Tampilkan postingan dengan label #Bali9. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label #Bali9. Tampilkan semua postingan

Senin, 04 Mei 2015

Bubuk KBRI Canberra Tidak Berbahaya

JAKARTA, - Bubuk putih yang terdapat pada paket kiriman ditujukan kepada Kedutaan Besar RI untuk Australia kedudukan di Canberra bukan kategori berbahaya.

Hal ini disampaikan Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi sebagaimana dilansir dari laman kepresidenan.

“Hasil uji lab sudah diinformasikan bahwa itu bukan barang yang berbahaya, tapi kami masih menunnggu apa sebenarnya, tapi kami sudah dapat informasi awal bahwa itu bukan barang berbahaya,”ucapnya.

Namun Menlu tidak merespon ketika ditanya apakah terdapatnya bubuk putih mencurigakan tersebut terkait dengan telah dijalankannya eksekusi tahap dua dimana terdapat dua warga negara Australia.

Sebagai informasi pada Senin (4/5) waktu setempat, KBRI Canberra mendapatkan sebuah paket yang berisi bubuk putih mencurigakan dan saat ini sedang dalam proses pemeriksaan oleh Kepolisian Federal Australia.

Kiriman paket bubuk putih ini bukan pertama kali diterima oleh KBRI setidaknya menurut Catatan Lorcasz setidaknya tahun 2015 ini adalah kali kelima kalinya dialamatkan ke Kedutaan.

Dimana  pertama kali terror bubuk putih mencurigakan kepada KBRI Canberra pada 1 Juni 2005 kemudian tidak sampai sepekan tepatnya 7 Juni Kedutaan mendatapatkan kiriman lagi.

Bahkan pada kiriman kedua, KBRI sempat tutup selama dua hari dan mengisolasi sekitar 46 staff kedutaan karena serbuk tersebut menyebar dari amplop yang ditujukan kepada Dubes kala itu Imron Cotan

Kemudian yang ketiga pada 22 Juni dan yang keempat pada 14 Juli 2005, namun keempatnya setelah dianalisis tidak berdampak pada apapun termasuk virus anthrax.

Tidak hanya semua perwakilan Indonesia saja yang menerima, bahkan Kemlu pernah mendapatkan kiriman serupa pada 24 Juni

Paket mencurigakan ini diindikasikan ketika itu berkaitan dengan kecewanya beberapa warga Australia atas vonis 20 tahun penjara kepada Schapelle Leigh Corby (27, saat itu) oleh Pengadilan Negeri Denpasar atas penyeludupan 4,2 kilogram mariyuana ke Bali.


Kontak Blog > ervanca@gmail.com

Twitter.com/CatatanLorcasz

Soal Bali Nine, Polisi Federal Australia Tolak Minta Maaf

CANBERRA, - Kepolisian Federal Australia (AFP) menolak meminta maaf atas kebijakan mereka yang membagi informasi kepada kolega mereka di Indonesia soal Bali Nine.

Hal ini disampaikan Komisioner AFP Andrew Colvin dalam jumpa pers dimana pihaknya telah mengubah pedoman kerja terkait berbagi informasi dengan negara lain.

Sebagaimana dilansir dari media setempat mengatakan jumpa pers ini dilakukan terkait banyaknya informasi yang mengatakan bahwa AFP berperan dalam eksekusi mati Bali Nine.

Dirinya mengatakan bahwa kejadian tersebut, AFP tidak memiliki cukup bukti untuk menangkap anggota sindikat ini sebelum meninggalkan Australia.

“Saat itu kami bekerja berdasar gambar yang belum lengkap. Kami belum tahu semua orang yang terlibat, semua rencana mereka, bahkan jenis narkoba pun kami belum tahu. Saat itulah kami meminta kerja sama dengan Polri. Secara operasional kami anggap sangat layak dan sejalan dengan pedoman kerja kami saat itu,”ucapnya

Soal kenapa tidak langsung ditangkap di Australia, Komisioner Colvin mengatakan pihaknya tidak bisa melakukan itu sama halnya pihaknya mendikte kepolisian Indonesia dalam menangani kejahatan di negaranya.

“Atas pertanyaan mengapa mereka tidak dibiarkan kembali ke Australia, kami tidak bisa mendikte pihak berwajib Indonesia bagaimana mereka menangani kejahatan serius di negaranya, sama juga anda tidak akan berharap kepolisian Indonesia akan mendikte AFP bagaimana kami menangani kejahatan serius di Australia,”ucapnya.

Dirinya juga tidak bisa menjamin bahwa scenario kejadian seperti Bali Nine tidak akan terjadi pada masa mendatang



Kontak Blog > ervanca@gmail.com
Twitter.com/CatatanLorcasz


Akhirnya Dubes Australia Pulang Kampung

JAKARTA, - Australia ternyata tetap pada pendiriannya dimana jika warganya dieksekusi maka pihaknya akan menarik pulang sang Dubes dan itu terbukti.

