Tampilkan postingan dengan label lingkungan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label lingkungan. Tampilkan semua postingan

Kamis, 16 April 2015

Ketika PM Norwegia Mencium Tangan Orang Rimba Jambi

JAMBI, - Ada yang menarik ketika Perdana Menteri Kerajaan Norwegia Erna Solberg mengunjugi pemukiman Orang Rimba di Senamat Ulu, Kabupaten Bungo Jambi.

Selain harus berjalan kaki dengan berlumpur ria menuju pemukiman tersebut tidak membuat sang PM sedikit lelah bahkan menikmati.

Sebagaimana informasi yang beredar, setibanya di pemukiman Orang Rimba, Ibu dua anak ini langsung menyapa anak Orang Rimba yang dibalas dengan menyalami PM Solberg dengan mencium tangan.

Sang Ketua Partai Konservatif Norwegia ini pun sedikit bingung dengan situasi tersebut dan berrtanya kenapa anak-anak Orang Rimba ini mencium tangannya, akhirnya sang PM mendapatkan penjelasan bahwa mencium tangan tersebut adalah tradisi hormat kepada seseorang.

Begitu mendapatkan jawaban dari seorang penerjemah, secara spontan PM Solberg pun mencium tangan anak Orang Rimba.

Prosesi cium tangan ala perempuan kelahiran Bergen 24 Februari 1961 ini berlanjut kepada orang yang ditemuinya wanita dewasa dan wanita tua di pemukiman tersebut.

Aksi yang dilakukan PM Solberg ini cukup menarik perhatian dan tidak pernah ditemui seorang pejabat publik terutama negeri ini mencium tangan warganya, terutama mengingat Erna Solberg adalah seorang kepala negara

Dalam kunjungan ini, PM Solberg pun mendengar apa yang disampaikan Orang Rimba terutama kondisi mereka jaman dahulu hingga di masa mendatang.

Sebagai informasi, kondisi warga Orang Rimba saat ini yang terdata hanya 57 Kepala Keluarga dengan jumlah anggota 137 jiwa.


Kontak Blog > ervanca@gmail.com

Twitter.com/CatatanLorcasz

Rabu, 15 April 2015

Tidak Kuat Disindir Greenpeace, Lego Akhiri Kemitraan dengan Shell

COPENHAGEN, - Tidak kuat disindir oleh Greenpeace akhirnya Produsen alat permainan bongkah plastic kecil asal Denmark. Lego memutuskan untuk tidak lagi bermitra dengan perusahaan minyak asal Belanda Shell

Adalah tindakan Greenpeace yang membuat Lego akhirnya menyerah dan mengakhiri kemitraan dengan perusahaan yang berdiri 1907 ini.

Greenpeace menggunakan media video menampilkan kawasan antartika yang terbuat dari mainan lego tiba-tiba terendam minyak karena eksplorasi dari Shell.

Untuk mendukung kesan ini pun, pihak Greenpeace menggunakan judul yang diplesetkan dari judul lagu di film The Lego Movie yaitu Everything is Awesome menjadi Everything is Not Awesome.

Bahkan di akhir video yang sudah ditonton sebanyak 5,9 juta tersebut, Greenpeace menyisipkan pesan bahwa Shell membuat imajinasi anak kita terpolusi, bergabunglah dengan petisi ini untuk membuat Lego mengakhiri kerjasama dengan Shell.

Karena kampanye video inilah membuat pimpinan Lego, Jorgen Vig Knudstorp mengeluarkan pernyataan resmi soal pemutusan hubungan kemitraan mereka dengan Shell

“Kampanye Greenpeace menggunakan mainan Lego untuk memprotes kebijakan Shell. Kami tidak ingin terjebak dalam perselisihan tersebut,”demikian penjelasan resmi Lego yang termuat dalam laman resminya.

Selain Lego, pihak Greenpeace mengimbau kepada Museum Sains London untuk mengakhiri kerja sama dengan Shell karena pihak perusahaan Belanda ini mensponsori pameran perubahan iklim di sana.

Sebagai informasi, sejak tahun 2011, mainan Lego dijual pada setiap stasiun pengisian bahan bakar gas Shell di 26 negara termasuk di Indonesia dengan banderol sekitar lebih dari USD100 juta.

Di Indonesia sendiri mainan Lego yang dijual pada stasiun pengisian bahan bakar Shell dibanderol Rp60,000 hingga Rp70,000.

Untuk bisa mendapatkan mainan lego tersebut, para pelanggan diwajibkan mengisi Shell pada kendaraannya sebanyak 30 liter.

Ini adalah video kampanye Greenpeace yang menyindir mainan Lego, selamat menyaksikan !!











Kontak Blog > ervanca@gmail.com

Twitter.com/CatatanLorcasz

Selasa, 14 April 2015

Pesan Lingkungan PM Norwegia kepada Para Pelaku Infrastruktur

JAKARTA, - Dalam kunjungan ke Indonesia untuk pertama kalinya dan menjadi tamu pertama di Indonesia sejak Presiden Joko Widodo dilantik Perdana Menteri Kerajaan Norwegia, Erna Solberg meminta agar pembangunan yang dilakukan negeri ini tidak melupakan isu lingkungan.

“Kami punya perjanjian dengan Pemerintah Indonesia untuk mendukung pendanaan perlindungan hutan hujan di negara ini karena presiden sebelumnya merupakan aktivis lingkungan di bidang ekonomi hijau, kami akan membahas hal itu dengan presiden yang baru,”ucapnya.

