Mungkin banyak yang kiri
judul di atas adalah judul lagu dari band musik Peterpan atau sekarang yang
dikenal sebagai Noah, tapi itu judul lagu itulah yang sedang dipertanyakan
Presiden terkait beberapa hal yang terjadi saat ini.
Kita semua tahu bagaimana
euforia ketika Jokowi menang pada pemilu tahun lalu yang membuat dirinya duduk
manis di Istana karena dukungan suara pendukungnya yang rela beradu argument hingga
mungkin putus hubungan dengan anggota keluarga karena beda dukungan.
Namun apakah harapan yang
ada di pundak dan pikiran Jokowi bersama kabinet kerja…kerja dan kerja ini
sesuai harapan para pendukungnya ?
Banyak yang mengatakan
menyesal telah memilihnya namun ada yang percaya dengan kinerjanya walau banyak
dikritik.
Lantas bagaimana w melihatnya, bagi w ada beberapa hal yang
benar dengan tindakan kerjanya membuat sejumlah orang merasa menyesal telah
memilih mantan walikota Solo ini.
Ini bisa dilihat dengan
susunan kabinet yang beberapa orang bagi w tidak sesuai dengan desk kerjanya dan lebih
kepada “terima kasih telah membantu saya masuk dan kerja di Istana”
Politik “terima kasih telah
membantu saya masuk dan kerja di Istana” bisa dilihat seperti posisi Menteri Koordinator
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan: Puan Maharani yang sampai saat ini belum
ada penampakan nyata dari lembaga ini terhadap manusia-manusia Indonesia serta
budaya negeri ini.
Atau disaat harga kebutuhan
pokok seperti harga cabe, sayur, telor dan bahan pokok yang sering diolah ibu
rumah tangga naik ketika harga BBM naik KEMANA menteri pertanian, menteri
perdagangan, dan Menko Perekonomian ?
Dan KEMANA juga tiga manusia
menteri ini disaat BBM turun tetapi harga kebutuhan pokok yang disebutkan
penulis tetap saja naik ?!
Kalau katanya kabinet ini
kabinet kerja dengan semboyan saatnya kerja..kerja.. dan kerja seharusnya harga
kebutuhan pokok bisa donk disesuaikan ketika harga BBM naik ataupun turun
dengan melihat dan mengatasi semuanya mulai dari iklim, infrastruktur jalan
dengan KOORDINASI LINTAS KEMENTERIAN-SATU SUARA dan TUJUAN AKHIR yaitu RAKYAT !
tapi apakah itu ada dalam pemikiran kabinet ini terutama tiga manusia menteri
ini ?! TIDAK !
Dan itu tetap tidak berubah
termasuk harga tabung gas terutama 12kg yang tetap saja tidak bisa dijangkau
masyarakat walau katanya sudah diturunkan bersamaan dengan harga BBM.
Atau mungkin Jaksa Agung
yang berasal dari partai politik walau sebelum masuk partai pernah bekerja di
korps Adiyaksa tapi seperti ini akan jelas kepada siapa dirinya bekerja.
Walau kerjanya jelas yaitu
mengeksekusi para manusia narkoba disaat itu pertentangkan oleh kalangan HAM,
tapi apakah para manusia HAM itu peduli dengan para korban dari narkoba
terutama yang tewas karena barang terlarang itu ?!
Itu baru soal kerja menteri,
bagaimana dengan pola kerja yang lain seperti Wantimpres ? ini juga yang
membuat w bingung dengan Jokowi.
Bukan membandingkan tapi
untuk posisi Wantimpres w lebih memilih kerja dan rekrutmen kerja yang dilakukan
Presiden sebelumnya, yang memilih orang
untuk menjadi penasehat dia berdasarkan ilmu dan ketrampilan mereka.
Contoh dari Wantimpres era
sebelumnya adalah bagaimana dirinya
mendapat pertimbangan ketika isu internasional maka dipanggil kala itu Hassan
Wirajuda atau soal lingkungan hidup akan memanggil Prof Emil Salim atau soal
Hukum dan HAM akan memanggil Albert Hasibuan, namun apakah itu ada dalam Watimpres
edisi sekarang ?