Sebagaimana dilansir oleh media setempat yang menurunkan photo dimana Dubes Australia untuk Indonesia yang baru beberapa bulan menyerahkan kredensial kepada Presiden Jokowi sedang berada di Bandara.

Kepulangan ini sesuai dengan ucapan bernada ancaman yang dilontarkan Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop yang akan menarik duta besarnya di Jakarta dan Indonesia akan mendapatkan konsekuensi dari pelaksanaan eksekusi tersebut.

Bahkan ucapan Menlu ini pun mendapatkan dukungan dari sang atasan Perdana Menteri Tony Abbott.

Namun sebagai manusia pada umumnya, kedua pemimpin ini pun luluh juga dengan sikap Indonesia dimana ketika Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI untuk Australia Nadjib Riphat Kesoema yang menyampaikan belasungkawa kepada keluarga terpidana mati Andrew Chan dan Myuran Sukumaran.

Dengan sikap Dubes RI membuat Abbott menyatakan Australia harus menghormati kedaulatan Indonesia walau eksekusi tersebut meninggalkan luka dan amarah warganya.

“Kita harus menghormati kedaulatan Indonesia, kemarahan dan dukacita kita tak bisa mengembalikan mereka (Myuran Sukumaran dan Andrew Chan),”ucapnya.



Kontak Blog > ervanca@gmail.com
Twitter.com/catatanLorcasz


Sabtu, 02 Mei 2015

Jasad Duo Maut Bali Nine Tiba Dinegaranya

SYDNEY, - Dua jasad terpidana Bali Nine, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran telah tiba di negaranya, Australia.

Sebagaimana dilansir dari berbagai media setempat, jasad duo maut Bali Nine tiba pada Sabtu (2/5) dini hari waktu setempat dengan menumpang pesawat Qantas Airways dari Jakarta.

Turut mendampingi kedua jasad tersebut orangtua Myuran bersama saudaranya serta Istri Andrew yang warga negara Indonesia, Febyanti Herewila. Sedangkan saudar dan orangtua dari Andrew Chan sudah lebih dulu pulang ke Australia.

Andrew dan Myuran adalah dua dari sembilan anak muda Australia yang ditangkap aparat keamanan Bali dengan barang bukti 8.2 kg heroin ketika hendak meninggalkan Bali menuju ke negara.

Tertangkap kelompok anak muda yang dikenal dengan nama Bali Nine setelah pihak keamanan Bali mendapatkan informasi dari Perwakilan Polisi Federal Australia di Denpasar.



Kontak Blog > ervanca@gmail.com
Twitter.com/CatatanLorcasz


Jumat, 01 Mei 2015

Foto Jokowi Di Galeri Nasional Australia Diturunkan

CANBERRA, - Setelah mengancam akan menarik Duta besarnya di Jakarta, kali ini Australia kembali berulah sebagai wujud protes atas suksesnya Indonesia mengeksekusi terpidana mati narkotika dimana dua dari delapan tersebut adalah warga negeri Kanggguru.

Sebagaimana dilansir dari media setempat, akibat dari eksekusi duo maut Bali Nine Andrew Chan dan Myuran Sukumaran sebuah photo Presiden Indonesia, Joko Widodo yang terpasang di sudut Galeri Potret Nasional Australia terpaksa diturunkan.

Alasan penurunan photo Jokowi tersebut menurut penanggung jawab galeri tersebut lebih sebagai bentuk pencegahan bilamana dirusak pengunjung yang masih marah akan hukuman mati terhadap duo maut Bali Nine tersebut.

Photo diri Jokowi yang diambil oleh photographer Adam Ferguson termasuk dalam karya yang diikutsertakan dalam penghargaan National Photographic Potrait Prize dan akan dipajang hingga Juni mendatang. Bahkan salah satu pose Jokowi yang dibidik Ferguson digunakan untuk sampul depan majalah Time.

Ketika tahu hasil karyanya diturunkan setelah ditelepon pihak pengelola Gallery, Ferguson yang karyanya sering muncul di beberapa media seperti International Herald Tribune, Chicago Tribune, The New York Times ini mengaku tidak habis pikir kenapa lembaga seni terkemuka tersebut bisa mengambil kebijakan tersebut.

Menurut Ferguson bahwa foto Jokowi karyanya sangat penting untuk dipajang untuk memberikan pandangan bagi masyarkat karena seni itu soal dialog social dan politik

“Saya tidak habis pikir mengapa insitusi seni terkemuka di Australia mengambil langkah itu. Seni itu soal dialog social dan politik,”ucapnya.

