doi sering muncul kok di iklan-iklan mulai dari versi India (tapi kok set nya di Padang) hingga bawa-bawa sejarah negeri.

Mungkin bagi dia dan keluarga uang sebanyak USD25 juta atau IDR 304 Miliar kecil ibarat satu-dua juta tapi bagaimana dengan lahan / kawasan yang menjadi usaha keluarga (terutama sang adik sebagai pemilik) yang ternyata hingga saat ini (w yakin masih terkatung-katung karena sudah tidak ada lagi media yang angkat) masih menyimpan “sampah” yang entah sampai kapan itu terangkut.

Pertanyaan w adalah ketika nominal USD 25 juta atau IDR 304 Miliar keluar dari koceknya KENAPA KEMARIN KETIKA peristiwa kubangan kerbau besar itu ada MENGAKU tidak punya uang ? dan minta dibayarin kepada negara lewat DOMPET NEGARA (BACA:APBN) dengan LABEL, BENCANA ALAM ?!

Tapi itulah bisnis dengan segala lika-likunya, kemaren bilang tidak ada duitnya lagi untuk bayar tapi sekarang malah bisa danain operasional jejaring sosial tersebut, padahal dana yang dia keluarkan kalau dibagikan kepada para korban dari tangan kotor sang adik tentunya akan membahagiakan para korban.

Padahal dengan dana sekitar IDR 304 miliar ini setidaknya para korban tangan kotor sang adik tidak lagi tidur di penampungan atau kontrak sana-sini.

Dengan dana sekitar IDR 304 miliar ini setidaknya para korban tangan kotor sang adik tidak lagi mengais-ngais tong sampah untuk mencari beberapa bulir nasi yang tidak dihabiskan oleh orang demi memenuhi kebutuhan perut sang istri atau anak mereka yang masih balita walau itu dari segi kesehatan tidak dianjurkan.

Dengan dana sekitar IDR 304 miliar ini setidaknya anak-anak korban tangan kotor sang adik tidak lagi harus menjual koran, barang bekas atau mungkin jual kelamin mereka demi beberapa bungkus nasi untuk mengenyangkan perut bapak-ibu-ade-kaka mereka atau untuk membeli peralatan sekolah mereka.

Bukan maksud sensasi atau gaya-gayaan tapi melihat dengan jelas bukan HOAX berita adanya aliran dana keluarga tangan kotor ini kedalam PATH dan berada peringkat nomor satu penyumbang dana, w memutuskan MENUTUP / PENSIUN kan akun PATH w !!

Kalau ditanya kenapa w menutup / pensiun kan akun PATH w bukan karena gaya atau sensasi biar disorot media (ngapain juga disorot media, wong w juga orang media !) tapi nurani w masih hidup cuy, daripada w main Path tapi di satu sisi ada beberapa puluh ribu kepala keluarga harus mengais-ngais, jual diri hingga gila karena ulah tangan kotor sebuah keluarga demi yang namanya KEUNTUNGAN !

Dan alasan w pun jelas kok seperti yang w tulis di atas, kalau pun nantinya w kembali aktif dalam PATH itu berarti piihak PATH sudah mendapatkan donator baru TAPI KALAU MASIH keluarga itu masih terus support maka  AKAN TERUS PENSIUN kan akun PATH w !!

Mau kasih pesan aja buat yang baca tulisan ini bukan maksud provokator tapi ada nilai penting dan itu tidak bisa dibayar atau di atur yaitu :

w udah pensiunkan akun PATH w pribadi,  terus lu masih akan update status lewat PATH yang ternyata didukung lewat uang yang HARUSnya bisa dinikmati para korban tangan kotor mereka ?! COBA TANYA NURANI ANDA ?!

Dan buat keluarga korban tangan kotor, Pak-Bu-Ka-De Path saya sudah saya tutup bukan untuk gaya atau sensasi tapi ini untuk keadilan kalian, karena kalian berhak mendapatkan apa yang menjadi HAK walau tidak tahu itu kapan kembali seperti semula..

Dan tepat pukul 21.00 WIB Sabtu 11 Januari 2013 AKUN PATH RHESZA LORCASZ TUTUP / UNINSTALL !!

@Lorcasz



30 Jam Merayakan Natal di Cirebon (Bagian II)


Malam itu pun kami tidur, pada sekitar pukul 04.00 w bangun karena seperti kebiasaan kalau tidur bukan di tempat tidur w sendiri pasti bangun nya selalu terlalu pagi.