Selain masalah lingkungan, dalam pertemuan dengan Presiden Jokowi, PM Solberg juga akan membahas perdagangan bilateral dalam kerangka European Free Trade Area (EFTA).
Berdasarkan informasi yang beredar, nilai perdagangan kedua negara sebesar USD450 juta selama tahun 2014 lalu.

Angka ini meningkat sekitar 22 persen dibandingkan 2013. Peningkatan ini seiring dengan hadirnya  sekitar 40 perusahaan negara skandivania yang bergerak dalam bidang minyak, gas, industri, maritim, perikanan, akualkultur, dan energi terbarukan


Kontak Blog > ervanca@gmail.com

Twitter.com/CatatanLorcasz

Di Indonesia, PM Norwegia Akan Bertemu dengan Suku Anak Dalam

JAKARTA, - Masalah lingkungan terutama hutan dan komponennya menjadi perhatian ekstra bagi Norwegia dalam menjaga bumi ini.

Hal ini juga yang dibawa Perdana Menteri Kerajaan Norwegia, Erna Solberg ketika berkunjung ke Jakarta dimana salah satu agenda di tanah air adalah akan bertemu dengan koumunitas suku anak dalam.

Informasi yang beredar dikalangan media, dengan didampingi Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya, Perdana Menteri Erna Solberg bertemu dengan Presiden Jokowi.

Belasan dentuman Meriam dan lagu kenegaraan dimainkan oleh Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) yang menjadi bagian dari penyambutan kepada Perdana Menteri dari Partai Konservatif ini.

Selain  berada di Jakara, PM Solberg akan mengunjungi Jambi untuk meninjau kawasan hutan adat serta tempat tinggal dari suku anak dalam yang berada di kawasan Muara Bungo

Apa yang dilakukan PM Solberg di Indonesia adalah bagian dari fokus dari kerjasama bilateral terutama bidang lingkungan hidup dimana salah satunya bekerjasama dengan BP REDD+

Selain kerja sama, pemerintah Norwegia juga memberikan dana hibah USD1 miliar untuk program lingkungan dan hutan di negara ini.




Kontak Blog > ervanca@gmail.com

Twitter.com/CatatanLorcasz

Senin, 06 April 2015

Bahas Tata Kelola Hutan, Kemlu Gandeng CIFOR, Akademisi, dan LSM Lingkungan

BOGOR, - Sebagai negara dengan hutan tropis paling besar ketiga di dunia membuat Indonesia perlu menempatkan isu hutan dalam program baik di tanah air maupun dalam forum internasonal untuk perjuangkan kepentingan negeri ini dalam hal kehutanan.

Hal inilah yang disampaikan dalam Focus Group Discussion (FGD) on International Arrangement on Forest and Forest Policy in Indonesia yang digelar oleh Kemlu bekerja sama dengan lembaga penelitian kehutanan internasional Center for International Forestry Research (CIFOR) di Bogor (2/4).

Sebagaimana dilansir dari laman Kemlu RI menjelaskan FGD yang bertujuan untuk memperoleh masukan dari berbagai pemangku kepentingan tentang tata kelola hutan nasional dan global dibuka oleh Direktur Pembangunan, Ekonomi dan Lingkungan Hidup, Kemlu, bersama dengan Direktur Jenderal CIFOR serta dihadiri oleh wakil Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, ilmuwan CIFOR, LIPI, LSM di sektor kehutanan (WWF, TNC, Kehati, Konservasi Internasional), dan akademisi dari Universitas Indonesia.

Pelaksanaan sidang United Nations Forum on Forests ke-11 (UNFF-11) di New York pada bulan Mei 2015, harus dijadikan momentum untuk mengangkat potensi hutan Indonesia sebagai paru-paru dunia.

UNFF sendiri merupakan organ PBB yang dibentuk pada tahun 2000 yang secara khusus melakukan pembahasan isu hutan.

Nilai jasa yang diberikan oleh hutan tidak hanya berasal dari sisi lingkungan, namun juga karena manfaat sosial dan ekonomi yang dirasakan oleh dunia. Jutaan orang di Indonesia bahkan milyaran penduduk dunia memperoleh manfaat baik langsung maupun tidak langsung dari hutan.

Sayangnya, secara global belum terdapat pengaturan internasional yang secara khusus melakukan pembahasan atas hutan dan berbagai aspek turunannya.

Di tingkat nasional, hutan harus menjadi salah satu isu yang perlu diarusutamakan dalam program pembangunan nasional.

Hutan tidak menjadi monopoli pemerintah semata. Berbagai pihak yang berkepentingan terhadap kelestarian hutan termasuk sektor swasta harus dijadikan mitra.

Terbatasnya pendanaan serta minimnya kapasitas untuk melakukan tata kelola hutan lestari harus menjadi perhatian bersama.

Potensi pendanaan swasta yang luar biasa termasuk melalui berbagai inisiatif Corporate Social Responsibility (CSR) harus dimaksimalkan.

Sektor swasta bersama dengan pemerintah diharapkan juga mengedukasi pasar, masyarakat dan konsumen agar mengkonsumsi hasil hutan secara berkelanjutan.



