JAKARTA, - Duta Besar Luar
Biasa dan Berkuasa Penuh Rusia untuk Indonesia, Mikhail Y Galuzin melayangkan
keberatan atas artikel Surat Kabar The Jakarta Post mengenai pidato dari
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry.
Sebagaimana informasi yang
diberikan dari bagian Media Kedutaan Rusia di Jakarta melalui email menjelaskan
bahwa The Jakarta Post memuat artikel yang berdasarkan pidato Menlu Kerry
ketika Munich Security Conference.
Berikut sikap Dubes Rusia
untuk Indoenesia terkait dengan artikel yang dimuat surat kabar The Jakarta
Post yang diperoleh dari bagian Media Kedutaan Rusia di Jakarta melalui email.
Siapakah menanam chaos di
dunia?
oleh Dubes Rusia untuk
Indonesia, Mikhail Y.Galuzin
indonesia.mid.ru |
Pada tanggal 12 Februari
surat kabar “The Jakarta Post” telah memuat artikel tulisan Sekretaris Negara
AS John Kerry dengan judul yang berpretensi “Challenging world’s disorder”,
yang dibuat berdasarkan pidato kepala diplomasi AS di Munich Security
Conference baru-baru ini.
Kami terpaksa sekali lagi
mencatat, bahwa pimpinan redaksi “The Jakarta Post” sekali lagi menempuh jalan
menyalin kembali omongan pihak Amerika yang jelas tidak berdasar dan intinya
merupakan penipuan, mengenai Rusia dan kebijakan luar negerinya.
Kalau percaya pada Mr.Kerry,
maka Moscow dan kebijakannya terhadap urusan internasional saat ini merupakan
uji coba tata tertib dunia, dan dalam hal ini disamakan dengan para ekstremis
dari ISIS.
Kami tulus menyayangkan,
bahwa “The Jakarta Post” tidak sempat mencari posisi lain dari pada hanya
menjadi “tape recoder” yang menyuarakan ulang hinaan langsung ini terhadap
Rusia.
Tetapi yang paling menyedihkan adalah, dengan bertindak seperti ini,
surat kabar tersebut, rasanya, tidak memikirkan, bahwa bagi para pembacanya
surat kabar ini menyebarkan pandangan-pandangan fitnah anti-Rusia dari seorang
pejabat tinggi dari negara yang politik luar negerinya selama beberapa
dasawarsa belakangan ini menjadi salah satu ancaman utama terhadap tata tertib
dunia internasional, yang seakan-akan merupakan keprihatinan Sekretaris Negara.
Bukankah Washington dan
sekutu-sekutunya dari NATO bertentangan dengan norma-norma hukum internasional,
serta tanpa persetujuan dari Dewan Keamanan PBB, pada akhir tahun 90-an telah
melakukan pengeboman bekas negara Yugoslavia, memprakarsai dan mendukung secara
aktif proklomasi sepihak kemerdekaan Kosovo – daerah asal Serbia? Bukankah ini
adalah pengubahan perbatasan di Eropa dengan kekerasaan, yang seakan-akan
diprotes AS? Bukankan agresi bersenjata AS dan NATO menimbulkan ancaman dan
goncangan “landasan keamanan” di Eropa Tenggara?
Rupanya, “The Jakarta Post”
telah melupakan seberapa besar chaos dan goncangan yang dialami kawasan Timur
Tengan, Afrika Utara dan seluruh mesyarakat internasional yang penyebabnya
adalah rekayasa dari AS dan NATO untuk mengganti rezim-rezim berkuasa di Irak
dan Libiya dengan kekerasaan, untuk mendukung kelompok-kelompok yang berupaya
dengan cara bersenjata menggulingkan pemerintah yang sah di Suriah.
Justru kegiatan
negara-negara Barat seperti ini, yang dengan melanggar hukum internasional
secara kasar mencampuri urusan dalam negeri negara-negara berdaulat ini, dan
menggoncangkan tata kenegaraannya, menjadi salah satu penyebab merajalelanya
terorisme di kawasan-kawasan tersebut, dan bahkan juga di Eropa sendiri,
sebagaimana dilihat dari peristiwa-peristiwa belakangan ini di Paris dan
Kopenhagen.
Akhirnya, justru Amerika
Serikat dan para pengikut di Eropa menyutradarai, lalu secara langsung
mendukung – lewat kudeta berdarah –
perubahan pemerintahan di Kiev pada bulan Februari, 2014, di mana
sebagai akibatnya dilengserkanlah presiden Ukraina yang sah, yang terpilih
dalam pemilihan umum yang bebas dan demokratis.
Semua orang ingat para
pejabat resmi Amerika dan Eropah (kami catat: bukan orang Rusia), yang di
alun-alun di Kiev secara langsung menyokong para peserta aksi-aksi
antipemerintah.
