Sabtu, 11 Januari 2014

30 Jam Merayakan Natal di Cirebon (Bagian II)


Malam itu pun kami tidur, pada sekitar pukul 04.00 w bangun karena seperti kebiasaan kalau tidur bukan di tempat tidur w sendiri pasti bangun nya selalu terlalu pagi.

Dan ketika sedang menyambung nyawa, tiba-tiba w dikagetkan ada ketukan pintu dan kehebohan dari dapur dan pintu depan, karena ruangan masih redup tapi samar-samar w lihat c Lae ama ito yang punya rumah kok keluar sambil bawa termos nasi dan kembali bawa keranjang.

Dan dari situ w baru tahun kalau hidangan yang tersaji adalah hasil kreasi dan kreatif dari sang Katering, oalaahh jadi ga enak banget.

Akhirnya pukul 06.00 pada bangun semua dan mengantri untuk mandi bersiap-siap ke Gereja kali ini ibadah pagi ada dua yaitu pukul 07.00 dan 09.00 kami pun memilih kebaktian pada pukul. 09.00

Ega, Anas dan Egi serta Bapak milih untuk tinggal dan hanya w ama nyokap pergi ke gereja bersama keluarga c Lae dan cowok dari Ka Fika.

Pada pukul 08.00 kami pun pergi dengan menggunakan satu mobil yaitu mobil c Lae menuju GKI Pengampon dengan rute yang sama dengan kemarin.

Begitu sampai ternyata parkiran penuh terlebih ibadah pertama pukul 07.00 belum selesai setelah lihat sana-sini akhirnya dapat parkiran di depan sebuah warung depan sekolah Penabur.

Jarak dari parkiran dengan gereja lumayan lah, kami berjalan begitu tiba dihalaman gereja ternyata sudah banyak orang yang sedang menunggu termasuk Ibu Pendeta yang akan memimpin ibadah.

Akhirnya kami pun masuk ke dalam setelah pintu gereja di buka dengan dibarengi Pendeta berdiri di depan pintu untuk menyambut dan menyalami para jemaat.

Sambil menunggu kami pun berdiri di samping tangga, setelah dikira kosong kami pun masuk ke dalam dengan disambut oleh Ka Kristia Claff, dia adalah pacar dari Bambang, karyawan LAI yang juga aktivis KKPA, setelah bersalaman kami pun mencari tempat duduk dan duduk sebaris.

Dalam kebaktian Natal ini, selain khotbah ada juga penampilan kembali dari Lidya Noorsaid bersama dengan anaknya.

Mereka berdua membawakan lagu rohani, dan Lidya Noorsaid pun memberikan kesaksian bagaimana kehidupan dia secara Kristen serta pelayanan-pelayanannya yang tidak mengenal lelah apalagi harus dilalui dengan yang sangat kontras dengan kehidupan ibukota misalnya dalam hal sanitasi air dan tidur yang boleh dibilang sangat sederhana.

Ada sekita tiga lagu dibawakan oleh Lidya Noorsaaid yang mendapatkan apresiasi dari para jemaat termasuk ketika menyanyikan lagu rohani dengan paduan musik ala campur sari yang mungkin bagi kita tidak lah mungkin lagu rohani dengan musik seperti itu namun itulah Lidya Noorsaid membuatnya dan cukup enak didengar.

Kelar ibadah, karena banyaknya jemaat yang keluar akhirnya kami pun menunggu di dalam sambil menyalami jemaat yang menghampiri seraya mengucapkan selamat tahun baru, disamping itu juga menunggu c Lae lagi membuat laporan dan menghitung kolekte.

Sambil menunggu ya seperti pada malam Natal, semalam kurang apdol lagi untuk photo dan kali ini adalah para weyce-weyce yaitu Ka Fika dan Fisa, mamanya dan emak w huahahaha…


Berbagai gaya dikeluarkan kaka beradik ini dalam satu objek yaitu pohon Natal bahkan photo bertiga bersama mamanya dan bertiga bersama dengan cowok Ka Fika serta berempat bersama emak w.



Sambil menunggu, tiba-tiba dapat telepon dari rumah kalau mobil yang kami pake menuju Cirebon terdapat kerusakan pada porseneling, jadi ceritanya ade w ama istriny mau beli pesenan bapaknya yaitu kepiting dan bernostalgia karena c Anas pas kecil hidup di kota ini.

Ketika mau keluar komplek, mobil rentalan tersebut agak bermasalah setelah dibawa ke bengkel diketahui porseneling ke mesin bermasalah, bisa dibawa tetapi tidak bisa jauh-jauh seperti ke Jakarta karena berdampak luas.

Karena yang punya mobil rentalan lagi natalan di gereja jadinya hp nya ga bisa dihubungi, sambil menunggu itu emak w tiba-tiba ada ide langsung menuju konstitori untuk ngobrol dengan Lidya Noorsaid.

Setelah ngobrol-ngobrol kami pun kembali ke rumah karena mendapatkan informasi yang tidak mengenakkan.

sesampai di rumah kami pun makan siang, sambil menanyakan kejadian kepada supir kami pun makan siang bersama.

Setelah makan siang, kami pun langsung gelar perkara bagaimana caranya bisa pulang selain opsi tidak menggunakan mobil ditambah Ega ama Anas harus meninggalkan Cirebon besoknya sudah kerja.

Emak w pun menghubungi rental untuk kasih laporan dan minta solusi sementara w, Ega, Anas dan Egi coba check tiket kereta dibantu ama Ka Fika.

