Kamis, 29 Januari 2015

Blog : Ketika IGD Kekurangan Brankar dan Kursi Roda

Sebelum w menulis lebih lanjut, w mo minta maaf sebelumnya bahwa tulisan ini bukan maksud untuk memojokkan beberapa orang dan tempat tetapi hanya mengingatkan saja bahwa yang namanya pelayanan itu harus maksimal bukan menggurui atau paling pintar !

Cukup basa-basinya, kenapa w tulis judulnya di atas seperti itu karena itulah yang terjadi terhadap w dan keluarga, w pun reaktif dengan menuliskan keluhan ini di laman jejaring sosial w.

Sebenarnya yang ngalami ini adalah bokap w namun melihat insitusi ini yang berplat merah yang terkenal namanya sangat tidak mungkin sampai w menulis judul di atas

Berawal dari bokap yang harus menjalani CT Scan, sebenarnya tindakan ini dijalankan pada Rabu kemarin namun karena ada kabar duka dari keluarga baru Kamis dijalankan.

Lokasinya di Rumah Sakit plat merah paling terkenal di Indonesia dan terkenal di kalangan dunia criminal karena kamar jenazahnya penuh dengan manusia2 yang merasakan ujung timah panas polisi.

W bersama nyokap anterin bokap ke ruangan CT-Scan untuk antre giliran, perlu diketahui bokap w menderita sakit pada lever / hati / hepar dan pernah jatuh sehingga kakinya harus tertanam pen seukuruan pensil 2B.

Ketika dipanggil namanya, bokap langsung menjalani sejumlah test sebelum masuk ke ruangan CT-Scan yaitu test kulit apakah alergi atau tidak.

Ketika test kulit selesai, disuruh menunggu 15 menit untuk melihat reaksi dari test tersebut, kemudian dipanggil lagi untuk dicheck.

Ketika akan dicheck ternyata panas tubuh bokap naik dalam artian panas demam, nyokap langsung minta dokter untuk periksa lewat suhu dan ternyata benar suhunya 38 derajat.

Dokter langsung menyarankan untuk ke Poli agar diobati, nyokap pun langsung ke bagian poli yang mana poli khusus penyakit bokap hanya ada Senin dan Rabu.

Nyokap ama w tahu soal jadwal poli namun yang namanya darurat masa iya ndak ada dokter jaga di poli khusus penyakit itu ?

Akhirnya bokap dapat juga dokter jaga khusus penyakitnya walaupun lama nunggu hingga telat makan siang.

Kelar dari berobat w bertiga keluar dari rumah sakit menuju tempat makan, bokap pesen bubur ayam namun baru beberapa sendok tiba-tiba muntah.

Kelar makan akhirnya w nyari taksi untuk pulang, pas mau bangun dari kursinya tiba-tiba badannya oleg, w pun akhirnya papah bokap dari dalam resto ke arah taksi begitu juga nyampe dirumah.

Ada dua jam bokap dengan kondisi lemah ga bertenaga serta panas yang belum turun, w pun ke apotek untuk beli obat yang dikasih dokter jaga.

Tapi kondisi ndak berubah akhirnya daripada kenapa-kenapa w pun ambil taksi untuk ajak bokap ke UGD ke rumah sakit tadi.

Pukul.20.00 w bareng nyokap ama ade w anter bokap ke UGD, begitu w turun di UGD w disamperin entah OB atau petugas administrasi di sana, langsung w bilang kalao w butuh brankar karena pasien (bokap w) pasien kategori pita kuning dan sang petugas mengerti kondisinya.

Bagi yang belum tahu, pasien pita kuning adalah pasien dimana kondisi tubuh dan “perangkat”nya mudah rapuh.

Namun jawaban yang diterima walau tetap ramah adalah tidak ada brankar, ketika dapat jawaban tersebut w pun dalam hati agak aneh masa IGD sebesar ini dengan anggaran pemerintah masa tidak ada brankar

Begitu w tanya apakah ada kursi roda, ternyata jawabannya sama tidak ada ! ini rumah sakit atau apa sich masa tidak sesuai dengan namanya Instalasi Gawat Darurat.

Menurut pemikiran w, yang namanya IGD itu harus respon cepat termasuk ketika ada mobil yang parkir di depan ruangan tersebut harus siap sedia dengan apapun, tapi kenyataannya sebelum w datang pun ada pasien yang harus menunggu di mobil sampai dapat brankar, kursi roda atau ruangan.

Cukup lama bokap nunggu di dalam taksi yang tahu sendiri berapa nominal taksi sampai harus menunggu jalan dari rumah w di Bekasi sampai ke kawasan Salemba !