Hubungan Australia dan Indonesia diibaratkan lagu Benci Tapi Rindu ini terbukti dimana selalu ada pasang surut, kasus terakhir sebelum eksekusi duo maut Bali Nine adalah adanya penyadapan yang dilakukan negeri Kangguru terhadap sembilan petinggi utama negeri ini.

Walau itu dibantah, namun bagi Indonesia sebagai tindakan tidak terpuji dan sebagai wujudnya, Presiden Indonesia kala itu Susilo Bambang Yudhoyono menarik pulang Dubes Indonesia di Canberra



Kontak blog > ervanca@gmail.com

Twitter.com/CatatanLorcasz

Indonesia Sampaikan Dukacita Kepada Keluarga Korban Bali Nine

CANBERRA, - Walau tetap melaksanakan eksekusi mati, Pemerintah Indonesia juga menyampaikan duka cita kepada keluarga terpidana.

Hal ini dibuktikan dengan Kedutaan Besar RI untuk Australia kedudukan di Canberra menyampaikan simpati dan duka cita kepada keluarga besar duo maut Bali Nine yang dieksekusi Andrew Chan dan Myuran Sukumaran.

Sebagaimana dilansir dari laman resmi kedutaan, Duta Besar Luar Biasa RI untuk Australia Nadjib Riphat Kesoema mengakui perasaan yang dialami pemerintah dan rakyat negeri Kangguru atas upaya penegakan hukum terhadap kasus narkotika.

“Rakyat dan pemerintah Indonesia menyampaikan simpati terhadap keluarga dan kawan kedua mendiang ini adalah saat yang sulit dan penuh tantangan bagi hubungan Indonesia-Australia,”Tulis Dubes Nadjib.

Berikut isi pernyataan lengkap Dubes Indonesia tentang Bali Nine

STATEMENT FROM THE AMBASSADOR

Canberra, 30 April 2015

1. Indonesia understands the views expressed by the people and government of Australia on the law-enforcement measures taken against the two Bali Nine drug-smuggling ring leaders.

2. The Indonesian people and government express our sympathies to the families and friends of the deceased.

3. This is a difficult and challenging period for Australia-Indonesia relations.

4. Good relation with Australia is very important for Indonesia. We trust that good relation with Indonesia is also important for Australia. We remain strongly committed to improve and strengthen our overall bilateral relations. We trust that currently personal, cultural, business and academic links between the peoples of Australia and Indonesia remain strong.

5. As we rebuild this important bilateral relation, we need the continued support of the media for coverage and reporting that are proportional and objective. We value the significant role of the media in helping to narrow the gap in misunderstanding between the two peoples and to pursue the common interests of Australia and Indonesia.

Nadjib Riphat Kesoema
Ambassador of the Republic of Indonesia
for Australia




Kontak Blog > ervanca@gmail.com
Twitter.com/catatanLorcasz


Kamis, 30 April 2015

Duo Maut Bali Nine Dipulangkan Gunakan Maskapai Nasional

JAKARTA, - Masih disemayamkannya jasad duo maut Bali Nine asal Australia, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran di rumah duka di kawasan Jakarta belum diketahui kapan di berangkatnya.

Bahkan keluarga dari kedua jasad ini pun tidak terlihat di rumah duka ini. Informasi yang beredar akan mengadakan acara yang diselenggarakan keluarga dan kedutaan besar Australia.

Soal keberangkatan dua jasad ini, rencananya akan diberangkatan pada Kamis (30/4) pukul 14.00 dengan menggunakan maskapai penerbangan nasional.

Andrew Chan dan Myuran Sukumaran dua dari delapan yang telah menjalankan hukuman yang diberikan majelis hakim pada Rabu (29/4) pukul 00.35 WIB di Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah


Kontak blog > ervanca@gmail.com

Twitter.com/catatanLorcasz

Lobby Tingkat Tinggi di Balik Tertundanya Mary Jane

JAKARTA, - Mary Jane yang sedianya akan melaksanakan hukuman matinya tiba-tiba dalam hitungan jam menuju pelaksanaan ditunda lantaran hadirnya seorang wanita yang menyerahkan diri dan mengaku sebagai otak dari tertangkapnya terpidana ini.

Penundaan ini juga tidak lepas dari adanya lobi dan negosiasi tingkat tinggi antara Presiden Filipina Benigno Aquino III dengan Presiden Joko Widodo di sela-sela KTT ASEAN di Malaysia.

Hal ini disampaikan Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi sebagaimana informasi yang beredar di kalangan media dimana terjadi pembicaraan antar pemimpin kedua negara

“Ada pembicaraan atau permintaan presiden Aquino di KTT ASEAN, intinya Presiden Aquino menyampaikan adanya pengakuan dari perekrut Mary Jane,”ucap Menlu Retno.

Dalam pembicaraan tersebut, Menlu Retno mengatakan Aquino memberikan presentasi kepada Jokowi soal perdagangan manusia yang terjadi di negaranya termasuk diantaranya Mary Jane.