Dan ketika sedang menyambung nyawa, tiba-tiba w dikagetkan ada ketukan pintu dan kehebohan dari dapur dan pintu depan, karena ruangan masih redup tapi samar-samar w lihat c Lae ama ito yang punya rumah kok keluar sambil bawa termos nasi dan kembali bawa keranjang.

Dan dari situ w baru tahun kalau hidangan yang tersaji adalah hasil kreasi dan kreatif dari sang Katering, oalaahh jadi ga enak banget.

Akhirnya pukul 06.00 pada bangun semua dan mengantri untuk mandi bersiap-siap ke Gereja kali ini ibadah pagi ada dua yaitu pukul 07.00 dan 09.00 kami pun memilih kebaktian pada pukul. 09.00

Ega, Anas dan Egi serta Bapak milih untuk tinggal dan hanya w ama nyokap pergi ke gereja bersama keluarga c Lae dan cowok dari Ka Fika.

Pada pukul 08.00 kami pun pergi dengan menggunakan satu mobil yaitu mobil c Lae menuju GKI Pengampon dengan rute yang sama dengan kemarin.

Begitu sampai ternyata parkiran penuh terlebih ibadah pertama pukul 07.00 belum selesai setelah lihat sana-sini akhirnya dapat parkiran di depan sebuah warung depan sekolah Penabur.

Jarak dari parkiran dengan gereja lumayan lah, kami berjalan begitu tiba dihalaman gereja ternyata sudah banyak orang yang sedang menunggu termasuk Ibu Pendeta yang akan memimpin ibadah.

Akhirnya kami pun masuk ke dalam setelah pintu gereja di buka dengan dibarengi Pendeta berdiri di depan pintu untuk menyambut dan menyalami para jemaat.

Sambil menunggu kami pun berdiri di samping tangga, setelah dikira kosong kami pun masuk ke dalam dengan disambut oleh Ka Kristia Claff, dia adalah pacar dari Bambang, karyawan LAI yang juga aktivis KKPA, setelah bersalaman kami pun mencari tempat duduk dan duduk sebaris.

Dalam kebaktian Natal ini, selain khotbah ada juga penampilan kembali dari Lidya Noorsaid bersama dengan anaknya.

Mereka berdua membawakan lagu rohani, dan Lidya Noorsaid pun memberikan kesaksian bagaimana kehidupan dia secara Kristen serta pelayanan-pelayanannya yang tidak mengenal lelah apalagi harus dilalui dengan yang sangat kontras dengan kehidupan ibukota misalnya dalam hal sanitasi air dan tidur yang boleh dibilang sangat sederhana.

Ada sekita tiga lagu dibawakan oleh Lidya Noorsaaid yang mendapatkan apresiasi dari para jemaat termasuk ketika menyanyikan lagu rohani dengan paduan musik ala campur sari yang mungkin bagi kita tidak lah mungkin lagu rohani dengan musik seperti itu namun itulah Lidya Noorsaid membuatnya dan cukup enak didengar.

Kelar ibadah, karena banyaknya jemaat yang keluar akhirnya kami pun menunggu di dalam sambil menyalami jemaat yang menghampiri seraya mengucapkan selamat tahun baru, disamping itu juga menunggu c Lae lagi membuat laporan dan menghitung kolekte.

Sambil menunggu ya seperti pada malam Natal, semalam kurang apdol lagi untuk photo dan kali ini adalah para weyce-weyce yaitu Ka Fika dan Fisa, mamanya dan emak w huahahaha…


Berbagai gaya dikeluarkan kaka beradik ini dalam satu objek yaitu pohon Natal bahkan photo bertiga bersama mamanya dan bertiga bersama dengan cowok Ka Fika serta berempat bersama emak w.



Sambil menunggu, tiba-tiba dapat telepon dari rumah kalau mobil yang kami pake menuju Cirebon terdapat kerusakan pada porseneling, jadi ceritanya ade w ama istriny mau beli pesenan bapaknya yaitu kepiting dan bernostalgia karena c Anas pas kecil hidup di kota ini.

Ketika mau keluar komplek, mobil rentalan tersebut agak bermasalah setelah dibawa ke bengkel diketahui porseneling ke mesin bermasalah, bisa dibawa tetapi tidak bisa jauh-jauh seperti ke Jakarta karena berdampak luas.

Karena yang punya mobil rentalan lagi natalan di gereja jadinya hp nya ga bisa dihubungi, sambil menunggu itu emak w tiba-tiba ada ide langsung menuju konstitori untuk ngobrol dengan Lidya Noorsaid.