Semua orang ingat, Duta
Besar Amerika Serikat di Kiev dan deputi Sekretaris Negara dalam pembicaraan
lewat telepon membahas (ini tanpa melebih-lebihkan) susunan baru pemerintah
Ukraina yang mungkin dibentuk, seakan-akan mereka membicarakan
diplomat-diplomat junior di perwakilan diplomatik Amerika.
Sesudah itu Amerika Serikat
dan NATO secara terbuka dan sinis merestui operasi militer oleh pemerintah di
Kiev yang berskala besar, dengan pemanfaatan pesawat-pesawat tempur dan
peluru-peluru klaster yang dilarang, untuk melawan sesama warga negara Ukraina,
melawan mereka yang tidak menerima kudeta dan kebijakan pemerintah di Kiev yang
menolak menghormati tradisi bahasa, sejarah dan budaya para warga negara
tersebut, dengan antara lain, memuliakan para penjahat yang membantu para Nazi
di Ukraina di periode Perang Dunia Kedua.
Kita ketahui dengan baik,
bahwa justru bukan para tentara pro-rakyat dari daerah Tenggara Ukraina
bergerak menuju Kiev, tetapi unit-unit bersenjata pemerintahan Kiev bergerak
menuju daerah-daerah Tenggara dengan berupaya melaksanakan operasi pemusnahan
di sana.
Dan pasti tampak lucu
pernyataan Amerika tentang “okupasi tidak sah” Krimea oleh Rusia. Seluruh dunia
menjadi saksi ketika mayoritas penduduk Krimea dalam referendum yang bebas dan
demokratis memberikan suara demi dipersatukannya tanah asal mereka dengan Rusia
(hampir 97% dari pengikut referendum).
Dengan demikian, penduduk
Krimea telah mewujudkan bagi mereka sendiri hak bangsa-bangsa menentukan nasib
sendiri, seperti yang dicantumkan dalam Piagam PBB.
Kebetulan, ada suatu detail
yang menarik dan mencolok mata: artikel Mr. Kerry, tampaknya, dipersembahkan
untuk hal mulia perjuangan demi perdamainan dan tata tertib internasional, tapi
PBB – organisasi internasional universal, yang Dewan Keamanannya diberikan
tanggung jawab utama untuk menjaga perdamaian dan keamanan internasional, baru
disebut satu kali sepintas saja.
Sedangkan mengenai peranan
utamanya – tidak ada sepatah katapun sama sekali. Dan ini tidak secara
mendadak: PBB adalah organisasi multipihak, dan jelas tidak bersesuaian dengan
standar-standar perilaku Washington, yang berhasrat akan “kepemimpinan”
tunggal, dengan memperkirakan, antara lain, pengakuan untuk dirinya sendiri hak
“eksklusif” untuk “menghukum” mereka yang tidak setuju dan yang tidak disukai.
Demikianlah, dalam
artikelnya, Mr. Kerry menyampaikan secara lancang mulut, malah tanpa malu-malu
bicara atas nama “dunia”, tentang suatu kemungkinan “menaikkan ongkos biaya”
untuk Rusia bilamana kebijakannya terkait krisis di Ukraina akan terus
dilanjutkan.
Sedangkan justru Pemerintah
negara saya, seperti diketahui, mengirimkan bantuan kemanusiaan berskala besar
(sudah 17 kali pengiriman pasokan besar) ke daerah Tenggara Ukraina, daerah
yang dikosongkan karena perang.
Sedangkan Amerika Serikat
dan sekutunya secara aktif mendukung “partai perang” Kiev, yang bukan hanya
menghujani peluru-peluru mortir pada warga negaranya sendiri di daerah
Tenggara, tetapi yang juga memblokade ekonomi pada mereka.
Tetapi menurut logika
Washington yang menyimpang, kegiatan seperti ini tidak perlu dikutuk, tetapi
bahkan harus dipuji, antara lain dengan pengiriman apa yang disebut peralatan
militer yang non-letal.
Sebagai kesimpulan, “The
Jakarta Post”, yang telah memperkenalkan artikel oleh Mr. Kerry kepada para
pembacanya, sudah sekian kalinya bertindak dengan prasangka, dengan
menyampaikan titik pandang terhadap problem internasional yang sangat penting
hanya dari satu pihak dengan mengabaikan pendapat dari pihak yang lain (Menteri
Luar Negeri Rusia S.V.Lavrov juga berpidato di konferensi di Munich, tetapi pidato
beliau tidak termuat oleh “The Jakarta Post”).
Saya sangat ragu, bahwa
dengan cara seperti ini tujuan penyampaian informasi yang obyektif, seimbang
dan menyeluruh kepada para pembaca akan tercapai. Tentu, jika tujuan seperti
ini memang yang ingin dicapai oleh koran yang disebut di atas….
Kontak Blog >
ervanca@gmail.com
Twitter.com/CatatanLorcasz