Selasa, 03 Februari 2015

Pentingnya Kerja Sama Pertahanan RI-Jepang

JAKARTA, - Indonesia mencoba melakukan kerjasama dalam hal pertahanan dengan Kerajaan Jepang dalam hal menjaga perdamaian karena perdamaian itu sendiri bukan tiba-tiba jatuh dari langit tetapi juga harus di tegakkan.

Hal ini disampaikan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI untuk Kerajaan Jepang, Yusron Ihza Mahendra disela-sela kegiatan rapat kerja pemimpin perwakilan Indonesia di Kemlu Jakarta.

Dok. Kemlu RI
“Perdamaian bukan sesuatu yang jatuh dari langit, tetapi sesuatu yang harus ditegakkan, dikawal, dijaga, dan diletakkan di ujung bedil. Dengan menjadi penjaga perdamaian, diplomasi kuat, pertahanan kuat, duit pun didapat.”ucapnya.

Sebagaimana dilansir dari laman Kemlu, Dubes Yusron menyatakan bahwa Jepang memandang Raker Keppri akan membuat terobosan dalam menghasilkan hal-hal baru yang dapat memberikan keuntungan bagi Indonesia dan Jepang.

Pada akhir tahun 2014, ada beberapa kemajuan yang telah dicapai dalam hubungan Indonesia-Jepang, antara lain kebijakan bebas visa yang mulai efektif Desember 2014 dan produk olahan ayam Indonesia yang diperbolehkan masuk ke Jepang.

Satu hal  yang menjadi penanda kemajuan hubungan Indonesia-Jepang, yaitu penandatanganan MoU tentang Pertahanan dalam waktu dekat.

Lantas apa hubungan antara pertahanan dan ekonomi? Bagaimana kerja sama di bidang pertahanan ini bisa meningkatkan perekonomian Indonesia dan mendukung diplomasi ekonomi pada umumnya?

Jepang yang sekarang sedang melakukan perubahan postur diri, membuka sisi lainnya pada dunia. Dulu Jepang dikenal sebagai negara yang tertutup terutama masalah pertahanan.

Namun sekarang dengan diamandemennya UU tentang pertahanan, memungkinkan Jepang untuk membuka kerja sama di bagian pertahanan dengan negara lain.

Deregulasi dalam bidang ekspor senjata, misalnya, telah diterapkan sejak April 2014, yang berarti Jepang melunakkan peraturan tentang ekspor senjata.

Dubes Yusron mengambil contoh salah satu produksi teknologi dari Jepang, Hino. Dulu Jepang tidak setuju ketika Indonesia ingin memakai Hino karena tidak ingin teknologinya digunakan untuk pertahanan.

Dok. Japan Embassy-Jakarta
Namun dengan adanya deregulasi, kerja sama ini sekarang terbuka dan Dubes RI siap memfasilitasi jika ada perusahaan Indonesia, seperti PT Pindad, yang ingin menjalin kerja sama dengan perusahaan Jepang. Hal ini merupakan peluang bagi Indonesia karena iklim kerja sama di bidang pertahanan sedang bagus.


Kemudian PT. Ishikawa adalah salah satu perusahaan yang dibawa oleh KBRI Tokyo dalam business matching di Jepang bulan lalu.

PT. Ishikawa memiliki teknologi untuk memproduksi pesawat mulai dari nol. Meskipun biaya untuk membuat pesawat dari awal tinggi, tapi mereka punya teknologi untuk melakukannya. Harga produksinya pun relatif lebih murah dibanding produsen lainnya.

Selain itu, pesawat PT. Ishikawa juga memproduksi kapal, baik kapal sipil maupun untuk pertahanan.

Lebih lanjut mantan Deputi Bidang Pertahanan Komisi I DPR RI ini menyatakan bahwa diplomasi harus ditopang dengan pertahanan. Tidak mungkin diplomasi berjalan seorang diri.

Oleh karena itu, jika pertahanan Indonesia lebih kuat, diplomasi akan lebih kokoh, ekonomi juga akan ikut terangkat. Industri pertahanan akan memberikan suntikan baru bagi ekonomi. Industri pertahanan bisa menjadi lokomotif untuk menarik perekonomian Indonesia.

Amerika Serikat diperkirakan akan menarik diri dari pasar industri pertahanan di Asia Timur. Jika hal itu terjadi, siapa yang akan mengisi celah dalam industri ini? Dubes Yusron berharap Indonesia bisa masuk di dalamnya didukung oleh kerja sama dengan Jepang.

Dok. Japan Embassy - Jakarta

Saat ini Jepang ingin memberikan kontribusi lebih bagi stabilitas kawasan. Jepang percaya bahwa jika keseimbangan kekuatan regional merata, maka masing-masing negara akan jadi kuat dengan sendirinya.

Dubes Yusron menganalogikan hal ini dengan orang yang memiliki tangan berotot besar dan kecil. Tangan berotot kecil tentu lebih lemah dibanding yang berotot besar. Untuk memperkuat secara keseluruhan, maka tangan dengan otot yang kecil harus diperkuat sehingga kekuatannya seimbang.

Bagi Jepang, Indonesia yang kuat lebih menguntungkan. Indonesia merupakan urat nadi bagi Jepang. Salah satu hal yang menjadi perhatian Jepang di bidang maritim yang sejalan juga dengan prioritas Pemri adalah keamanan laut dan transportasi.

Minyak dibawa ke Jepang melalui tiga jalur yaitu Selat Malaka, Selat Sunda, dan Selat Lombok. Jika jalur ini terganggu, tentu suplai minyak ke Jepang akan terganggu berakibat pada stabilitas negaranya. Oleh karena itu, bisa dipastikan Jepang akan mendukung Indonesia dalam hal pertahanan dan maritim.

Presiden Joko Widodo sendiri menyatakan keinginannya untuk berkunjung ke Jepang dan demikian pula sebaliknya.

Presiden telah mengundang PM Shinzo Abe untuk hadir pada Peringatan Konferensi Asia Afrika yang akan diadakan April tahun ini. Diharapkan dengan adanya kunjungan antarkepala negara, hubungan Indonesia-Jepang akan semakin kuat dan saling menguntungkan satu sama lain.




Kontak Blog > ervanca@gmail.com

Twitter.com/Lorcasz