Jumat, 20 Februari 2015

Dubes Rusia Sindir The Jakarta Post

JAKARTA, - Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Rusia untuk Indonesia, Mikhail Y Galuzin melayangkan keberatan atas artikel Surat Kabar The Jakarta Post mengenai pidato dari Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry.

Sebagaimana informasi yang diberikan dari bagian Media Kedutaan Rusia di Jakarta melalui email menjelaskan bahwa The Jakarta Post memuat artikel yang berdasarkan pidato Menlu Kerry ketika Munich Security Conference.

Berikut sikap Dubes Rusia untuk Indoenesia terkait dengan artikel yang dimuat surat kabar The Jakarta Post yang diperoleh dari bagian Media Kedutaan Rusia di Jakarta melalui email.

Siapakah menanam chaos di dunia?

oleh Dubes Rusia untuk Indonesia, Mikhail Y.Galuzin

indonesia.mid.ru

Pada tanggal 12 Februari surat kabar “The Jakarta Post” telah memuat artikel tulisan Sekretaris Negara AS John Kerry dengan judul yang berpretensi “Challenging world’s disorder”, yang dibuat berdasarkan pidato kepala diplomasi AS di Munich Security Conference baru-baru ini.

Kami terpaksa sekali lagi mencatat, bahwa pimpinan redaksi “The Jakarta Post” sekali lagi menempuh jalan menyalin kembali omongan pihak Amerika yang jelas tidak berdasar dan intinya merupakan penipuan, mengenai Rusia dan kebijakan luar negerinya.

Kalau percaya pada Mr.Kerry, maka Moscow dan kebijakannya terhadap urusan internasional saat ini merupakan uji coba tata tertib dunia, dan dalam hal ini disamakan dengan para ekstremis dari ISIS.

Kami tulus menyayangkan, bahwa “The Jakarta Post” tidak sempat mencari posisi lain dari pada hanya menjadi “tape recoder” yang menyuarakan ulang hinaan langsung ini terhadap Rusia. 

Tetapi yang paling menyedihkan adalah, dengan bertindak seperti ini, surat kabar tersebut, rasanya, tidak memikirkan, bahwa bagi para pembacanya surat kabar ini menyebarkan pandangan-pandangan fitnah anti-Rusia dari seorang pejabat tinggi dari negara yang politik luar negerinya selama beberapa dasawarsa belakangan ini menjadi salah satu ancaman utama terhadap tata tertib dunia internasional, yang seakan-akan merupakan keprihatinan Sekretaris Negara.

Bukankah Washington dan sekutu-sekutunya dari NATO bertentangan dengan norma-norma hukum internasional, serta tanpa persetujuan dari Dewan Keamanan PBB, pada akhir tahun 90-an telah melakukan pengeboman bekas negara Yugoslavia, memprakarsai dan mendukung secara aktif proklomasi sepihak kemerdekaan Kosovo – daerah asal Serbia? Bukankah ini adalah pengubahan perbatasan di Eropa dengan kekerasaan, yang seakan-akan diprotes AS? Bukankan agresi bersenjata AS dan NATO menimbulkan ancaman dan goncangan “landasan keamanan” di Eropa Tenggara?

Rupanya, “The Jakarta Post” telah melupakan seberapa besar chaos dan goncangan yang dialami kawasan Timur Tengan, Afrika Utara dan seluruh mesyarakat internasional yang penyebabnya adalah rekayasa dari AS dan NATO untuk mengganti rezim-rezim berkuasa di Irak dan Libiya dengan kekerasaan, untuk mendukung kelompok-kelompok yang berupaya dengan cara bersenjata menggulingkan pemerintah yang sah di Suriah.

Justru kegiatan negara-negara Barat seperti ini, yang dengan melanggar hukum internasional secara kasar mencampuri urusan dalam negeri negara-negara berdaulat ini, dan menggoncangkan tata kenegaraannya, menjadi salah satu penyebab merajalelanya terorisme di kawasan-kawasan tersebut, dan bahkan juga di Eropa sendiri, sebagaimana dilihat dari peristiwa-peristiwa belakangan ini di Paris dan Kopenhagen.

Akhirnya, justru Amerika Serikat dan para pengikut di Eropa menyutradarai, lalu secara langsung mendukung – lewat kudeta berdarah –  perubahan pemerintahan di Kiev pada bulan Februari, 2014, di mana sebagai akibatnya dilengserkanlah presiden Ukraina yang sah, yang terpilih dalam pemilihan umum yang bebas dan demokratis.

Semua orang ingat para pejabat resmi Amerika dan Eropah (kami catat: bukan orang Rusia), yang di alun-alun di Kiev secara langsung menyokong para peserta aksi-aksi antipemerintah.