Kontak Blog > ervanca@gmail.com

Twitter.com/CatatanLorcasz

Jumat, 20 Maret 2015

New Cities Foundation dan Connect4Climate luncurkan “Jakarta Urban Challenge”

JAKARTA, - Jakarta Urban Challenge mengundang para pelajar dan wirausahawan Indonesia berusia 18-35 tahun yang ingin berkontribusi mengatasi tantangan mobilitas dan lalu lintas Jakarta.

Sebagaimana diinformasikan Dinar Primasari dari Edelman Indonesia mewakili pihak penyelenggara dalam keterangannya melalui email mengatakan kompetisi ini dibuka untuk perorangan maupun kelompok yang terdiri dari maksimal lima (5) orang.

Untuk mendaftar, individu atau kelompok harus mengirimkan proposal inovatif berbahasa Inggris yang terdiri dari 1 .000 kata yang memaparkan visi dan misi proyek mereka.

Aplikasi dibuka pada hari ini, 16 Maret 2015 dan akan ditutup pada 30 April 2015. Detil kompetisi bisa dilihat melalui http://bit.ly/JKTUrbChallenge.

Tiga finalis terbaik akan diumumkan pada bulan Mei untuk mempresentasikan ide mereka di depan panel juri internasional pada penyelenggaraan New Cities Summit 2015. Pemenang akan diumumkan saat Summit berlangsung dan mendapatkan hadiah sebesar USD20.000 untuk merealisasikan ide mereka.

Jakarta Urban Challenge diselenggarakan New Cities Foundation, sebuah organisasi nonprofit global, bersama dengan Connect4Climate, sebuah inisiatif global dari World Bank bersama Kementerian Lingkungan Italia.

Selain itu akan digelar New Cities Summit 2015 yang akan diadakan pada tanggal 9- 11 Juni, New Cities Foundation mengumumkan para pembicara dan program dari summit tersebut. 

Pembicara terdiri dari para pemimpin kota, arsitek, CEO, akademisi dan pengamat dari berbagai belahan dunia. New Cities Summit akan diadakan di Asia untuk pertama kalinya pada tahun ini.

Acara ini akan dihadiri oleh 800 delegasi dari 40 negara untuk mendiskusikan tema “Seizing Urban Moment: Cities at the Heart of Growth and Development”.

Konferensi ini akan membahas tantangan- tantangan urbanisasi Asia sekaligus mencari jawaban atas permasalahan-permasalahan serupa yang dihadapi semua kota di dunia. 

Beberapa pembicara pada New Cities Summit 2015 termasuk Basuki Tjahaja Purnama, Gubernur DKI Jakarta; Muhammad Yunus, penerima Nobel Perdamaian sekaligus Pendiri Grameen Bank; Ahamed J. M. Muzammil, Walikota Kolombo, Sri Lanka; Charbel Aoun, Wakil Presiden Senior Smart Cities, Schneider Electric; Manuel Salgado, Wakil Walikota Lisbon; dan In Dong Cho, Direktur Jenderal, Seoul Innovation Department.

Sebagai informasi, New Cities Summit sebuah acara yang diselenggarakan oleh New Cities Foundation, New Cities Summit merupakan acara global terkemuka mengenai masa depan perkotaan.

Selain itu mendorong perubahan perkotaan yang positif, acara bergengsi tinggi ini mendukung kolaborasi antar sektor lewat pembangunan jaringan sosial, forum terdepan, dan diskusi yang hidup. Summit ini menampilkan sekaligus menyebarkan ide-ide terbaik mengenai masa depan kota-kota dan menghasilkan solusi nyata dan terukur yang dapat diadopsi dan diimplementasikan di semua negara di dunia.

Program acara disusun oleh New Cities Foundatio n, dengan dukungan dari para anggota dan mitra, sehingga mencerminkan pemikiran tajam dan inovatif untuk kota masa depan.

New Cities Summit 2015 akan diadakan di Jakarta, Indonesia dari 9-11 Juni, yang sebelumnya diselenggarakan di Dallas (2014), Sao Paolo (2013), dan Paris (2012).

Selain itu,  New Cities Foundation membawa misi untuk menciptakan masa depan perkotaan yang lebih baik dengan menghasilkan dan mengembangkan ide dan solusi melalui aktivitas, riset, dan proyek inovasi perkotaan.

Dalam semua aktivitasnya, New Cities Foundation berkerja sama dengan para eksekutif, pemerintahan, akademisi, masyarakat, media, dan seniman.

Setiap tahun, New Cities Foundation mengadakan New Cities Summit, sebuah acara global terkemuka di bidang masa depan perkotaan. New City Summit selanjutnya akan diadakan pada 9 -11 Juni 2015 di Jakarta, Indonesia, setelah sebelumnya diadakan di Dallas (2014), Sao Paolo (2013), dan Paris (2012). 

New Cities Foundation juga mengadakan acara lainnya termasuk Forum Cityquest –KAEC, sebuah forum terdepan di bidang proyek perkotaan baru berskala besar, dan Cities on the Move, sebuah acara di bidang mobilisasi perkotaan masa depan.

New Cities Foundation adalah organisasi non-profit independen, yang didirikan tahun 2010 dan didanai oleh para anggota dan mitranya.

Secara keseluruhan, anggota New Cities Foundation terdiri dari perusahaan, universitas, kota, dan organisasi terkait perkotaan dari seluruh dunia. 

Anggota sekaligus pend iri New Cities Foundation adalah Cisco dan Ericsson. New Cities Foundation berbasis di Geneva dengan kantor utama terletak di Paris.