Mary Jane Fiesta Veloso secara mengejutkan ditunda pelaksanaan hukuman matinya diujung peluru tajam eksekutor lantaran dalam hitungan jam menuju pelaksanaan tiba-tiba dari Manila tersiar kabar bahwa seorang wanita bernama Maria Kristina Sergio menyerahkan diri dan mengaku sebagai otak dibalik tertangkapnya Mary Jane di Bandara Adi Soetjipto, Sleman, Yogyakarta dengan barang bukti

Mary Jane Fiesta Veloso 30 tahun ibu dari dua putera ini tertangkap tangan memasukkan narkotika di wilayah Indonesia dengan barang bukti 2,6 kilogram heroin. Veloso ditangkap di Bandara Adi Sutjipto, Yogyakarta pada 2010



Kontak Blog > ervanca@gmail.com

Twitter.com/CatatanLorcasz

Kasihan, Alasan Otak Perekrut Mary Jane Menyerahkan Diri

JAKARTA, - Alasan dibalik penyerahan diri Maria Kristina Sergio otak dibalik tertangkapnya Mary Jane atas kepemilikan narkotika kepada Kepolisian setempat karena faktor kasihan.

Kepastian ini disampaikan Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung RI, Tony Spontana dimana factor kasihan membuat Maria Sergio menyerahkan diri.

“Maria itu mengakui dia kasihan pada Mary Jane kok dia yang jadi korban,”ucapnya sebagaimana dilansir dari sebuah media.

Menurut Kapuspenkum Tony bahwa Filipina saat ini tengah menyelidiki  kasus narkotika Mary Jane yang mendapatkan hukuman mati dari pemerintah Indonesia.

Kabarnya Mary akan diperiksa penyelidik Filipina pada Mei mendatang dengan tujuan mengumpulkan barang bukti sehubungan dengan pernyataan Maria atas tindakan pidana perdagangan manusia terhadap Mary Jane.

“Di Filipina disebut perekrutan illegal, peninpuan dan perdagangan orang, preelimierry investigation bertujuan untuk mencari alat bukti permulaan yang cukup untuk ke tingkat penyelidikan agar cukup itu memerlukan pernyataan Mary Jane,”ucapnya

Mary Jane Fiesta Veloso secara mengejutkan ditunda pelaksanaan hukuman matinya diujung peluru tajam eksekutor lantaran dalam hitungan jam menuju pelaksanaan tiba-tiba dari Manila tersiar kabar bahwa seorang wanita bernama Maria Kristina Sergio menyerahkan diri dan mengaku sebagai otak dibalik tertangkapnya Mary Jane di Bandara Adi Soetjipto, Sleman, Yogyakarta dengan barang bukti

Mary Jane Fiesta Veloso 30 tahun ibu dari dua putera ini tertangkap tangan memasukkan narkotika di wilayah Indonesia dengan barang bukti 2,6 kilogram heroin. Veloso ditangkap di Bandara Adi Sutjipto, Yogyakarta pada 2010



Kontak Blog > ervanca@gmail.com

Twitter.com/CatatanLorcasz

Iran Minta Internasional Hormati Eksekusi Indonesia

JAKARTA, - Walau banyak negara bahkan organisasi internasional mengkritik kebijakan Indonesia soal eksekusi mati namun dari itu semua ada negara yang justru menghargai kebijakan yang dilakukan negeri ini.

Adalah Wakil Presiden Iran Bidang Manajemen dan Perencanaan Mohammad Bagher Nobakht ketika bertemua Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla di Jakarta meminta bahwa seluruh negara punya peraturan hukum sendiri termasuk Indonesia memiliki kedaulatan hukum.

“Masing-masing negara punya peraturan dan UU-nya tersendiri. Melaksanakan UU berbeda dengan hal yang dianggap kekerasan atau terorisme,”ucapnya.

Wapres Nobakht mengatakan  Iran juga memberlakukan hukuman mati kepada terpidana narkoba melihat bahwa Indonesia memberlakukan hukuman ini bagian dari peraturan dimana tidak bisa dikategorikan kekerasan atau terorisme.

Pada Rabu (29/4) pukul 00.35 WIB tim eksekutor yang terdiri dari Kejaksaan Agung dan Kepolisian RI sukses menjalankan vonis hukuman mati yang diberikan Hakim kepada delapan terpidana kasu narkotika.

Kedelapan terpidana tersebut adalah duo maut Bali Nine asal Australia, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran, empat warga Nigeria  Jamiu Owolabi Abashin yang lebih dikenal sebagai Raheem Agbage Salami, Okwudili Oyatanze, Martin Anderson dan Silvester Obiekwe Nwolise.