Lantas bagaimana Presiden
Jokowi mendapatkan pertimbangan kalau keberadaan ISIS ada di negeri ini dan
persoalan internasional kalau hanya mengandalkan Menlu yang mana Menlu juga
punya kebijakan sendiri termasuk mengarahkan para dubes dan diplomat muda untuk
bawa nama baik negeri ini.
Yang jadi pertanyaan
sekarang apakah para watimpres ini sudah tahu apa yang akan dikerjakan untuk
Presiden dan Indonesia ?
Dan yang terakhir menjadi
sorotan adalah pemberhentian Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri)
Jenderal Sutarman secara tiba-tiba walau masa kontraknya masih sampai Oktober
tahun ini yang kemudian dialihkan kepada wakilnya Wakapolri Badrodin Haiti.
Kemudian muncul nama
jenderal yang sebelumnya jadi ajudan nyonya besar ditenggarain sebagai calon pesakitan
karena punya uang yang tidak wajar
Kalau soal jenderal ini w
bisa mengerti dengan melihat pola dari Jokowi layaknya tes air dimana Jokowi
melempar batu ke sebuah danau apakah kedalaman air itu cukup dalam atau cetek.
Ternyata “tes air” yang
dilakukan Jokowi terhadap sosok ini benar dan terbukti rakyat tidak suka dengan
keberadaan sosok ini dan apakah ini berhasil ?
Ternyata tidak ! terbukti
mungkin karena sakit hati belum juga dilantik segala cara dengan halus
dilakukan salah satunya ke institusi yang mengangkat namanya ke permukaan
(mungkin) saking sakit
hatinya, beberapa anak buah dari calon ini pun melakukan gerakan gerilya salah
satunya dengan menangkap orang yang telah melecehkan idola mereka di depan
anaknya yang seharusnya tidak boleh terjadi.
Dan akhirnya kembali “tes
air” itu kembali terjadi yaitu rakyat lah yang maju dan mendesak untuk merubah
itu semua tapi apakah itu terjadi ? tidak !
Dari semua itu, hanya satu
yang harus di tanya kepada Jokowi, ADA APA DENGANMU PAK ?!
Kalau anda mengatakan
saatnya kerja..kerja.. kerjaa ya kerja lah untuk rakyat kerjalah apa yang
dikatakan rakyat bukan diam dengan berkomentar normatif.
Kalau memang harus marah dan
memperlakukan orang-orang yang selama ini menghalangi kerja anda dihadapan
rakyat sebagaimana yang ditulis sebuah media, kenapa anda normatif pak ketika jumpa pers dan disorot kamera televisi dan di
jepret kamerea photographer seolah meredakan emosi rakyat tapi malah
menggantungkan masalah !
Sudah cukup lah negeri ini
terus-terus digesek dengan persoalan yang sebenarnya bisa ditangani tanpa
ditutupi, saatnya terbuka walaupun pahit sekalipun !
Rakyat sekarang sudah tidak
bodoh atau layaknya kebo dicucuk hidungnya, pemerintah bilang A rakyatnya harus
ikut kalau kontrak hidupnya tidak mau diputus.
Sampai kapan seperti ini pak
? sampai kapan, apakah harus ada pertumpahan darah pak baik di sipil maupun
kejadian seperti penembakan terhadap petugas kepolisian yang tidak tahu menahu
harus menjadi korban, apakah ini harus terjadi ?!
Anda sudah banyak melanggar
apa yang anda janjikan kepada rakyat ketika anda kampanye yang membuat anda
bisa berada di Istana Negara, saatnya anda kerja..kerja.. dan kerja dengan
nyata.
Kalau memang salah ya di
hukum keras pak kalau perlu di mutasi jadi petugas penjaga menara pantai batas
luar wilayah antar negara.
Semoga kasus ini berakhir
dan tidak ada kejadian seperti ini, kami butuh kerja nyata anda pak bukan hanya
bisa MENAIKKAN dan MENURUNKAN HARGA BBM tetapi keras terhadap pimpinan negara
yang ruang kerjanya melibatkan anda.
Kami tunggu kerja…kerja..
dan kerja nyata anda bersama kabinet bukan sekedar ucapan layaknya seorang anak
gaul yang sedang modus kepada perempuan yang ternyata hanya PHP, Pemberi
Harapan Palsu !
Jakarta, 260115, 21:115