Jumat, 17 April 2015

Produksi Tempe Pak Joko digemari di Sabah

SABAH, - Bagi banyak orang di Indonesia, nama tempe dan olahannya tidak asing karena menjadi makanan sehari-hari namun bagaimana kalau kuliner khas negeri ini digemari juga di negara tetangga.

Adalah Pak Joko Susanto, salah seorang pemilik perusahaan membuat tempe mengisahkan perjalanan hidupnya sebelum memproduksi tempe.

Sebagaimana informasi yang diterima dari Konsulat Jenderal RI di Kota Kinibalu melalui email menceritakan begitu datang ke Sabah sebagai pekerja tukang cat pada tahun 70-an, dirinya cukup heran ketika itu karena menemukan tempe dijual di pasar.

Ternyata orang-orang Indonesia telah berhasil memproduksi tempe mengingat bahan-bahannyapun berupa kedelai dan ragi terdapat di Sabah.

Setelah menikah pada tahun 1990, Pak Joko beralih pekerjaan menjadi pedagang bakso. Baru pada tahun 1992, Pak Joko bersama istrinya mulai memproduksi tempe dan tahu di rumahnya di kampong Lingkudau Keningau sekitar 150 km di luar kota Kinabalu.

Dengan pegawai berjumlah 5 orang, saat ini produksi tempenya menghabiskan kedelai 100 kg dan dipasarkan ke daerah Tenom, Sipitang dan Kota Kinabalu.

Dengan usaha tempenya itu, pak Joko telah dapat membiayai anak-anaknya sekolah sampai ke perguruan tinggi.

Ibu-ibu masyarakat Indonesia yang tinggal di Kota Kinabalu dan sekitarnya serta masyarakat setempat banyak yang berbelanja tempe kepada Pak Joko.

Salah seorang dari ibu-ibu itu,Ny. Muhitoh mengatakan bahwa tempe yang dibuat oleh Pak Joko rasanya serupa dan senikmat dengan tempe yang biasa ditemui di Indonesia.

 "Tempe yang dibuat oleh Pak Joko rasanya persis sama dengan Tempe di tanah air. Alhamdulillah, masyarakat Indonesia maupun masyarakat setempat disini tidak kesulitan mendapat tempe. Jika tidak sempat membeli ke pak Joko, kami dapat membelinya di super market maupun di pasar tradisional,”ucapnya

Sementara itu, Konsul Jenderal RI di Kota Kinabalu, Akhmad DH. Irfan mengatakan bahwa pihaknya telah mengetahui bahwa warga setempat maupun warga asing yang berdomisili di Sabah banyak yang pada awalnya belum pernah mencicipi tempe tetapi kemudian kecanduan tempe.

KonJen Irfan mengatakan bahwa masa depan tempe di tempatnya dapat diperkirakan semakin cerah terutama produk vegetarian yang semakin dihargai.

"Masa depan tempe di sabah dapat diperkirakan semakin cerah. Apalagi produk vegetarian di Sabah semakin dihargai. Buktinya tempe laris manis dibeli walaupun dijual dengan harga berlipat-lipat kali dari harga aslinya di Indonesia. Kami sendiri mendorong agar tempe bisa menembus restoran-restoran di Sabah. Di belahan dunia lain, seperti di Jepang tempe telah dikreasikan menjadi masakan seperti teriyaki tempe atau isi dari sandwich," ucapnya

Semakin tingginya minat warga setempat dan asing untuk mencoba makan tempe sepatutnya dapat membuat Indonesia bangga karena salah satu icon kulinernya semakin terkenal.

Tempe adalah sumbangan bangsa Indonesia kepada seni masak dunia. Jika Bung Karno dulu bilang bahwa bangsa Indonesia jangan mau disebut bangsa tempe, maksudnya adalah karena proses pembuatannya yang diinjak-injak kaki. 

Namun sekarang kiranya tidak menjadi masalah jika disebut Indonesia adalah Bangsa Tempe maksudnya adalah bangsa yang pertamakali memperkenalkan tempe ke dunia.


Kontak Blog > ervanca@gmail.com

Twitter.com/CatatanLorcasz