Sebelum w menulis lebih
lanjut, w mo minta maaf sebelumnya bahwa tulisan ini bukan maksud untuk
memojokkan beberapa orang dan tempat tetapi hanya mengingatkan saja bahwa yang
namanya pelayanan itu harus maksimal bukan menggurui atau paling pintar !
Cukup basa-basinya, kenapa w
tulis judulnya di atas seperti itu karena itulah yang terjadi terhadap w dan
keluarga, w pun reaktif dengan menuliskan keluhan ini di laman jejaring sosial
w.
Sebenarnya yang ngalami ini
adalah bokap w namun melihat insitusi ini yang berplat merah yang terkenal
namanya sangat tidak mungkin sampai w menulis judul di atas
Berawal dari bokap yang
harus menjalani CT Scan, sebenarnya tindakan ini dijalankan pada Rabu kemarin
namun karena ada kabar duka dari keluarga baru Kamis dijalankan.
Lokasinya di Rumah Sakit
plat merah paling terkenal di Indonesia dan terkenal di kalangan dunia criminal
karena kamar jenazahnya penuh dengan manusia2 yang merasakan ujung timah panas
polisi.
W bersama nyokap anterin
bokap ke ruangan CT-Scan untuk antre giliran, perlu diketahui bokap w menderita
sakit pada lever / hati / hepar dan pernah jatuh sehingga kakinya harus
tertanam pen seukuruan pensil 2B.
Ketika dipanggil namanya,
bokap langsung menjalani sejumlah test sebelum masuk ke ruangan CT-Scan yaitu
test kulit apakah alergi atau tidak.
Ketika test kulit selesai,
disuruh menunggu 15 menit untuk melihat reaksi dari test tersebut, kemudian
dipanggil lagi untuk dicheck.
Ketika akan dicheck ternyata
panas tubuh bokap naik dalam artian panas demam, nyokap langsung minta dokter
untuk periksa lewat suhu dan ternyata benar suhunya 38 derajat.
Dokter langsung menyarankan
untuk ke Poli agar diobati, nyokap pun langsung ke bagian poli yang mana poli
khusus penyakit bokap hanya ada Senin dan Rabu.
Nyokap ama w tahu soal
jadwal poli namun yang namanya darurat masa iya ndak ada dokter jaga di poli
khusus penyakit itu ?
Akhirnya bokap dapat juga
dokter jaga khusus penyakitnya walaupun lama nunggu hingga telat makan siang.
Kelar dari berobat w bertiga
keluar dari rumah sakit menuju tempat makan, bokap pesen bubur ayam namun baru beberapa
sendok tiba-tiba muntah.
Kelar makan akhirnya w nyari
taksi untuk pulang, pas mau bangun dari kursinya tiba-tiba badannya oleg, w pun
akhirnya papah bokap dari dalam resto ke arah taksi begitu juga nyampe dirumah.
Ada dua jam bokap dengan
kondisi lemah ga bertenaga serta panas yang belum turun, w pun ke apotek untuk
beli obat yang dikasih dokter jaga.
Tapi kondisi ndak berubah
akhirnya daripada kenapa-kenapa w pun ambil taksi untuk ajak bokap ke UGD ke
rumah sakit tadi.
Pukul.20.00 w bareng nyokap
ama ade w anter bokap ke UGD, begitu w turun di UGD w disamperin entah OB atau
petugas administrasi di sana, langsung w bilang kalao w butuh brankar karena
pasien (bokap w) pasien kategori pita kuning dan sang petugas mengerti
kondisinya.
Bagi yang belum tahu, pasien
pita kuning adalah pasien dimana kondisi tubuh dan “perangkat”nya mudah rapuh.
Namun jawaban yang diterima
walau tetap ramah adalah tidak ada brankar, ketika dapat jawaban tersebut w pun
dalam hati agak aneh masa IGD sebesar ini dengan anggaran pemerintah masa tidak
ada brankar
Begitu w tanya apakah ada
kursi roda, ternyata jawabannya sama tidak ada ! ini rumah sakit atau apa sich
masa tidak sesuai dengan namanya Instalasi Gawat Darurat.
Menurut pemikiran w, yang
namanya IGD itu harus respon cepat termasuk ketika ada mobil yang parkir di
depan ruangan tersebut harus siap sedia dengan apapun, tapi kenyataannya
sebelum w datang pun ada pasien yang harus menunggu di mobil sampai dapat
brankar, kursi roda atau ruangan.
Cukup lama bokap nunggu di
dalam taksi yang tahu sendiri berapa nominal taksi sampai harus menunggu jalan
dari rumah w di Bekasi sampai ke kawasan Salemba !
Dokternya pun tidak
bersahabat kenapa w bilang tersebut, disaat w membutuhkan pertolongan
SEHARUSNYA dokter pun datang ini kagak !