Semua orang ingat, Duta Besar Amerika Serikat di Kiev dan deputi Sekretaris Negara dalam pembicaraan lewat telepon membahas (ini tanpa melebih-lebihkan) susunan baru pemerintah Ukraina yang mungkin dibentuk, seakan-akan mereka membicarakan diplomat-diplomat junior di perwakilan diplomatik Amerika.

Sesudah itu Amerika Serikat dan NATO secara terbuka dan sinis merestui operasi militer oleh pemerintah di Kiev yang berskala besar, dengan pemanfaatan pesawat-pesawat tempur dan peluru-peluru klaster yang dilarang, untuk melawan sesama warga negara Ukraina, melawan mereka yang tidak menerima kudeta dan kebijakan pemerintah di Kiev yang menolak menghormati tradisi bahasa, sejarah dan budaya para warga negara tersebut, dengan antara lain, memuliakan para penjahat yang membantu para Nazi di Ukraina di periode Perang Dunia Kedua.

Kita ketahui dengan baik, bahwa justru bukan para tentara pro-rakyat dari daerah Tenggara Ukraina bergerak menuju Kiev, tetapi unit-unit bersenjata pemerintahan Kiev bergerak menuju daerah-daerah Tenggara dengan berupaya melaksanakan operasi pemusnahan di sana.

Dan pasti tampak lucu pernyataan Amerika tentang “okupasi tidak sah” Krimea oleh Rusia. Seluruh dunia menjadi saksi ketika mayoritas penduduk Krimea dalam referendum yang bebas dan demokratis memberikan suara demi dipersatukannya tanah asal mereka dengan Rusia (hampir 97% dari pengikut referendum).

Dengan demikian, penduduk Krimea telah mewujudkan bagi mereka sendiri hak bangsa-bangsa menentukan nasib sendiri, seperti yang dicantumkan dalam Piagam PBB.

Kebetulan, ada suatu detail yang menarik dan mencolok mata: artikel Mr. Kerry, tampaknya, dipersembahkan untuk hal mulia perjuangan demi perdamainan dan tata tertib internasional, tapi PBB – organisasi internasional universal, yang Dewan Keamanannya diberikan tanggung jawab utama untuk menjaga perdamaian dan keamanan internasional, baru disebut satu kali sepintas saja.

Sedangkan mengenai peranan utamanya – tidak ada sepatah katapun sama sekali. Dan ini tidak secara mendadak: PBB adalah organisasi multipihak, dan jelas tidak bersesuaian dengan standar-standar perilaku Washington, yang berhasrat akan “kepemimpinan” tunggal, dengan memperkirakan, antara lain, pengakuan untuk dirinya sendiri hak “eksklusif” untuk “menghukum” mereka yang tidak setuju dan yang tidak disukai.

Demikianlah, dalam artikelnya, Mr. Kerry menyampaikan secara lancang mulut, malah tanpa malu-malu bicara atas nama “dunia”, tentang suatu kemungkinan “menaikkan ongkos biaya” untuk Rusia bilamana kebijakannya terkait krisis di Ukraina akan terus dilanjutkan.

Sedangkan justru Pemerintah negara saya, seperti diketahui, mengirimkan bantuan kemanusiaan berskala besar (sudah 17 kali pengiriman pasokan besar) ke daerah Tenggara Ukraina, daerah yang dikosongkan karena perang.

Sedangkan Amerika Serikat dan sekutunya secara aktif mendukung “partai perang” Kiev, yang bukan hanya menghujani peluru-peluru mortir pada warga negaranya sendiri di daerah Tenggara, tetapi yang juga memblokade ekonomi pada mereka.

Tetapi menurut logika Washington yang menyimpang, kegiatan seperti ini tidak perlu dikutuk, tetapi bahkan harus dipuji, antara lain dengan pengiriman apa yang disebut peralatan militer yang non-letal.

Sebagai kesimpulan, “The Jakarta Post”, yang telah memperkenalkan artikel oleh Mr. Kerry kepada para pembacanya, sudah sekian kalinya bertindak dengan prasangka, dengan menyampaikan titik pandang terhadap problem internasional yang sangat penting hanya dari satu pihak dengan mengabaikan pendapat dari pihak yang lain (Menteri Luar Negeri Rusia S.V.Lavrov juga berpidato di konferensi di Munich, tetapi pidato beliau tidak termuat oleh “The Jakarta Post”).

Saya sangat ragu, bahwa dengan cara seperti ini tujuan penyampaian informasi yang obyektif, seimbang dan menyeluruh kepada para pembaca akan tercapai. Tentu, jika tujuan seperti ini memang yang ingin dicapai oleh koran yang disebut di atas….



Kontak Blog > ervanca@gmail.com

Twitter.com/CatatanLorcasz