Sementara Jakarta Urban Challenge adalah sebuah kompetisi berhadiah USD 20.000 untuk generasi muda Indonesia dengan solusi terbaik bagi permasalahan lalu lintas dan mobilitas Jakarta.

Seiring dengan perkembangan Jakarta, mobilitas menjadi tantangan yang terus tumbuh sementara masalah kepadatan semakin memburuk, isu yang dihadapi kota metropolitan besar.

Jakarta Urban Challenge didesain untuk menemukan solusi lokal guna meningkatkan mobilitas Jakarta, yang merupakan salah satu kota terpadat di dunia.

Kompetisi ini diselenggarakan oleh New Cities Foundation berkolaborasi dengan Connect4Climate, sebuah komunitas global yang peduli dengan perubahan iklim, mendorong solusi dan melakukan aksi pemberdayaan. Connect4Climate didirikan oleh World Bank dan Kementerian Lingkungan Italia.



Kontak Blog > ervanca@gmail.com

Twitter.com/CatatanLorcasz

Kamis, 19 Maret 2015

Finlandia Ingin Bantu Konservasi Danau Toba

JAKARTA, - Finlandia tertarik untuk terlibat dalam konservasi kawasan Danau Toba di Sumatera Utara bersama dengan lembaga pendidikan di kawasan sekitar danau.

Ketertarikan ini disampaikan Ketua Forum Rektor Finlandia Kalervo Vaananen dalam pertemuan dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla bersama dengan Menteri Pendidikan dan Komunikasi Finlandia Krista Kiuru

“Kami berharap nantinya kami dapat melibatkan Danau Toba dalam mengembangkan kerja sama kami bagaimana itu bisa dilindungi dan dibersihkan,”ucapnya.

Vaananen juga menceritakan awal mula keinginan untuk kerja sama dalam konservasi Danau Toba ini ketika dirinya pertama kali mengunjungi kawasan tersebut dan melihat sebagian warga negaranya banyak mengunjungi tempat ini.

“Kerja sama itu disarankan oleh rekan-rekan dari Indonesia. Ketika kami berkunjung ke Sumatera, ada Universitas di sana mengajak berdiskusi soal Danau Toba dan beberapa bulan kemudian kami mengembangkanembangkan kerja sama itu,”ucapnya.

Sementara itu, perwakilan dari Universitas Finlandia Juha Christensen mengatakan kerja sama ini akan lebih difokuskan pada upaya penjagaan lingkungan hidup dan hutan.

“Ada kerja sama dengan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Ibu Siti Nurbaya untuk di bidang kehutanan dan ilmu pengetahuan kehutanan termasuk juga lingkungan hidup seperti perlindungan kawasan Danau Toba,”ucapnya.

Kalangan akademisi ini berada di Jakarta bersama dengan Menteri Pendidikan dan Komunikasi Finlandia Krista Kiuru untuk menjalin kerjasama bilateral yang sudah terjalin lebih dari 60 tahun.




Kontak Blog > ervanca@gmail.com

Twitter.com/CatatanLorcasz

Sabtu, 07 Februari 2015

Rokok Ancam Generasi Muda Indonesia

JAKARTA, -  Setidaknya lebih dari 40,3 juta anak Indonesia berusia 0 – 14 tahun menjadi perokok pasif karena mereka tinggal dengan perokok dan terpapar oleh asap rokok bahkan, prevalensi usia perokok pemula 15-19 tahun mencapai 20% (Riskesdas 2010).

Karena angka dari Riskesdas tahun 2010 inilah membuat Smoke Free Agents (SFA) bersama-sama mengajak masyarakat untuk meminta Presiden Joko Widodo mengadopsi Konvensi Pengendalian Tembakau (FCTC) secepatnya demi melindungi generasi muda Indonesia.

Hal ini disampaikan dalam bentuk petisi yang dapat di akses melalui Change.org (www.change.org/DukungFCTC) dan di Kompak.co (http://www.kompak.co/fctc/).

Sebagaimana informasi yang diterima melalui email menurut Ricki Cahyana perwakilan dari SFA mengatakan dengan mengadopsi FCTC maka pemerintahan Presiden Joko Widodo – Jusuf Kalla, berani mewujudkan misi kesehatan dengan menegaskan kembali hak seluruh generasi muda Indonesia untuk memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya.

Indonesia adalah salah satu dari 14 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa yang masih belum mengadopsi FCTC.

“Konvensi Pengendalian Tembakau atau FCTC, merupakan bentuk komitmen dan solidaritas global dalam menghadapi epidemi tembakau. Maknanya bagi Indonesia adalah berupa perlindungan bagi generasi Indonesia masa kini dan masa datang dari akibat buruk konsumsi rokok dan paparan asap rokok terhadap kesehatan berupa pengaturan penjualan rokok dan pelarangan akses produk rokok untuk anak dibawash usia 18 tahun,” jelas Ricki Cahyana perwakilan dari SFA.


Dengan mudah dan murahnya akses rokok di kalangan generasi muda juga merupakan salah satu alasan meningkatnya jumlah perokok pemula.

Hal ini dikemukakan oleh Robby Indra Wahyuda, penderita kanker laring stadium 3 berusia 27 tahun; yang mengenal rokok saat masih duduk di kelas 6 SD karena tuntutan pergaulan agar tampak keren. 