Kemudian Rodrigo Gularte (Brasil), Zainal Abidin (Indoesia). Sementara Mary Jane Veloso ditunda eksekusinya lantara pada detik akhir mendapatkan keajaiban dimana tiba-tiba mendadak dari Manila mendapatkan kabar bahwa otak dibalik tertangkapnya terpidana asal Filipina ini menyerahkan diri.



Kontak Blog > ervanca@gmail.com

Twitter.com/CatatanLorcasz

Rabu, 29 April 2015

Delapan Terpidana Eksekusi Tewas Pada Tembakan Pertama

JAKARTA, - Tidak butuh lama bagi eksekutor untuk melakukan pekerjaannya dalam eksekusi terpidana mati kasus narkotika.

Karena hanya butuh sekali tembakan, para terpidana ini pun langsung tewas tanpa perlu merasakan sakit yang berlarut lama.

Hal ini disampaikan Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung, Tony Spontana kepada sejumlah media dimana proses eksekusi dilakukan secara serentak pada pukul 00.35 WIB

“Dicek, semua meninggal pada tembakan pertama,”ucapnya.

Setelah dinyatakan tewas, jasad terpidana narkotika ini langsung dimandikan kemudian diserahkan kepada keluarga pada pukul 04.35 WIB yang dilanjutkan dengan iring-iringan jenazah keluar dari lokasi kejadian termasuk pengiriman kembali Mary Jane yang ditunda ke Lapas Wirogunan, Sleman.

Pada Rabu (29/4) pukul 00.35 WIB tim eksekutor yang terdiri dari Kejaksaan Agung dan Kepolisian RI sukses menjalankan vonis hukuman mati yang diberikan Hakim kepada delapan terpidana kasu narkotika.

Kedelapan terpidana tersebut adalah duo maut Bali Nine asal Australia, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran, empat warga Nigeria  Jamiu Owolabi Abashin yang lebih dikenal sebagai Raheem Agbage Salami, Okwudili Oyatanze, Martin Anderson dan Silvester Obiekwe Nwolise.

Kemudian Rodrigo Gularte (Brasil), Zainal Abidin (Indoesia). Sementara Mary Jane Veloso ditunda eksekusinya lantara pada detik akhir mendapatkan keajaiban dimana tiba-tiba mendadak dari Manila mendapatkan kabar bahwa otak dibalik tertangkapnya terpidana asal Filipina ini menyerahkan diri.



Kontak Blog > ervanca@gmail.com

Twitter.com/CatatanLorcasz

Perempuan Australia Dukung Eksekusi #Bali9

MELBOURNE, - Walau dikecam oleh pemerintahnya atas apa yang dilakukan Indonesia dengan melakukan eksekusi mati namun tindakan Indonesia terhadap duo maut Bali Nine mendapatkan dukungan penuh dari seorang ibu di Australia.

Sebagaimana dilansir dari media setempat, Beverly Neal berdiri dengan suara lantang mendukung tindakan Indonesia ditengah kecaman sebagian masyarakat negeri itu terhadap eksekusi mati.

Neal mengatakan bahwa Andrew Chan dan Myuran adalah kriminal yang telah disanjung bak pahlawan, siapa yang tahu berapa banyak nyawa akan melayang jika mereka tidak ditangkap di Bali

“Mereka (duo Bali Nine) adalah kriminal yang disanjung bak pahlawan. Siapa yang tahu berapa banyak nyawa akan melayang jika mereka tidak ditangkap di Bali,”ucapnya dengan geram.

Geramnya Neal ini ada alasannya, karena puterinya meninggal pada usia 17 tahun karena overdosis narkotika, bahkan dirinya masih berduka atas kehilangan Jennifer nama sang puteri.

“Saya sudah berduka selama 18 tahun tiga bulan dan 20 hari. Dia anak yang pintar dan cantik. Mereka (pengedar narkoba) mencoba membuatnya ketagihan, nyawanya melayang,”ucapnya.

Neal sendiri mengatakan orangtua dan saudara Chan dan Myuran beruntung masih bisa berbicara dengan anaknya sembari mengucapkan selamat tinggal sementara dirinya tidak punya kesempatan sama sekali.

“Saya tidak punya kesempatan seperti itu, para pengedar narkotika ini adalah penjahat kejam. Saya harap Australia memiliki hukum yang sama (dengan Indonesia),”ucapnya.


Kontak Blog > ervanca@gmail.com

Twitter.com/CatatanLorcasz

Andrew Chan Tewas di Bawah Sistem Hukum Indonesia yang Cacat

CANBERRA, - Kakak kandung dari pemimpin sindikat peredaran narkotika Bali Nine, Andrew Chan menilai hukum Indonesia yang cacat mengakibatkan sang adik harus meregang nyawa di ujung peluru tajam tim eskeskutor.

Ungkapan kekesalan ini diungkap Michael Chan sebagaimana dilansir dari The Guardian yang mengatakan dirinya kehilangan adik dibawah sistem hukum Indonesia yang cacat.