Setelah ngobrol-ngobrol kami pun kembali ke rumah karena mendapatkan informasi yang tidak mengenakkan.

sesampai di rumah kami pun makan siang, sambil menanyakan kejadian kepada supir kami pun makan siang bersama.

Setelah makan siang, kami pun langsung gelar perkara bagaimana caranya bisa pulang selain opsi tidak menggunakan mobil ditambah Ega ama Anas harus meninggalkan Cirebon besoknya sudah kerja.

Emak w pun menghubungi rental untuk kasih laporan dan minta solusi sementara w, Ega, Anas dan Egi coba check tiket kereta dibantu ama Ka Fika.

Setelah tidak mendapatkan jawaban yang tidak sesuai harapan akhirnya kami pun mencari tiket kereta paling tidak untuk Ega dan Anas termasuk w, setelah mencari-cari ternyata ada tiket pas untuk berenam dan berangkat pukul 17.15 dari stasiun Cirebon.

Kepastian tiket dan kereta ada pada pukul 13.00 akhirnya c Lae bersama Ega, Anas, Egi dan Ka Fika pun berangkat ke stasiun untuk tebus tiket karena tidak bisa dipesan baru dibayar. Kami pun mendapatkan enam tiket kereta api Cirebon Express (CirExs ya bukan Cireng huahaha)

Selama mereka di stasiun, w pun berberes apa yang bisa dibereskan dengan simple sehingga tidak banyak muatan karena beralihnya dari menumpang mobil ke kereta namun nyatanya tetap aja banyak karena banyak perintilan yang di kasih di Ito tuan rumah huahahaha..

Rombongan pencari tiket pun tiba dirumah pukul 14.00 semua masalah teratasi untuk sementara waktu, dan sang sopir pun berpamitan kepada kami dengan tidak enak karena masalah ini, kami pun memakluminya bahkan kami juga sebenarnya tidak tega tapi mau bagaimana toch yang salah bagian management rentalnya.

Kami pun menyiapkan makanan dan segala kebutuhan sang supir jika memang mobil tidak bisa digunakan saat tengah jalan.

Setelah sopir itu pergi sambil menunggu waktu akhirnya kami melakukan ritual ntal ala kaum batak yaitu mandokhata (ngucapin selamat natal dan harapan-harapan) sambil mempelonco pacar dari si ka Fika hehehehe…

Kelar acara mandokhata dan karena sudah menunjukkan waktu pukul 16.00 kami pun berangkat dengan diantar c Lae dan Ito menuju stasiun Cirebon yang jaraknya lumayan dekat dari rumah mereka.


Setibanya di stasiun, seperti tidak jauh berbeda dengan Gambir, Senen, dan Jatinegara kami pun seperti artes dikerubungi para porter kereta yang ingin meminta tanda tangan (eehh salaahhh) membantu bawa barang kami.
Namun karena c Lae dan Ito punya kenalan porter yang biasa bantu Ka Fika atau Fisa pas balik ke Jakarta dan Puertoriko eeh salah maksudnya Purwekerto, barang-barang kami pun dibawa ke dalam

Didalam, Ega pun langsung lakukan check-in terhadap enam tiket kami dengan melampirkan KTP masing-masing, setelah check ini kami pun berpisah dengan lae dan ito yang sudah menerima kami selama 24 jam lebih di rumah sebelum keluar menuju peron.


Kami pun keluar ke arah peron untuk menuju ke jalur 4 tempat kereta kami ke Jakarta, sempat melihat Ito dan Lae kami berada di pagar, kami pun melambaikan tangan, kami pun masuk ke dalam kereta dan mencari tempat duduk yang sesuai dengan tiket.

Akhirnya pukul 17.15 kereta kami Cirebon Ekspress pun berangkat meninggalkan cerita dari Cirebon untuk menuju Jakarta dalam waktu tiga jam mendatang.


Selama perjalanan kami melihat kanan-kiri dengan pematang sawah dan hujan rintik-rintik bahkan w sempat tidur.

Ketika pemeriksaan tiket, kami dikejutkan dengan petugas bahwa di Jakarta turun hujan lebat dan angin kencang bahkan di wilayah Bekasi banjir menggenangi stasiun sehingga kemungkinan agak telat sampai dari waktu yang tertera.

Dan benar saja ketika sampai di wilayah Bekasi, walau gelap Egi dan Anas bersama emak w melihat bagaimana Bekasi TImur terendam air karena hujan lebat.


Kami pun tiba di stasiun Gambir pada pukul 21.00, dengan capek dan lelah kami pun menuju pangkalan taksi yang ada, Ega pun memanggil taksi yaitu taksi warna putih

Akhirnya w, bapak, emak w dan Egi pun naik taksi tersebut, keluar dari Gambir taksi kami pun melaju menuju patung tani ke arah Cempaka Putih.