Robby mengaku sangat mudah untuk mendapatkan rokok, bahkan rokok dapat dibeli depan sekolahnya dulu.

Rokok memiliki dampak langsung, baik produknya maupun asapnya. Dampak yang sering ditemukan adalah gangguan sistem pernapasan hingga kanker.

Dengan mengadopsi FCTC maka,

1. Anak – anak muda tidak mudah mendapatkan akses membeli rokok karena harga dan cukai rokok yang tinggi serta pelarangan akses produk rokok untuk anak dibawah usia 18 tahun,

2. Jumlah perokok pasif juga bisa ditekan karena ada perlindungan terhadap asap rokok di kawasan – kawasan tertentu,

3. Kemasan dan produk tembakau juga diberi label peringatan bergambar agar perokok pemula menyadari bahayanya dikemudian hari,

4. Iklan promosi yang menyesatkan dan segala bentuk sponsor serta promosi rokok dapat dilarang,

5. Anak – anak akan menerima pendidikan, komunikasi, pelatihan dan kesadaran akan kesehatan, serta meningkatkan layanan kesehatan masyarakat mengenai pengendalian tembakau,

6. Para perokok aktif bisa mendapatkan akses pada program berhenti merokok, dan

7. Para petani tembakau akan diberikan alternatif pendapatan berkelanjutan diluar dari pertanian tembakau, dan tidak ada pemaksaan untuk berhenti menanam tembakau.



Kontak Blog > ervanca@gmail.com

Twitter.com/CatatanLorcasz

Rabu, 28 Januari 2015

Enam Pahlawan Lingkungan dari Seluruh Indonesia Raih KEHATI Award VIII

JAKARTA, - Setidaknya enam pahlawan lingkungan dari berbagai daerah di Indonesia meraih KEHATI Award VIII. 

Penghargaan tersebut diberikan oleh Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) di Gedung Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail, Jakarta, 28 Januari 2015.

Sebagaimana informasi yang diterima melalui email mengatakan menurut Emil Salim tokoh senior lingkungan hidup mengatakan para dirinya sangat hormat kepada para pemenang
"Pada mereka hormat saya," tegas Emil Salim,

Menurut Emil Salim nya apa yang telah dilakukan oleh para peraih KEHATI Award patut dihargai setinggi-tingginya, karena meskipun yang mereka lakukan belum tentu besar, tetapi jalan mereka sudah benar.


"Mereka melestarikan keanekaragaman hayati," ucapnya

Para pemenang tersebut adalah, Aziil Anwar dari Majene, Sulawesi Barat pada kategori Prakarsa Lestari Kehati karena upayanya menumbuhkan mangrove di karang-karang mati, kemudian Ir. Januminro dari Palangkaraya, Kalimantan Tengah pada kategori Pendorong Lestari Kehati karena usahanya mengelola hutan gambut hak milik.

Dari kategori Peduli Lestari Kehati, pemenangnya adalah CV Arum Ayu dari Tangerang Selatan, Banten karena upayanya mengolah sumber pangan lokal dan mengajarkannya pada banyak orang.

Lalu, pada kategori Cipta Lestari Kehati, pemenangnya adalah Prof. Achmad Subagio dari Jember, Jawa Timur, seorang peneliti yang mendorong pangan lokal di lahan-lahan marjinal.

Kemudian Agustinus Sasundu dari Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, pemenang di kategori Citra Lestari Kehati karena upayanya mempopulerkan musik bambu.

Kemudian, di kalangan generasi muda, terdapat KeSEMaT (Kelompok Studi Ekosistem Mangrove Teluk Awur) dari Universitas Diponegoro, Semarang yang menjadi pemenang kategori Tunas Lestari Kehati karena upayanya menjadikan mangrove sebagai gaya hidup.

Para pemenang ini dipilih dengan penjurian yang ketat dari 88 aplikasi yang terdaftar. Juri yang berjumlah lima orang, yaitu Prof Eko Baroto, Ir Yusni Emilia Harahap, Agus HS Reksoprodjo, Dr Asclepias RS Indriyanto, dan Gesit Ariyanto berusaha keras memilih para pemenang dari kriteria-kriteria ketat yang telah ditentukan sebelumnya.



Terkait dengan kriteria tersebut, menurut Ketua Dewan Juri, Eko Baroto mengatakan apa yang didapat tersebut adalah dampak positif pada masyarakat, keberlanjutan kegiatan dan besarnya upaya yang dilakukan diluar tugas dan kewajibannya,”ucapnya

Sementara itu, Ketua Pembina Yayasan KEHATI, Ismid Hadad, mengatakan bahwa para pemenang merupakan champion karena berani melawan arus untuk mau menyelamtkan lingkungan.

"Tanpa instruksi atau uluran tangan pemerintah. Pemberian KEHATI Award ini adalah cara Yayasan KEHATI untuk mengembangkan upaya-upaya pelestarian lingkungan untuk tumbuh lebih besar. ejak pelaksanaan KEHATI Award di tahun 2000, saya selalu gembira bertemu dengan wajah-wajah baru yang bisa menjadi harapan pelestarian keanekaragaman hayati," ucapnya

Sedangkan menurut  Ketua Panitia KEHATI Award VIII sekaligus Direktur Eksekutif Yayasan KEHATI, MS Sembiring mengatakan bahwa pesan kuat yang ingin disampaikan KEHATI pada pelaksanaan acara ini adalah untuk membangkitkan kepedulian masyarakat terhadap keanekaragaman hayati terutama pada isu pangan, energi, kesehatan, dan air (PEKA).