“Saya telah kehilangan adik saya di bawah sistem hukum Indonesia yang cacat. Saya merindukanmu adikku, beristirahat dengan tenang (RIP),”ucapnya.

Sementara itu, Pengacara duo maut Bali Nine, Todung Mulya Lubis menuliskan di laman twitternya dirinya gagal dan kalah sembari minta maaf tidak bisa membantu maksimal

“Saya gagal, saya kalah, saya meminta maaf,”kicau pengacara Todung.

Sebagai informasi, Duo Maut Bali Nine, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran bersama enam terpidana mati lainnya telah menjalankan hukuman mati mereka pada pukul 00.35 WIB di Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.

Setelah dieksekusi, jasad dari duo maut Bali Nine lantas dibawa melalui jalan darat menuju Rumah Duka Abadi di Jalan Daan Mogot dan tiba pada pukul 12.20 WIB sembari menunggu administrasi menuju pemakaman di Australia.



Kontak Blog > ervanca@gmail.com

Twitter.com/CatatanLorcasz

Besok, Duo Maut #Bali9 Diterbangkan ke Australia

JAKARTA, - Setelah duo maut Bali Nine tiba di Rumah Duka Abadi membuat sejumlah pihak mempersiapkan segala sesuatu untuk keperluan keberangkatan jasad tersebut ke negara asalnya di Australia.

Informasi yang beredar, beberapa orang tengah mempersipakan sebuah peti berbahan tripleks dibuat khusus untuk melapisi peti kayu yang berisikan jasad duo maut Bali Nine tersebut

Ukuran peti pelapis tersebut berukuran 215 cm x 80 cm x 51 cm dengan ketebalan sekitar 12 milimeter yang berguna untuk menahan guncangan sepanjang perjalanan menuju Australia.

Seperti diketahui, duo maut Bali Nine ini Andrew Chan dan Myuran Sukumaran telah menjalani hukuman mati mereka dihadapan tim eksekutor dari Kejaksaan Agung dan Kepolisian pada Rabu (29/4) pukul 00.35 di Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.

Dengan berjalannya eksekusi, kabarnya Australia geram dan meminta Dubes mereka di Jakarta hengkang dari kantornya menuju Australia untuk konsultasi.



Kontak Blog > ervanca@gmail.com

Twitter.com/CatatanLorcasz

Seandainya Polisi Australia Beraksi, Maka Tidak Ada Eksekusi #Bali9

JAKARTA, - Pasca pelaksanaan eksekusi mati terpidana narkotika oleh Kejaksaan Agung dan Kepolisian RI ternyata menyimpan sebuah cerita yang menyesakkan bagi warga Australia.

Ternyata dieksekusinya duo maut Bali Nine, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran tidak lepas dari kontribusi Polisi Federal Australia.

Sebagaimana dilansir dari media setempat, kepastian ini disampaikan Bob Myers pengacara yang memberikan informasi kepada Polisi Federasi Australia (AFP) terkait operasi penyeludupan narkotika dilakukan Chan dan Sukumaran ke Indonesia.

Kala itu, Myers melaporkan kejadian ini kepada pihak berwenang dengan harapan bisa dihentikan aksi para anak muda ini sebelum berangkat ke Indonesia.

Bukan dihentikan dari bandara, justru Polisi Australia memberikan informasi kepada Kepolisian Indonesia soal aksi ini yang akhirnya berujung pada regu tembak.

“Harusnya mereka tak perlu sampai pergi ke sana (Indonesia), Kepolisian Federal Australia (AFP) tahu ini tak terelakkan, AFP tahu kalau kelompok itu dibiarkan meninggalkan Australia untuk menyeludupkan narkoba mereka akan dieksekusi. Tidak ada yang menjamin mereka akan selamat, ketika AFP tidak menerapkan hukuman mati (di Australia) AFP seharunya tak serta merta membiarkan warga negaranya sendiri terkena hukuman itu,”ucapnya

Pembiaran AFP terhadap warga negaranya yang membawa keluar narkoba juga diserukan mantan Diplomat Bruce Haigh yang mengatakan perlu adanya penyelidikan lebih lanjut soal keberadaan AFP dalam kasus ini.

"Saya percaya mereka harus diselidiki. Mereka tahu persis apa konsekuensinya, jika mereka tidak melakukannya tidak ada tujuh warga Australia yang tersisa di penjara Indonesia dan tentu saja tidak aka nada dua orang yang tewas,”ucapnya.

Sebagai informasi, duo maut Bali Nine, Andrew Chan ditangkap bersama dengan sejawatnya, Scott Rush, Michael Czugaj, Renai Lawrence dan Martin Stephens ditangkap aparat Bandara Ngurah Rai, Denpasar pada 17 Apri 2005 dengan barang bukti 8,3 kilogram heroin.