Namun apa yang terjadi ternyata si supir ngantuk berat namun dirinya masih pede abis, tanda-tanda ngantuk c supir ketika lepas bayar tol, kok taksi agak melipir ke kiri pas mau naik ke tol nya.

Begitu sampai di atas tol nyaris taksi kami berhenti sesaat dan melipiri ke kiri begitu juga pas turun serta keluar tol di Jatibening, dan di kalimalang pun sempet tidur pula dia.

Akhirnya kami pun sampai di rumah pukul 22.30 dengan membayar argo taksi IDR 102 ribu, kami pun memasukkan barang-barang ke dalam rumah tanpa membongkarnya karena sudah letih dan capek.
Kami pun akhirnya tidur setelah check rumah dan kunci semua pintu.

Itulah perjalanan kurang dari 30 jam dari w dan keluarga w ke Cirebon, banyak cerita di dalamnya walau kami tidak kemana-mana karena Cirebon hujan dan juga kondisi mobil paling tidak kami bisa merayakan dan merasakan Natal di tengah warga Cirebon.

Dan sampai hari ini hak kami sebagai pengguna rental termasuk penggantian enam tiket kereta api yang dijanjikan belum dibayarkan oleh pengelola rental !


@Lorcasz

30 Jam Merayakan Natal di Cirebon (Bagian I)




Ini kembali tentang kisah w kali ini bersama keluarga mencoba merayakan Natal dengan suasana beda lain daripada yang lain.

Kali ini w dan keluarga akan merayakan Natal di luar rumah dan di luar Bekasi yaitu di Kota Udang, Cirebon, Jawa Barat, pasti bertanya kenapa harus merayakan Natal di Cirebon ?

Ini terlepas dari keisengan ade w yang minta merayakan Natal di luar rumah dan juga karena sodara-sodara yang biasa secara tradisi perayaan Natal dan Tahun baru datang kali ini memilih intropeksi di rumah masing-masing.

Akhirnya perjalanan itu pun dijalankan, tanggal 24 Desember 2013 pukul 05.15 kami berangkat menunju Cirebon sebelum berangkat menuju ke sana terlebih dahulu jemput ade w yang udah merit sama istrinya.


Begitu udah jemput akhirnya berangkat kami berenam bersama supir rental menuju Cirebon keluar Taman Galaxy menuju arah jalan Pekayon Raya nembus ke tol Bekasi Barat.

Agak sedikit macet di tol yang menuju ke Cikarang namun lepas dari Cikarang semua dikondisikan lancar dan kami pun melakukan istirahat sebanyak dua kali

Istirahat yang pertama di KM23 (maaf kalo salah) untuk sekedar melenturkan badan karena hampir dua jam duduk di mobil jenis Avanza, setelah sekitar lima belas menitan kami beristirahat kami lanjut kembali hingga menuju peristirahatan selanjutnya yaitu di KM57 yang katanya terbaik di Indonesia.

Di KM57, c babe nyari sarapan akhirnya ketemu yaitu bubur ayam walau katanya sich ndak enak, yang aneh dari rest area ini adalah di salah satu minimarket tidak terdapat permen akhirnya dapat di sebuah minimarket 24jam saingan minimarket yang namanya berangka-angka (tau donk maksudnya siapa hehee)

Kelar dari KM57 kami lanjut perjalanan ke Cirebon yang jalan lurus terus tanpa kelok-kelok kayak di puncak, w sempet ketiduran (ya maklumin aja secara berangkatnya udah jam berapa pagi2 buta hehehe)

Akhirnya masuk ke areal yang kata orang itu jalur tenggorak atau jalur maut yaitu Pantura, banyak sekali lalu-lalang kendaraan dan pastinya udara di daerah tersebut puanaass ne poll abis-abisan.

Bahkan di satu kota cuacanya sangat-sangat panas sampai volume penyejuk udara di mobil (baca: AC) yang biasanya satu sudah dingin, nich tembus volume tiga hingga keluar asapnya masih tidak berasa dinginnya..









Singkatnya ketika masuk Kota Cirebon, kami langsung ke kanan-kiri menjadi patokan untuk masuk ke rumah tempat lae w tinggal, lewatin pasar, bengkel dan akhirnya masuk di komplek perumahan yang ternyata depannya adalah komplek militer armada pertahanan udara (Arhanud) TNI.

