LEIDEN, - Kementerian Agama
RI melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Islam menjalin kemitraan dengan
Leiden University Belanda.
Sebagaimana dilansir dari
laman Kementerian Agama RI, Kemitraan ini ditandai dengan penandatanganan MoU
antara Dirjen Pendidikan Islam Kamaruddin Amin dengan Presiden (Rektor)
Universitas Leiden, Carel Jan Jozef Marie Stolker.
Dok. Kementerian Agama RI |
Penandatangan MoU ini
menjadi tahapan babak baru kerjasama Kementerian Agama dengan salah satu
universitas ternama di Belanda tersebut.
Leiden University memang
sudah tidak asing lagi dalam konteks kerjasama Pendidikan Tinggi Keagamaan
Islam (PTKI). Universitas tempat Snouck Hurgronje (1857 –1936) pernah belajar
teologi tersebut memiliki pengalaman panjang membangun kemitraan dengan
Kementerian Agama RI.
Pada tahun 1989, pemerintah
Belanda melalui the Dutch Ministry of Development Aid menyediakan dana cukup
besar untuk sebuah proyek monumental bertajuk The Indonesian-Netherlands
Co-Operation In Islamic Studies (INIS).
Proyek kemitraan ini
dibangun dengan tujuan membantu Kementerian Agama menyiapkan tenaga pendidik
(dosen) yang berkualitas bagi pengembangan 14 IAIN saat itu.
Sejarah berdirinya INIS
tidak bisa terlepas dari peran para alumni Leiden University akhir tahun
1960-an. Sebelum INIS berdiri, sejumlah dosen IAIN telah dikirm untuk
melanjutkan jenjang pendidikan S2 dan S3 ke Belanda secara bertahap dalam tiga
kelompok.
Pada tahun 1967, sebanyak 17
dosen diberangkatkan ke Belanda untuk menyelesaikan program master di Leiden
University.
Kemudian secara
berturut-turut menyusul kelompok kedua dan ketiga pada 1978 dan 1983. Di antara
mereka inilah yang kemudian turut membidani lahirnya INIS.
Selama kurang lebih satu
dasa warsa sejak 1989, Leiden University, melalui proyek INIS, telah
menganugerahkan gelar master dan doktor di bidang Islamic Studies kepada tidak
kurang dari 60 dosen IAIN. Selain itu, INIS juga menghasilkan banyak karya
tulis ilmiah, baik dalam bentuk buku maupun serial publikasi.
“Tak kurang dari 22 buku
telah diterbitkan dalam bahasa Indonesia maupun Inggris, selain 10 News Letter
yang diterbitkan setiap tahun selama kurun waktu proyek INIS berlangsung. Dan
yang paling penting adalah penterjemahan 4 volume karya Snouck Hurgronje,” ucap
Nico
Namun, Nico menyayangkan
bahwa proyek INIS “terpaksa” berakhir pada tahun 2000, sebagai dampak dari
krisis ekonomi dunia pada pertengahan akhir 1990-an yang juga dialami oleh
Belanda.
Selama kurang lebih lima
tahun sejak INIS ditutup, hubungan kerja sama antara Kementerian Agama dengan
Leiden University praktis tidak lagi terdengar, kecuali hanya beberapa kegiatan
akademik yang bersifat sporadis, antara lain berupa international conference
dan pengiriman sejumlah dosen untuk melakukan penelitian disertasi.
Namun pada 2006 hingga 2011,
hubungan kemitraan tersebut dirajut kembali melalui The Indonesian Young
Leaders programme.
Kerjasama ini lebih
difokuskan pada dua kegiatan, yaitu international conference dan pengiriman
mahasiswa PTKI untuk menyelesaikan program master dan doktor.
Mereka tidak hanya dikirim
ke Leiden University, tetapi juga menyebar di sejumlah universitas di Belanda.
Tidak kurang dari 30 dosen PTKI telah menyelesaikan master dan doktor mereka
melalui kerjasama fase kedua ini.
Pengalaman panjang kemitraan
antara Kementerian Agama RI dan Belanda ini telah berkontribusi bagi
pengembangan dan peningkatan mutu akademik serta kelembagaan PTKI.
Banyak alumni Leiden
University yang setelah kembali ke Tanah Air dipercaya menduduki posisi
strategis di lembaga masing-masing.
Bahkan, Dirjen Pendis
Kamaruddin Amin yang memimpin delegasi ini juga salah satu lulusan master dari Leiden University sebelum
menyelesaikan program doktoralnya di Bonn University, Jerman.
Kontak Blog >
ervanca@gmail.com
Twitter.com/CatatanLorcasz