Sementara Myuran Sukumaran ditangkap bersama sejawatnya Tan Duc Thanh Nguyen, Si Yi Chen dan Matthew Norman di Kuta ketika siap-siap untuk mengirimkan heroin tahap kedua.

Duo maut Bali Nine, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran divonis hukuman mati oleh pengadilan dan sudah dijalankan pada Rabu (29/4) pukul 00.35 WIB di Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.

Sementara sejawat mereka lainnya beruntung tidak merasakan ujung peluru tim eksekutor, karena hakim mengganjarnya dengan variasi hukuman, hanya Scott Rush yang nampaknya tidak akan bisa kemana-mana karena harus menjalani hukuman penjara seumur hidup


Kontak blog > ervanca@gmail.com

Twitter.com/CatatanLorcasz

KBRI Keluarkan Imbauan kepada WNI

CANBERRA, - Pascanya pelaksanaan hukuman mati kepada delapan terpidana mati kasus narkoba dimana dua diantaranya duo maut Bali Nine, Myuran Sukumaran dan Andrew Chan spekulasi muncul adanya demo besar-besaran di negara tersebut.

Untuk menghindari tersebut, Kedutaan Besar RI untuk Australia berkedudukan di Sydney mengeluarkan imbauan untuk diperhatikan bagi seluruh warga negara Indonesia yang berada di negeri Kangguru tersebut.

Berikut isi imbauan yang dikeluarkan Kedutaan Besar RI untuk Australia untuk diperhatikan penuh dan seksama oleh semua warga Indonesia yang tinggal maupun akan berkunjung ke negeri tersebut.

HIMBAUAN KEPADA WARGA NEGARA INDONESIA
DAN DIASPORA INDONESIA DI AUSTRALIA

Sehubungan dengan perkembangan situasi saat ini baik di dalam negeri Indonesia maupun di Australia, KBRI Canberra dan seluruh Perwakilan RI di Australia menghimbau seluruh Warga Negara Indonesia (WNI) dan diaspora Indonesia di Australia agar :

1. Tetap tenang dan menjalankan aktivitas sehari-hari dengan meningkatkan kewaspadaan dan selalu mencermati perkembangan situasi di sekitarnya melalui berbagai sarana seperti Website KBRI Canberra dan Konsulat Jenderal / Konsulat Republik Indonesia di Australia, media cetak, media elektronik, dan media online;

2. Membawa selalu tanda pengenal yang masih berlaku, seperti paspor, kartu mahasiswa, bukti identitas lainnya, dan selalu mengindahkan peraturan setempat;

3. Tidak terpancing oleh tindakan-tindakan yang bersifat provokatif;

4. Meningkatkan komunikasi antar warga serta keamanan diri dan keluarga di kediaman serta lingkungan;

5. Mempererat kekompakan dan koordinasi dengan sesama WNI serta memberikan pertolongan kepada yang bermasalah serta segera menyampaikan segala permasalahan terkait kepada KBRI dan Konsulat Jenderal / Konsulat Republik Indonesia di Australia melalui nomor hotline 24 Jam pada nomor:

+61.450.475.094 (KBRI Canberra)

+61.467.227.487 (KJRI Sydney)

+61.477.007.075 (KJRI Melbourne)

+61.499.772.978 (KJRI Perth)

+61.438.843.040 (KRI Darwin)


29 April 2015
KBRI Canberra






Kontak Blog > ervanca@gmail.com
Twitter.com/CatatanLorcasz


Wajar, Penarikan Dubes Pada Suatu Negara

JAKARTA, - Soal sikap Australia yang akan panggil pulang Dubes baru mereka untuk Indonesia dalam rangka konsultasi pasca pelaksanaan eksekusi mati duo maut Bali Nine menurut sejumlah kalangan adalah hal yang wajar.

Salah satunya yang mengatakan wajar adalah Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla ketika menanggapi aksi yang dilakukan pemerintah Australia sebagai bentuk protes.

“Dalam hubungan diplomatic itu biasa aja. Kita juga pernah menarik duta besar kita di sana, jangan lupa. Itu biasanya sementara sebulan atau dua bulan nanti balik lagi, itu hanya menandakan tanda protes, ”ucapnya.

Menurut Wapres, sudah seharusnya negara lain menghormati penegakan hukum di Indonesia termasuk Australia karena ini menyangkut kedaulatan huku,.

Soal putusnya hubungan bilateral jika terjadi, JK mengatakan bahwa Indonesia tidak akan merugi justru pihak Australia yang merasakan lebih banyak dari putusnya hubungan.

“Dengan Australia kan kita lebih banyak mengimpor dari Australia, jadi ya kalau hubungan melenggang ya mereka rugi,”katanya.

Seperti diketahui, sebagaimana dilansir dari media setempat, Perdana Menteri Australia Tony Abbott menarik duta besarnya untuk Indonesia menyusuk eksekusi dua warga negaranya yang menjadi terpidana mati kasus Narkotika.

