BANGKOK, – Budidaya bunga candu opium di
kawasan Myanmar dan Laos PDR mengalami peningkatan sekitar 63,800 hektar di
tahun 2014 dibandingkan pada tahun 2013 lalu hanya 61,200 hektar.
Peningkatan ini terlihat berdasarkan laporan United
Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) terbaru yang berjudul Southeast Asia
Opium Survey baru-baru ini
Dalam laporan tersebut bahwa Myanmar mengukuhkan
dirinya sebagai produsen Opium tersebsar di kawasan Asia Tenggara dan terbesar
kedua setelah Afghanistan.
Dengan keadaan ini bisa dikatakan bahwa Myanmar dan
Lao PDR bersama-sama mampu memproduksi sekitar 762 ton (mt) opium dengan
menggunakan bahan kimia precursor seperti acetyl anhydride dimana telah
dimurnikan menjadi 76 mt heroin kemudian diperdagangkan pada negara-negara
tetangga dan luar wilayah Asia Tenggara.
Menurut Jeremy Douglas selaku Regional Representative
UNODC Asia Tenggara dan Pasific mengatakan perdagangan dua arah ini yaitu kimia
masuk dan heroin keluar dari segitiga emas merupakan tantangan yang signifikan
terhadap stabilitas dan penegakan hukum
“Perdagangan dua arah ini, yaitu kimia masuk dan
heroin keluar dari segitiga emas merupakan tantangan yang signifikan terhadap
stabilitas dan penegakan hukum,”ucapnya.
Douglas juga mengatakan bahwa permintaan regional yang
tinggi atas barang ini memberikan insentif keuntungan bagi kelompok kejahatan
transnasional terorganisir.
“Permintaan regional yang tinggi atas heroin
memberikan insentif keuntungan bagi kelompok kejahatan transnasional
terorganisir. Bukan hanya dengan membawa kimia yang dibutuhkan untuk
menghasilkan heroin, tapi lebih khusus dengan memperdagangkan dan
mendistribusikan narkotika tersebut ke pasar di Cina, Asia Tenggara dan bagian
dunia lain,”ucapnya.
Sementara itu, Cheikh Toure selaku Country Manager
UNODC untuk Laos PDR mengatakan hubungan antara kemiskinan, kurangnya pilihan
serta kesempatan ekonomi alternative dengan budidaya candu sangat jelas
terlihat.
“Hubungan antara kemiskinan, kurangnya pilihan dan
kesempatan ekonomi alternative dengan pembudidayaan bunga candu sangat
jelas,”ucapnya.
Toure juga mengatakan bahwa petani opium bukanlah
orang jahat tapi mereka lah ada orang miskin yang kekurangan pangan, tinggal
jauh dari pusat dan pasar untuk dapat menjual produknya.
“Para petani opium bukan orang jahat, mereka adalah
orang miskin yang kekurangan pangan, tinggal jauh dari pusat dan pasar dimana
mereka dapat menjual produknya, mereka membutuhkan alternative yang layak dari
menanam bunga candu,”ucapnya.
Dengan melihat situasi tersebut Douglas mengatakan
bahwa saat bertindak dengan melihat geografis kawasan tersebut dimana akan
dimanfaatkan jaringan terorganisisr yang memperoleh keuntungan dari perdagangan
narkotika tersebut.
“Kita perlu bertindak, Segitiga Emas merupakan pusat
geografis dari Sub-wilayah Besar Mekong (Greater Mekong Sub-region) dan rencana
untuk mengembangkan hubungan transportasi dan melonggarkan rintangan
perdagangan dan pengendalian perbatasan sudah dilaksanakan, termasuk di sekitar
wilayah produksi opium. Jaringan terorganisir yang memperoleh keuntungan dari
perdagangan narkotika di Asia Tengara berada pada posisi yang menguntungkan
atas integrase regional,”ucap Douglas.
Sebagai informasi, Provinsi Shan di bagian utara
Myanmar yang menjadi tuan rumah atas sejumlah wilayah konflik dan kelompok
pemberontak, tetap menjadi pusat kegiatan opium dan heroin Myanmar sehingga
berkontribusi sebanyak 89% pembudidayaan bunga candu opium di wilayah Segitiga
Emas.
Sementara, di Lao PDR, survey UNODC mengkonfirmasi
pembudidayaan bunga candu opium di tiga provinsi di bagian utara yaitu Phongsali,
Xiangkhoang dan Houaphan.
contact info > ervanca@gmail.com
twitter.com/Lorcasz