Kamis, 30 Januari 2014

Melihat Banjir DKI




Sebenarnya tulisan ini dan kejadiannya sudah berlalu namun mumpung baru sekarang bisa nulisnya hehehe…
Ini berawal dari ngobrol ngarul ngidul di arena group telepon antara sesama penggiat pendidikan yang ingin melakukan kegiatan serupa seperti Purwarkarta lalu sekarang di Lebak.

Karena satu lain hal, yang Lebak terpaksa dimundurkan waktunya dan tiba-tiba salah satu anggota group mengatakan kalau ada sekolah di kawasan Petamburan dijadikan tempat pengungsian korban banjir.

Tanpa ba bi bu lagi akhirnya putuskan untuk menggantikan lokasi dari Lebak menuju Petamburan dengan segala persiapan.

Dimulai dari survey, pembuatan poster kampanye dan lainnya dikerjakan melalui udara (gaya banget dach namun secara bermodalkan Whatsapp doank hehehe)

Selama (kalau ndak salah) seminggu kegiatan itu siap dieksekutor dengan spotanitas mulai dari buzzer poster di twitter, FB masing-masing individu maupun lewat akun komunitas.

Setelah bergerilya kesana kemari akhirnya pada Minggu  Januari 2014 rencana itu pun terlaksana, w pun berangkat dari rumah sekitar pukul 07.30 lewat.

Dengan angkutan umum (seperti biasa, tidak mau memacetkan Jakarta) menyusuri paginya Jakarta hingga tiba di depan RS Pelni sebagai tempat berkumpulnya seperti yang dijanjikan.

Setelah celingak-celinguk karena tidak mendapatkan tempat duduk untuk menunggu, karena tidak menemukan tempat duduk dimana pun yang enak terlebih adanya kegiatan pengasapan yang mengganggu akhirnya w keluar dari areal RS untuk sekedar mencari kenikmatan udara pagi di kawasan yang bagi w ngeri-ngeri sedap karena sstt (berbisik ) ini daerahnya Bibieb Rizieq terkenal dengan seruan maut sambil acung-acung bamboo runcing hhuahahahaha (sstt..katanya bisik-bisik)

Setelah keluar w menemukan surga yaitu (bukan promosi yaak) tempat paling menyenangkan yaitu 711 (eja dalam bahasa English) walau ketika masuk kedalam harus menyapa penghuni tenda yang berseragam biru gelap dengan potongan rambut cepak (baca: Brimob)




Di dalam pun w memesan air mineral dan roti untuk dikunyah (maklum coy belum sarapan) setelah membayar w agak bingung harus duduk dimana karena di dekat meja bar ada meja yang biasa ditaruh di luar kini berada didalam yang diduduki ada tiga orang seperti satu keluarga.

Selama w makan, ntu bertiga berisiknya minta ampun dach mulai soalnya kenapa belum merit amp pendidikan (berat banget ya, pagi-pagi curhatnya seperti itu huahaha)

Akhirnya setelah makan dan mendengarkan curhat pagi ndak jelas w pun perhatikan whatsapp dari kakaka ID berkibar dan menemukan bahwa salah satu dari kaka-kaka itu sudah berada di depan RS Pelni.

Singkat cerita sudah pada datang para kaka-kaka terbaik dari ID Berkibar di lokasi yang menjadi titik temu kami sambil mencari informasi bagaimana cara kami masuk dan mengedarkan bantuan.

Akhirnya diputuskan untuk berjalan kaki masuk dari gang sebelah warung 711 (dalam bahasa English) dan sebagian diangkut pake motor kebetulan ada dua biji biar efektif.




Namun sebelum ke tempat kejadian, w melihat dengan mata sendiri (ya ealah pake mata sendiri mang pake mata najwa) bagaimana lumpur bekas banjir ntu menggenang dan yang parah adalah lumpurnya itu adalah berwarna hitam !!









Sambil nungguin barang yang akan diangkut pake motor, w pun melihat bagaimana aktivitas warga tersebut dalam membuang lumpur tersebut walau agak bingung juga apakah bisa lumpur itu dibuang ke selokan sementara selokan itu adalah faktor pembuka dari luapan yang menghasilkan banjir ?!

Akhirnya kami tiba di sekolah yang menjadi tempat pengungsian para korban banjir, setelah menunggu lama karena beberapa keluarga kembali ke rumahnya untuk mencheck keadaan rumah namun ada saja beberapa orang sekitar tersebut yang mencoba “kepo” bahkan ikut-ikutan pengen dapat sumbangan (Indonesia gitu loh #ehh)

Setelah menunggu lama kami pun masuk ke dalam arena sekolah yang ternyata sekolah negeri dengan gedung yang cukup bagus dan sedikit terawatt walau papan nama sekolah itu sudah hilang beberapa hurufnya.

Serah terima pun berupa peralatan pembersih ruangan, makanan-minuman dan beberapa perlengkapan bayi pun berpindah dari ID Berkibar dan Rotaract Semanggi kepada warga setempat yang mengungsi di sekolah tersebut.







Setelah serah terima dan berphoto bersama akhirnya kita semua meninggalkan tempat tersebut tapi sebelum menuju ke depan kita pun berkumpul di depan sekolah untuk membahas rencana selanjutnya yaitu, SD di Karet Tengsin.

Petamburan, 260114

@Lorcasz