Dokternya pun tidak bersahabat kenapa w bilang tersebut, disaat w membutuhkan pertolongan SEHARUSNYA dokter pun datang ini kagak !

Justru sang administrator yang memanggil dokter dan menghampiri w sambil menanyakan apa yang terjadi namun apa yang terjadi.

Begitu w ceritain apa yang terjadi, apakah sang dokter langsung memberikan respon dengan menghampiri bokap w sambil memberikan saran ? TIDAK !

Sang dokter ini pertamanya tidak jauh dengan sang administrator TANPA SENYUM dan RAMAH ! kemudian berlalu ke kerumunan teman-teman seprofesinya, kemudian kembali ke tempat w bukan memberikan rekomendasi tapi malah pergi keluar ke arah ATM !

W pun harus mondar-mandir ndak jelas akhirnya w pun putuskan minta kursi paling tidak untuk duduk di dalam ini dan terlepas dari biaya taksi yang w ndak tau berapa !

Akhirnya w pun memapah bokap dari dalam taksi menuju ke dalam lobby IGD dan lagi-lagi harus kecewa dengan SOP dari ruangan ini termasuk manusia-manusianya.

Kenapa w bilang kecewa dengan SOP ini karena sejak w datang tidak ada yang coba merespon dan mendatangi w justru yang datang adalah PETUGAS ADMINISTRASI dan KEAMANAN !

Bertambah lagi kecewa w dengan IGD Plat merah ini adalah, ketika bokap w berada di lobby tersebut, bukannya dibawah ke ruangan malah diperiksa seadanya di kursi dengan membuka baju dan periksa di bagian perut, beginikah SOP IGD memperlihatkan anggota tubuh untuk diperiksa di tempat umum tanpa ditutupi supaya orang tidak bisa dilihat, beginikah SOP IGD Plat Merah ?!

Dokternya pun yang menangani bokap w pun kurang simpatik dimana menggurui dan paling pintar dia dalam penyakit ini.

Seperti contoh tanpa mengurangi rasa hormat dan memojokkan tetapi w pun punya sodara yang dokter, om w dokter tapi melihat kelakuan dari dokter muda ini ndak layak w bilang dia sebagai dokter !

Kenapa w bilang ga layak, kalau dia tau etika mestinya dia menyarankan dan mencari ruangan yang benar-benar bukan umum entah ruangan atau kamar karyawan untuk mencheck kesehatan dengan membuka baju bukan seperti yang w lihat !

Kemudian, nyokap w udah jelasin tentang kronologi sambil memberikan beberapa obat yang diminum serta data medis selama tiga hari lalu, dan dokter ini pun hanya menjawab ya obat ini memang penurun panas.

Yang w bikin pengen tabok nich dokter adalah, ketika nyokap bilang bahwa bokap sering kram di bagian perut dekat ulu hati, eeh si Dokter malah bilang “kram itu bagian dari obat itu makanya bapak muntah” namun nyokap bilang bahwa kram itu selalu datang sebelum ada obat yang diberikan di rumah sakit ini dan tetap si dokter jawabnya seperti itu !

Dan w harus mempertanyakan kepada para dokter yang kebetulan baca tulisan ini  APAKAH DIBENARKAN seorang dokter ketika sedang periksa pasien menerima telepon, membaca sms serta balas BBM di depan pasien yang sedang periksa dia.


Kemudian, APAKAH DIBENARKAN ketika dokter sedang memeriksa pasien TIBA-TIBA ada pasien datang langsung memeriksa pasien yang baru datang TANPA MENYELESAIKAN DULU PERMASALAHAN pasien yang sedang ditangani ?!

Bahkan sang dokter dengan entengnya meninggalkan bokap w dan mengurusi pasien yang baru saja datang kemudian menyuruh temannya untuk mengurusi bokap w tanpa meninggalkan pesan apapun kepada nyokap dan bokap w !!

Dan w bersama nyokap, bokap dan ade w pun kembali ke rumah dengan tidak mendapatkan penjelasan apapun termasuk tindakan untuk mencheck apakah kram itu berasal dari obat atau tidak !

Inikah situasi IGD rumah sakit plat merah yang sudah terkenal namanya dalam memperlakukan pasien gawat darurat ?!

Padahal fasilitas ini mendapatkan sertifkat ISO spesialis pelayanan, tapi apakah sertifikat itu ada kalau kenyataan pelayanan ke bokap w aja seperti yang w ceritain !

Semoga cukup bokap w yang alami kejadian ini dan pihak IGD lebih menatar kembali para dokter muda ini untuk lebih humanis dengan tidak menggurui pasien yang mungkin saja tahu soal obat dan medis seperti nyokap w sebagaimana dalam sumpah dokter !




Salemba, 290114  23:55