Senin, 08 Desember 2014

Produksi Opium di Segitiga Emas ASEAN Tetap Tinggi

BANGKOK, – Budidaya bunga candu opium di kawasan Myanmar dan Laos PDR mengalami peningkatan sekitar 63,800 hektar di tahun 2014 dibandingkan pada tahun 2013 lalu hanya 61,200 hektar.

Peningkatan ini terlihat berdasarkan laporan United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) terbaru yang berjudul Southeast Asia Opium Survey baru-baru ini

Dalam laporan tersebut bahwa Myanmar mengukuhkan dirinya sebagai produsen Opium tersebsar di kawasan Asia Tenggara dan terbesar kedua setelah Afghanistan.

Dengan keadaan ini bisa dikatakan bahwa Myanmar dan Lao PDR bersama-sama mampu memproduksi sekitar 762 ton (mt) opium dengan menggunakan bahan kimia precursor seperti acetyl anhydride dimana telah dimurnikan menjadi 76 mt heroin kemudian diperdagangkan pada negara-negara tetangga dan luar wilayah Asia Tenggara.




Menurut Jeremy Douglas selaku Regional Representative UNODC Asia Tenggara dan Pasific mengatakan perdagangan dua arah ini yaitu kimia masuk dan heroin keluar dari segitiga emas merupakan tantangan yang signifikan terhadap stabilitas dan penegakan hukum

“Perdagangan dua arah ini, yaitu kimia masuk dan heroin keluar dari segitiga emas merupakan tantangan yang signifikan terhadap stabilitas dan penegakan hukum,”ucapnya.

Douglas juga mengatakan bahwa permintaan regional yang tinggi atas barang ini memberikan insentif keuntungan bagi kelompok kejahatan transnasional terorganisir.

“Permintaan regional yang tinggi atas heroin memberikan insentif keuntungan bagi kelompok kejahatan transnasional terorganisir. Bukan hanya dengan membawa kimia yang dibutuhkan untuk menghasilkan heroin, tapi lebih khusus dengan memperdagangkan dan mendistribusikan narkotika tersebut ke pasar di Cina, Asia Tenggara dan bagian dunia lain,”ucapnya.

Sementara itu, Cheikh Toure selaku Country Manager UNODC untuk Laos PDR mengatakan hubungan antara kemiskinan, kurangnya pilihan serta kesempatan ekonomi alternative dengan budidaya candu sangat jelas terlihat.

“Hubungan antara kemiskinan, kurangnya pilihan dan kesempatan ekonomi alternative dengan pembudidayaan bunga candu sangat jelas,”ucapnya.

Toure juga mengatakan bahwa petani opium bukanlah orang jahat tapi mereka lah ada orang miskin yang kekurangan pangan, tinggal jauh dari pusat dan pasar untuk dapat menjual produknya.

“Para petani opium bukan orang jahat, mereka adalah orang miskin yang kekurangan pangan, tinggal jauh dari pusat dan pasar dimana mereka dapat menjual produknya, mereka membutuhkan alternative yang layak dari menanam bunga candu,”ucapnya.

Dengan melihat situasi tersebut Douglas mengatakan bahwa saat bertindak dengan melihat geografis kawasan tersebut dimana akan dimanfaatkan jaringan terorganisisr yang memperoleh keuntungan dari perdagangan narkotika tersebut.

“Kita perlu bertindak, Segitiga Emas merupakan pusat geografis dari Sub-wilayah Besar Mekong (Greater Mekong Sub-region) dan rencana untuk mengembangkan hubungan transportasi dan melonggarkan rintangan perdagangan dan pengendalian perbatasan sudah dilaksanakan, termasuk di sekitar wilayah produksi opium. Jaringan terorganisir yang memperoleh keuntungan dari perdagangan narkotika di Asia Tengara berada pada posisi yang menguntungkan atas integrase regional,”ucap Douglas.

Sebagai informasi, Provinsi Shan di bagian utara Myanmar yang menjadi tuan rumah atas sejumlah wilayah konflik dan kelompok pemberontak, tetap menjadi pusat kegiatan opium dan heroin Myanmar sehingga berkontribusi sebanyak 89% pembudidayaan bunga candu opium di wilayah Segitiga Emas. 

Sementara, di Lao PDR, survey UNODC mengkonfirmasi pembudidayaan bunga candu opium di tiga provinsi di bagian utara yaitu Phongsali, Xiangkhoang dan Houaphan.



contact info > ervanca@gmail.com
twitter.com/Lorcasz