Justru sang administrator
yang memanggil dokter dan menghampiri w sambil menanyakan apa yang terjadi
namun apa yang terjadi.
Begitu w ceritain apa yang
terjadi, apakah sang dokter langsung memberikan respon dengan menghampiri bokap
w sambil memberikan saran ? TIDAK !
Sang dokter ini pertamanya
tidak jauh dengan sang administrator TANPA SENYUM dan RAMAH ! kemudian berlalu
ke kerumunan teman-teman seprofesinya, kemudian kembali ke tempat w bukan
memberikan rekomendasi tapi malah pergi keluar ke arah ATM !
W pun harus mondar-mandir
ndak jelas akhirnya w pun putuskan minta kursi paling tidak untuk duduk di
dalam ini dan terlepas dari biaya taksi yang w ndak tau berapa !
Akhirnya w pun memapah bokap
dari dalam taksi menuju ke dalam lobby IGD dan lagi-lagi harus kecewa dengan
SOP dari ruangan ini termasuk manusia-manusianya.
Kenapa w bilang kecewa
dengan SOP ini karena sejak w datang tidak ada yang coba merespon dan
mendatangi w justru yang datang adalah PETUGAS ADMINISTRASI dan KEAMANAN !
Bertambah lagi kecewa w
dengan IGD Plat merah ini adalah, ketika bokap w berada di lobby tersebut,
bukannya dibawah ke ruangan malah diperiksa seadanya di kursi dengan membuka
baju dan periksa di bagian perut, beginikah SOP IGD memperlihatkan anggota
tubuh untuk diperiksa di tempat umum tanpa ditutupi supaya orang tidak bisa
dilihat, beginikah SOP IGD Plat Merah ?!
Dokternya pun yang menangani
bokap w pun kurang simpatik dimana menggurui dan paling pintar dia dalam
penyakit ini.
Seperti contoh tanpa
mengurangi rasa hormat dan memojokkan tetapi w pun punya sodara yang dokter, om
w dokter tapi melihat kelakuan dari dokter muda ini ndak layak w bilang dia
sebagai dokter !
Kenapa w bilang ga layak, kalau
dia tau etika mestinya dia menyarankan dan mencari ruangan yang benar-benar
bukan umum entah ruangan atau kamar karyawan untuk mencheck kesehatan dengan
membuka baju bukan seperti yang w lihat !
Kemudian, nyokap w udah
jelasin tentang kronologi sambil memberikan beberapa obat yang diminum serta
data medis selama tiga hari lalu, dan dokter ini pun hanya menjawab ya obat ini
memang penurun panas.
Yang w bikin pengen tabok
nich dokter adalah, ketika nyokap bilang bahwa bokap sering kram di bagian
perut dekat ulu hati, eeh si Dokter malah bilang “kram itu bagian dari obat itu
makanya bapak muntah” namun nyokap bilang bahwa kram itu selalu datang sebelum
ada obat yang diberikan di rumah sakit ini dan tetap si dokter jawabnya seperti
itu !
Dan w harus mempertanyakan
kepada para dokter yang kebetulan baca tulisan ini APAKAH DIBENARKAN seorang dokter ketika sedang
periksa pasien menerima telepon, membaca sms serta balas BBM di depan pasien
yang sedang periksa dia.
Kemudian, APAKAH DIBENARKAN
ketika dokter sedang memeriksa pasien TIBA-TIBA ada pasien datang langsung
memeriksa pasien yang baru datang TANPA MENYELESAIKAN DULU PERMASALAHAN pasien
yang sedang ditangani ?!
Bahkan sang dokter dengan
entengnya meninggalkan bokap w dan mengurusi pasien yang baru saja datang
kemudian menyuruh temannya untuk mengurusi bokap w tanpa meninggalkan pesan
apapun kepada nyokap dan bokap w !!
Dan w bersama nyokap, bokap dan ade w pun kembali ke rumah dengan tidak mendapatkan penjelasan apapun termasuk tindakan untuk mencheck apakah kram itu berasal dari obat atau tidak !
Inikah situasi IGD rumah
sakit plat merah yang sudah terkenal namanya dalam memperlakukan pasien gawat
darurat ?!
Padahal fasilitas ini
mendapatkan sertifkat ISO spesialis pelayanan, tapi apakah sertifikat itu ada
kalau kenyataan pelayanan ke bokap w aja seperti yang w ceritain !
Semoga cukup bokap w yang
alami kejadian ini dan pihak IGD lebih menatar kembali para dokter muda ini
untuk lebih humanis dengan tidak menggurui pasien yang mungkin saja tahu soal
obat dan medis seperti nyokap w sebagaimana dalam sumpah dokter !
Salemba, 290114 23:55