"PEKA ini telah menjadi fokus rencana strategis KEHATI selam lima tahun ini," katanya.

Sebagai informasi, KEHATI Award adalah penghargaan tertinggi yang diberikan oleh Yayasan KEHATI kepada perorangan atau kelompok yang telah mampu melakukan pelestarian lingkungan dan keanekaragaman hayati.

Penghargaan ini telah dimulai sejak tahun 2000, dan di tahun ini adalah pelaksanaannya yang kedelapan kali. Hingga tahun 2015, peraih KEHATI Award sudah mencapai 35 orang atau kelompok.

Terselanggaranya KEHATI Award VIII ini tidak lepas dari dukungan Chevron Indonesia, Bank Negara Indonesia, Bank Rakyat Indonesia, PT Gadjah Tunggal, The Bodyshop, PT Pembangunan Jaya Ancol, Semen Indonesia, Marthina Berto (Martha Tilaar), Ny. Meneer, dan PT Chandra Asri. Dari sisi media, dukungan datang dari SWA Media, Society of Indonesian Environmental Journalist (SIEJ), ANTARA, Radio KBR, Mongabay, MP Pro dan Alilansi Jurnalis Independen (AJI)




Kontak Blog > ervanca@gmail.com

Twitter.com/Lorcasz

KEHATI AWARD VII Kembali Digelar

JAKARTA, - Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) kembali memberikan penghargaan tertinggi pada enam pahlawan lingkungan berupa KEHATI Award VIII.

Mereka adalah kelompok atau individu yang serius memberikan solusi terhadap berbagai permasalahan lingkungan atau keanekaragaman hayati.

Sebagaimana informasi yang dikirim melalui email, Direktur Eksekutif Yayasan KEHATI, MS Sembiring mengatakan bahwa para penerima penghargaan ini berasal dari berbagai wilayah di Indonesia

"Para penerima penghargaan KEHATI Award berasal dari berbagai wilayah di Indonesia," ucapnya

Sejak pengumuman pendaftaran KEHATI Award VIII, berbagai aplikasi datang dari segala penjuru Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa pelestari lingkungan dan keanekaragaman hayati masih bergeliat di seluruh nusantara.

"Semangat itulah yang juga membat Dewan Juri harus benar-benar fokus untuk memilih enam pemenang di enam kategori dari sekian banyak upaya-upaya terbaik anak negeri," kata Sembiring.

Kategori-kategori tersebut adalah Prakarsa Lestari Kehati pada perorangan atau kelompok, Pendorong Lestari Kehati pada badan pelayanan publik atau pemerintah, Peduli Lestari Kehati pada dunia usaha, Cipta Lestari Kehati pada ilmuwan atau akademisi, Citra Lestari Kehati pada media massa atau pekerja seni dan budaya, dan Tunas Lestari Kehati pada upaya-upaya generasi muda. Dari kerja keras para juri, didapatkan 12 nominasi yang masing-masing memiliki keunggulan.

Pada Prakarsa Lestari Kehati terdapat Aziil Anwar dari Majene, Sulawesi Barat, yang merehabilitasi mangrove di desanya dan Masyarakat Adat Haruku dari Maluku yang mampu mempertahankan tradisi pengelolaan lingkungan yang sudah ada sejak lama.

Pada Pendorong Lestari Kehati terdapat Ir. Januminro dari Palangkaraya, Kalimantan Tengah, yang membuat model pengelolaan hutan gambut berbasis hak milik dan Umbu Jacob Tanda dari Mbatakapidu, Nusa Tenggara Timur, yang mencoba menanggulangi masalah pangan di desanya. Pada Peduli Lestari Kehati terdapat PT Garuda Indonesia yang selalu konsisten dalam pelestarian lingkungan melalui program-program CSRnya dan CV Arum Ayu dari Tangerang Selatan, Jawa Barat, yang serius mempromosikan pangan lokal melalui produk-produk makanannya.

Pada Cipta Lestari Kehati terdapat Dr. Ir. Pande Ketut Diah Kencana MS dari Bali yang melestarikan dan memanfaatkan bambu Tabah dan Prof. Ir. Achmad Subagio dari Jember, Jawa Timur yang mengelola sumber pangan lokal di lahan-lahan marjinal.

Pada Citra Lestari Kehati terdapat Agustinus Sasundu dari Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, yang memanfaatkan bambu untuk alat musik tradisional dan Nasirun dari DI Yogyakarta yang melakukan zakat bumi dari hasil-hasilnya melukis.

Terakhir pada Tunas Lestari Kehati terdapat Cahyadi Adhe Kurniawan dari Semarang, Jawa Tengah, yang memanfaatkan mangrove sebagai pewarna alami batik dan Kelompok Studi Ekosistem Manggrove Teluk Awur (KESEMAT) dari Semarang, Jawa Tengah, yang melakukan kampanye dan konservasi mangrove di Teluk Awur, Jepara.

"Mereka adalah inspirasi untuk Indonesia," kata Sembiring.


Melalui para nominasi inilah tema KEHATI Award VIII ingin dimunculkan. Tema tahun ini adalah Keanekaragaman Hayati untuk Kesejahteraan Bangsa.