Setelah tidak mendapatkan jawaban yang tidak sesuai harapan akhirnya kami pun mencari tiket kereta paling tidak untuk Ega dan Anas termasuk w, setelah mencari-cari ternyata ada tiket pas untuk berenam dan berangkat pukul 17.15 dari stasiun Cirebon.

Kepastian tiket dan kereta ada pada pukul 13.00 akhirnya c Lae bersama Ega, Anas, Egi dan Ka Fika pun berangkat ke stasiun untuk tebus tiket karena tidak bisa dipesan baru dibayar. Kami pun mendapatkan enam tiket kereta api Cirebon Express (CirExs ya bukan Cireng huahaha)

Selama mereka di stasiun, w pun berberes apa yang bisa dibereskan dengan simple sehingga tidak banyak muatan karena beralihnya dari menumpang mobil ke kereta namun nyatanya tetap aja banyak karena banyak perintilan yang di kasih di Ito tuan rumah huahahaha..

Rombongan pencari tiket pun tiba dirumah pukul 14.00 semua masalah teratasi untuk sementara waktu, dan sang sopir pun berpamitan kepada kami dengan tidak enak karena masalah ini, kami pun memakluminya bahkan kami juga sebenarnya tidak tega tapi mau bagaimana toch yang salah bagian management rentalnya.

Kami pun menyiapkan makanan dan segala kebutuhan sang supir jika memang mobil tidak bisa digunakan saat tengah jalan.

Setelah sopir itu pergi sambil menunggu waktu akhirnya kami melakukan ritual ntal ala kaum batak yaitu mandokhata (ngucapin selamat natal dan harapan-harapan) sambil mempelonco pacar dari si ka Fika hehehehe…

Kelar acara mandokhata dan karena sudah menunjukkan waktu pukul 16.00 kami pun berangkat dengan diantar c Lae dan Ito menuju stasiun Cirebon yang jaraknya lumayan dekat dari rumah mereka.


Setibanya di stasiun, seperti tidak jauh berbeda dengan Gambir, Senen, dan Jatinegara kami pun seperti artes dikerubungi para porter kereta yang ingin meminta tanda tangan (eehh salaahhh) membantu bawa barang kami.
Namun karena c Lae dan Ito punya kenalan porter yang biasa bantu Ka Fika atau Fisa pas balik ke Jakarta dan Puertoriko eeh salah maksudnya Purwekerto, barang-barang kami pun dibawa ke dalam

Didalam, Ega pun langsung lakukan check-in terhadap enam tiket kami dengan melampirkan KTP masing-masing, setelah check ini kami pun berpisah dengan lae dan ito yang sudah menerima kami selama 24 jam lebih di rumah sebelum keluar menuju peron.


Kami pun keluar ke arah peron untuk menuju ke jalur 4 tempat kereta kami ke Jakarta, sempat melihat Ito dan Lae kami berada di pagar, kami pun melambaikan tangan, kami pun masuk ke dalam kereta dan mencari tempat duduk yang sesuai dengan tiket.

Akhirnya pukul 17.15 kereta kami Cirebon Ekspress pun berangkat meninggalkan cerita dari Cirebon untuk menuju Jakarta dalam waktu tiga jam mendatang.


Selama perjalanan kami melihat kanan-kiri dengan pematang sawah dan hujan rintik-rintik bahkan w sempat tidur.

Ketika pemeriksaan tiket, kami dikejutkan dengan petugas bahwa di Jakarta turun hujan lebat dan angin kencang bahkan di wilayah Bekasi banjir menggenangi stasiun sehingga kemungkinan agak telat sampai dari waktu yang tertera.

Dan benar saja ketika sampai di wilayah Bekasi, walau gelap Egi dan Anas bersama emak w melihat bagaimana Bekasi TImur terendam air karena hujan lebat.


Kami pun tiba di stasiun Gambir pada pukul 21.00, dengan capek dan lelah kami pun menuju pangkalan taksi yang ada, Ega pun memanggil taksi yaitu taksi warna putih

Akhirnya w, bapak, emak w dan Egi pun naik taksi tersebut, keluar dari Gambir taksi kami pun melaju menuju patung tani ke arah Cempaka Putih.

Namun apa yang terjadi ternyata si supir ngantuk berat namun dirinya masih pede abis, tanda-tanda ngantuk c supir ketika lepas bayar tol, kok taksi agak melipir ke kiri pas mau naik ke tol nya.

Begitu sampai di atas tol nyaris taksi kami berhenti sesaat dan melipiri ke kiri begitu juga pas turun serta keluar tol di Jatibening, dan di kalimalang pun sempet tidur pula dia.

Akhirnya kami pun sampai di rumah pukul 22.30 dengan membayar argo taksi IDR 102 ribu, kami pun memasukkan barang-barang ke dalam rumah tanpa membongkarnya karena sudah letih dan capek.
Kami pun akhirnya tidur setelah check rumah dan kunci semua pintu.

Itulah perjalanan kurang dari 30 jam dari w dan keluarga w ke Cirebon, banyak cerita di dalamnya walau kami tidak kemana-mana karena Cirebon hujan dan juga kondisi mobil paling tidak kami bisa merayakan dan merasakan Natal di tengah warga Cirebon.

Dan sampai hari ini hak kami sebagai pengguna rental termasuk penggantian enam tiket kereta api yang dijanjikan belum dibayarkan oleh pengelola rental !


@Lorcasz