Pukul 11.30 kami tiba dirumah sang lae yang boleh dibilang lumayan sejuk dan nyaman tipe rumah orang Indonesia.

Setelah beres-beres taruh barang, akhirnya bisa selonjoran sambil cerita-cerita sepanjang perjalanan, begitu pukul 12.00 kami pun makan siang, namun sebelum makan siang emak-bapak w siapain sesuatu yang biasa menjadi ritual di adat batak yaitu, sihol-sihol dengan membawa ikan mas kepada tuan rumah.

Setelah acara ritual, kami pun makan siang bersama dengan menu yang ternyata pesanan catering (waduh jadi ndak enak padahal mah niat nya makan apa aja yang menjadi khas di daerah itu)
Kelar makan siang, kami pun bersantai sejenak ada yang ngobrol, c bapak milih istirahat di kamar Fisa anaknya c lae dan w pun tidak jauh dari laptop sambil upload berita karena piket hehehe..

Berhubung acara kebaktian gereja di GKI Pengampon tempat c lae ibadah dan juga sebagai majelis pukul 17.00 dan sesuai dengan menjadi kebiasaan kalau Natal pasti banyak yang datang makan jam 16.00 pun sudah harus jalan.

Kami pun siap-siap macam anak kost satu persatu menunggu giliran mandi, setelah semua siap pas pukul 16.00 pun kami berangkat menuju GKI Pengampon, rute yang ditempuh pun mengingatkan w dengan kawasan Kota Tua dan Bandung Selatan dimana samping kanan-kiri banyak bangunan-bangunan tua dan ternyata ketika w tanya ke c lae memang daerah tersebut juga disebut tidak jauh kayak kota tuanya Cirebon.


Dalam keadaan gerimis awet kami pun sampai di Gereja tersebut dan ternyata beberapa orang sudah muncul dan duduk manis di gereja sambil menunggu waktu ibadah kami pun duduk satu bangku sebaris sementara c lae sudah menuju ruang konstitori gereja.

W pun memperhatikan ternyata gedung gereja ini sangat besar dan menarik untuk di telaah dan yang membuat kagum adalah menggunakan perangkat teknologi digital dimana ketika jemaat tidak mendapatkan tempat duduk dan harus berada diluar pun bisa menikmati kebaktian melalui LCD yang terkoneksi lewat kamera CCTV yang kalau ndak salah berjumlah 16 buah dan terhubung semua.

Suasana malam Natal pun sangat nyata dengan beberapa nyanyian yang dipujikan oleh beberapa kelompok paduan suara jemaat yang ada di gereja tersebut terlebih pada perayaan malam Natal ini hadir pula Lidya Noorsaid dan puteri nya yang memberikan kesaksian tentang bagaimana dirinya mengenal Kristen yang sebelumnya memeluk agama Muslim serta pujian-pujian ciptaan beliau.





Kelar ibadah, sambil menunggu c lae kelar menjalankan tugasnya dalam ibadah ini, menjadi kebiasaan emak w dach kalau lihat objek yang menarik pasti diphoto dan itulah dimana ada pohon Natal yang sangat kreatif dari para pemuda dan jemaat gereja tersebut dijadikan objek photo narsis tidak hanya emak dan keluarga tetapi warga jemaat lainnya.

Setelah berphoto ria dan c lae sudah dengan tugasnya akhirnya kami pun kembali ke rumah, rute yang dilalui pun sama tidak jauh berbeda, namun sepanjang jalan pulang pun lirak-lirik bagaimana kehidupan malam warga Cirebon ini dibawah guyuran hujan w melihat bagaimana ada pabrik tembakau atau rokok milik BAT dan tentunya adalah Rumah Tahanan Kelas I Cirebon yang arsitekturnya seperti LP Cipinang huahahaha…

Kami pun sampai dirumah, begitu dirumah kami pun berberes dan juga makan malam, sepanjang malam mengobrol karena tidak mungkin keluar hujan pun sepertinya awet..

Entah pukul berapa, tiba-tiba kedatangan tamu yang ternyata anak dari c Lae yang paling gede pulang dari Jakarta secara tiba-tiba dijemput ama ade w dan istri serta ade w yang kecil bareng fisa dan kaget ketika nyampe rumah dilihat ada emak dan bapak w  hehehehe…

Akhirnya w pun tidur karena udah ndak kuat lagi buka laptop, w pun tidur di Kasur depan tipi bareng bokap, ade w dan pacar c kak Fika.

Dan disini dulu cerita halaman pertama dari dua halaman (macam c Anas Urbaningnum aja pake ada halaman-halaman huahahaha)

@Lorcasz