Seperti yang dilakukan oleh Achmad Subagio dengan pembuatan MOCAF (modified cassava flour) dari singkong yang ditanam di lahan kritis. Upaya tersebut bisa menjadi modal kedaulatan pangan yang berujung pada kesejahteraan rakyat.

Hal yang sama juga dilakukan oleh CV Arum Ayu yang mencoba berkreasi melalui beragam tepung dari sumber pangan lokal.

Pemanfaatan lain juga dilakukan oleh KESEMAT melalui pengelolaan mangrove dengan memberdayakan ibu-ibu rumah tangga.

Tema keanekaragaman hayati untuk kesejahteraan bangsa ini adalah pengingat tentang peran penting keanekaragaman pada kehidupan manusia.

Kekayaan yang menjadi potensi besar Indonesia tersebut menyimpan beragam sumber pangan, sumber energi alternatif, sumber obatan-obatan alami, dan jika dijaga dengan baik maka akan ikut menjaga ketersediaan air.

Oleh karena itu, diperlukan perhatian dan kontribusi semua pihak pada keberlanjutan keanekaragaman hayati di Indonesia.

Hilangnya keanekaragaman hayati karena kesalahaan pengelolaan justru akan merugikan masyarakat di sekitarnya.

Terselanggaranya KEHATI Award VIII ini tidak lepas dari dukungan Chevron Indonesia, Bank Negara Indonesia, Bank Rakyat Indonesia, PT Gadjah Tunggal, The Bodyshop, PT Pembangunan Jaya Ancol, Semen Indonesia, Marthina Berto (Martha Tilaar), Ny. Meneer, dan PT Chandra Asri. Dari sisi media, dukungan datang dari SWA Media, Society of Indonesian Environmental Journalist (SIEJ), ANTARA, Radio KBR, Mongabay, MP Pro dan Alilansi Jurnalis Independen (AJI)




Kontak Blog > ervanca@gmail.com

Twitter.com/Lorcasz

Senin, 12 Januari 2015

AS Dukung Sektor Peradilan Demi Melindungi Keanekaragaman Hayati Indonesia

JAKARTA, - Lebih dari 40 anggota lembaga sektor peradilan dan penegakan hukum di Indonesia bertemu untuk menghadiri pembukaan Lokakarya Terpadu Sektor Peradilan selama tiga hari tentang Penanganan Perkara untuk Perlindungan Keanekaragaman Hayati di Indonesia di Hotel Shangri-La pada tanggal 12 Januari 2015.

Sebagaimana informasi yang diterima dari Kedubes AS di Jakarta melalui email mengatakan konferensi ini diselenggarakan bersama oleh Mahkamah Agung Indonesia dan Pemerintah AS, melalui Badan Pembangunan Internasional AS (USAID).

Duta Besar AS untuk Indonesia Robert Blake mengatakan dalam sambutannnya mengatakan memberantas kejahatan kehutanan dan satwa liar memerlukan tindakan kolaboratif dan kerjasam antara lembaga lembaga, serta organisasi non pemerintah, masyarakat sipil yang memiliki peran sangat penting.

"Memberantas kejahatan kehutanan dan satwa liar memerlukan tindakan kolaboratif dan kerjasama antara lembaga pemerintah, serta antara organisasi non-pemerintah, masyarakat sipil, masyarakat setempat, pengacara, dan sektor swasta. Penyidik, penuntut, dan hakim masing-masing memiliki peran yang sangat penting sebagai penegak keadilan - untuk menjaga sektor peradilan yang adil, transparan dan akuntabel, serta kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia.”ucap Dubes Blake.

Lokakarya ini akan fokus pada penegakan hukum Indonesia dan peraturan yang akan lebih efektif dalam melindungi sumber daya hutan, dan peran sektor peradilan dalam melindungi hutan Indonesia, satwa liar, serta melindungi warga negara yang menggantungkan mata pencahariannya pada keberagaman produk hutan.

Sampai saat ini, Pemerintah AS melalui USAID, telah menginvestasikan U$232 juta di lebih dari 40 negara, termasuk U$32 juta untuk pelestarian dan pengelolaan hutan di Indonesia,
Sementara Ketua Mahkamah Agung RI, Muhammad Hatta Ali mengatakn sebagai bagian dari reformasi birokrasi, pihaknya telah menerapkan program peningkatan kapasitas dan kompetensi para hakim di bidang penanganan perkara lingkungan hidup.

“Sebagai bagian dari reformasi birokrasi, Mahkamah Agung Republik Indonesia telah menerapkan program peningkatan kapasitas dan kompetensi para hakim di bidang penanganan perkara lingkungan hidup seperti tertuang dalam Keputusan Ketua Mahkamah Agung No. 134/KMA/SK/IX/2011 tentang Sertifikasi Hakim Bidang Lingkungan Hidup. Hingga saat ini, Mahkamah Agung Republik Indonesia telah memiliki 117 hakim bersertifikasi lingkungan hidup di pengadilan tingkat pertama dan tingkat banding dalam lingkup peradilan umum dan tata usaha negara yang dilaksanakan di Badan Litbang Diklat Mahkamah Agung RI," ucapnya

Lokakarya ini merupakan salah satu dari inisiatif Pemerintah AS untuk Sektor Peradilan di  Indonesia yang menunjukkan luasnya bantuan di bawah Kemitraan Komprehensif AS-Indonesia.