“Australia menghormati sistem Indonesia. Kami menghormati kedaulatan Indonesia tetapi kami menyesalkan eksekusi ini dan hal ini tidak bisa membuat kami memiliki hubungan seperti dahulu. Untuk alasan itu setelah selesai membantu semua keperluan keluarga Chan dan Sukuran, duta besar kami akan ditarik pulang untuk konsultasi,”ucapnya Abbott.

Seperti informasi, duo maut Bali Nine, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran telah melaksanakan hukuman mereka di depan para eksekutor pada Rabu (29/4) pukul 00.35 WIB di Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.



Kontak Blog > ervanca@gmail.com

Twitter.com/CatatanLorcasz

Kepolisian akan Kawal 4 Jasad Terpidana Mati Menuju Bandara

JAKARTA, - Petugas Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya (Polda Metro Jaya) akan mengawal ketat empat jasad terpidana mati jilid kedua selama di Jakarta hingga menuju Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Banten

Hal ini berdasarkan informasi yang beredar di lingkungan Polda Metro Jaya dimana selain pengawalan juga penjagaan hingga jasad tersebut meninggalkan Indonesia melalui bandara Soekarno-Hatta, Banten ke negara masing-masing dari terpidana.

Selama jasad tersebut disemayamkan, akan dijaga sekitar 20 personel dari Direktorat Sabhara Polda Metro Jaya

Sebagai informasi, empat jasad terpidana mati kasus narkotika yang baru saja menjalankan hukuman yang diberikan majelis hakim pada Rabu (29/4) pukul 00.35 WIB di Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah adalah duo maut Bali Nine, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran yang dimakamkan di kawasan Daan Mogot Jakarta Barat.

Kemudian, Sylvester Obiekwe Nwolise dari Nigeria yang disemayamkan di RS PGI Cikini, serta Rodrigo Gularter (Brasil) di RS Saint Carolus, Jakarta Pusat.

Keempat jasad terpidana mati ini, tiba di Jakarta dari Nusakambangan melalui jalur darat dengan kawalan super ketat.



Kontak Blog > ervanca@gmail.com

Twitter.com/catatanLorcasz

30 Personel Polisi Amankan Rumah Duka Duo Maut Bali Nine

JAKARTA, - Kedatangan duo maut Bali Nine di Jakarta pasca telah selesainya hukuman yang mereka lakukan mendapatkan pengawalan ketat dari pihak kepolisian.

Informasi yang beredar, untuk mengamankan jasad duo maut Bali Nine ini, setidaknya Kepolisian Resort Jakarta Barat menurunkan sekitar 30 personel.

Ke-30 personel ini adalah gabungan dari Polsek Tanjung Duren dan Polres Jakarta Barat akan menjaga sekitar rumah duka tempat jasad duo maut Bali Nine ini bersemayam hingga dipulangkan ke negaranya.

Penempatan ke-30 personel ini atas permintaan Kedutaan Besar Australia.



Kontak Blog > ervanca@gmail.com

Twitter.com/CatatanLorcasz

Darurat Narkoba, Jaksa Agung dan Kapolri Tiba di Nusakambangan

CILACAP, - Pasca pelaksanaan eksekusi terpidana mati kasus Narkotika, pagi ini kabarnya Jaksa Agung dan Kapolri mendatangi Nusakambangan.

Informasi yang beredar, kedua petinggi ini tiba pada pukul 08.00 dengan satu rombongan besar terdiri dari perwira kepolisian yang diikuti sepuluh mobil rombongan Jaksa Agung Prasetyo dan Badrodin Haiti.

Sesampainya tiba di Dermaga Wijayapura, Cilacap, Jaksa Agung dan Kapolri pun langsung menyebrang ke areal Nusakambangan.

Rencananya setelah mengunjungi Nusakambangan, kedua petinggi keamanan dan hukum ini akan memberikan keterangan pers perihal pelaksanaan eksekusi mati pada pukul 00.35 WIB

Seperti diketahui, Kejaksaan Agung RI bersama Kepolisian Negara RI sukses menjalankan eksekusi hukuman mati kepada delapan terpidana kasus Narkotika.

Namun sayangnya jumlah eksekusi tidak sesuai dengan awal pemberitahuan dimana terdapat sepulu terpidanan namun jelang beberapa hari tertunda satu orang karena masalah administrasi.

Bahkan dalam hitungan jam mundur pelaksanaan, Kejaksaan Agung kembali tidak konsisten dengan ucapan awalnya, dimana satu terpidana harus ditunda hanya karena ada sosok yang bertanggung jawab dalam kasus ini menyerahkan diri di negara asal terpidana.



Kontak Blog > ervanca@gmail.com

Twitter.com/CatatanLorcasz