Kontak blog > ervanca@Gmail.com

Twitter.com/Lorcasz

Rabu, 24 Desember 2014

Kisah yang Bernama Tsunami

JAKARTA,- Banyak yang mengatakan kalau Tsunami yang terjadi di Aceh dan Pasifik seperti Thailand, India, Srilanka adalah yang terbesar di era modern.

Tapi apakah ada yang tahu kalau Tsunami tersebut sudah adalah sejak tahun 1600-an ? iya berdasarkan berbagai sumber mengatakan peristiwa ini disebut Tsunami pada Jumat 2 Desember 1611.

Ilustrasi - Istimewa
Jumat 2 Desember 1611 ada sebuah gempa mengguncang Sanriku, kawasan pantaqi Timur Jepang dimana dua jam setelah gempa tiba-tiba pantai tersebut menyerbu daratan sekitar tempat tersebut.

Gempa yang timbul tidak menyebabkan kerusakan tetapi ombak tinggi dari pantai tersebutlah yang membuat kawasan tersebut hancur sangat dahsyat hingga menimbulkan ribuan warga di pesisir Sendai menjadi korban.

Kisah mengerikan ini pun terekam dalam sebuah kisaha yang tercatat oleh pemerintah setempat yang diberi judul “Sumpuki”

Kisah ini diawali tiadanya upeti yang menjadi kebiasaan dari Daimyo Sendai Date Masamunte yang hidup pada tahun 1586 hingga 1636 kepada Shogun Tokugawa Leyasu (1542-1616) di kawasan utara Honsu.

Kiriman kepada shogun Tokugawa dari Sendai adalah ikan kod terbaik diawal musim, namun entah kenapa pada Januari 1612 kiriman upeti tersebut tidak dilaksanakan Masamune tapi hanya mengirimkan utusan untuk memberikan kabar bencana akan tiba di akhir tahun itu.

Dan benar kejadian dimana sekitar 5,000 orang tewas di wilayah kekuasaan Masamune sedangkan di wilayah Morioka dan Tsugaru 3,000 orang tewas dan hilang.

Tsunami sendiri memiliki arti ketika itu berdasarkan penuturan sang pemberi kabar berasal dari penggalan kata Tsu yang mengandung arti Pelabuhan dan Nami sebagai gelombang dari bahasa Jepang, yo ni tsunami to yu’u.

Pengenalan bahasa Tsunami bagi internasional baru ada sekitar 250 tahun sejak peristiwa di Jepang tersebut.

Ada dua penulis barat yang memberikan catatan sejarah tentang penggunaan padanan Tsunami dimulai pada bencana di Sanriku, Jepang sekitar tahun 1896 dengan kronologi sama seperti pada kejadian tahun 1612 dimana gelombang laut naik ke daratan sangat tinggi setelah gempa terjadi.

Penulis pertama yang menjadi saksi akan tsunami adalah Elisa Ruhamah Scidmore yang menuliskannya untuk National Geographic Magazine terbitan September 1896.

Scidmore menuliskan bahwa pada tangga 15 Juni 1896, pantai timur laut Hondo sebuah pulau utama di Jepang dilanda gelombang raksasa yang dipicu gempa (tsunami) dengan korban tewas 26,975 orang dan 5,390 korban luka.

Kemudian The Atlantic Monthly terbitan Desember tahun 1896 melalui penulisnya Lafcadio Hearn menulis ada gelombang laut yang mengerikan naik tiba-tiba dan ini oleh orang-orang Jepang disebut sebagai Tsunami.

Setelah kedua penulis ini menuliskan tentang Tsunami baru lah kata itu mulai familiar di dunia barat dan mencapai kepopulerannya pada 1 April 1946 ketika Hawaii diterjang Tsunami yang dikenal dengan April Fool’s Day Tsunami setelah itu barunya didirikan Pacific Tsunami Warning Center pada 1949 di Hawaii.

Lantas bagaimana dengan Indonesia, bagaimana istilah Tsunami bisa masuk di negeri ini ? adalah pada tahun 1960 ketika itu koran Merdeka terbitan 5 Mei pada halaman pertamanya menurunkan berita terjadinya Tsunami kiriman dari Chile ke Irian Barat dengan menggunakan istilah gelombang pasang akibat gempa.

Setelah itu pada tahun 1967, Harian Pagi Kompas menurunkan berita tentang peluncuran pusat peringatan Tsunami yang ada di Hawaii, dan harian inilah yang menggunakan arti kata Tsunami dalam penulisan berita.

Indonesia sendiri sebelum Tsunami Aceh sebenarnya sudah pernah mengalami yaitu pada tahun 1907 dimana ada kesaksian warga Simeulue yang mengatakan ada peristiwa yang dikenal dengan istilah smong atau galoro di Singkil.

Bahkan di Ende, NTT pun pernah terjadi dan masyarakat disana menyebutnya dengan istilah ae mesi nuka tana lala.

Dari segi ilmiah, kata Tsunami sendiri tidak ada kata padanan namun bahasa Inggris lebih suka menggunakan istilah gelombang panas atau tidak wave untuk menyebut istilah ini.

Namun tidak wave sendiri agak sendikit janggal karena tidak dipengaruhi gaya grativasi Bulan dan Matahari, padahal peristiwa Tsunami itu muncul karena gempa bumi, letusan gunung api dan longsoran bawah laut.



Kontak Blog > ervanca@Gmail.com

Twitter.com/Lorcasz