JAKARTA, - Indonesia mencoba
melakukan kerjasama dalam hal pertahanan dengan Kerajaan Jepang dalam hal
menjaga perdamaian karena perdamaian itu sendiri bukan tiba-tiba jatuh dari
langit tetapi juga harus di tegakkan.
Hal ini disampaikan Duta
Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI untuk Kerajaan Jepang, Yusron Ihza
Mahendra disela-sela kegiatan rapat kerja pemimpin perwakilan Indonesia di
Kemlu Jakarta.
Dok. Kemlu RI |
“Perdamaian bukan sesuatu
yang jatuh dari langit, tetapi sesuatu yang harus ditegakkan, dikawal, dijaga,
dan diletakkan di ujung bedil. Dengan menjadi penjaga perdamaian, diplomasi
kuat, pertahanan kuat, duit pun didapat.”ucapnya.
Sebagaimana dilansir dari
laman Kemlu, Dubes Yusron menyatakan bahwa Jepang memandang Raker Keppri akan
membuat terobosan dalam menghasilkan hal-hal baru yang dapat memberikan
keuntungan bagi Indonesia dan Jepang.
Pada akhir tahun 2014, ada
beberapa kemajuan yang telah dicapai dalam hubungan Indonesia-Jepang, antara
lain kebijakan bebas visa yang mulai efektif Desember 2014 dan produk olahan
ayam Indonesia yang diperbolehkan masuk ke Jepang.
Satu hal yang menjadi penanda kemajuan hubungan
Indonesia-Jepang, yaitu penandatanganan MoU tentang Pertahanan dalam waktu
dekat.
Lantas apa hubungan antara
pertahanan dan ekonomi? Bagaimana kerja sama di bidang pertahanan ini bisa
meningkatkan perekonomian Indonesia dan mendukung diplomasi ekonomi pada
umumnya?
Jepang yang sekarang sedang
melakukan perubahan postur diri, membuka sisi lainnya pada dunia. Dulu Jepang
dikenal sebagai negara yang tertutup terutama masalah pertahanan.
Namun sekarang dengan
diamandemennya UU tentang pertahanan, memungkinkan Jepang untuk membuka kerja
sama di bagian pertahanan dengan negara lain.
Deregulasi dalam bidang
ekspor senjata, misalnya, telah diterapkan sejak April 2014, yang berarti
Jepang melunakkan peraturan tentang ekspor senjata.
Dubes Yusron mengambil
contoh salah satu produksi teknologi dari Jepang, Hino. Dulu Jepang tidak
setuju ketika Indonesia ingin memakai Hino karena tidak ingin teknologinya
digunakan untuk pertahanan.
Dok. Japan Embassy-Jakarta |
Namun dengan adanya
deregulasi, kerja sama ini sekarang terbuka dan Dubes RI siap memfasilitasi
jika ada perusahaan Indonesia, seperti PT Pindad, yang ingin menjalin kerja
sama dengan perusahaan Jepang. Hal ini merupakan peluang bagi Indonesia karena
iklim kerja sama di bidang pertahanan sedang bagus.
Kemudian PT. Ishikawa adalah
salah satu perusahaan yang dibawa oleh KBRI Tokyo dalam business matching di
Jepang bulan lalu.
PT. Ishikawa memiliki
teknologi untuk memproduksi pesawat mulai dari nol. Meskipun biaya untuk
membuat pesawat dari awal tinggi, tapi mereka punya teknologi untuk
melakukannya. Harga produksinya pun relatif lebih murah dibanding produsen
lainnya.
Selain itu, pesawat PT.
Ishikawa juga memproduksi kapal, baik kapal sipil maupun untuk pertahanan.
Lebih lanjut mantan Deputi
Bidang Pertahanan Komisi I DPR RI ini menyatakan bahwa diplomasi harus ditopang
dengan pertahanan. Tidak mungkin diplomasi berjalan seorang diri.
Oleh karena itu, jika
pertahanan Indonesia lebih kuat, diplomasi akan lebih kokoh, ekonomi juga akan
ikut terangkat. Industri pertahanan akan memberikan suntikan baru bagi ekonomi.
Industri pertahanan bisa menjadi lokomotif untuk menarik perekonomian
Indonesia.
Amerika Serikat diperkirakan
akan menarik diri dari pasar industri pertahanan di Asia Timur. Jika hal itu
terjadi, siapa yang akan mengisi celah dalam industri ini? Dubes Yusron
berharap Indonesia bisa masuk di dalamnya didukung oleh kerja sama dengan
Jepang.
Dok. Japan Embassy - Jakarta |
Saat ini Jepang ingin
memberikan kontribusi lebih bagi stabilitas kawasan. Jepang percaya bahwa jika
keseimbangan kekuatan regional merata, maka masing-masing negara akan jadi kuat
dengan sendirinya.
Dubes Yusron menganalogikan
hal ini dengan orang yang memiliki tangan berotot besar dan kecil. Tangan
berotot kecil tentu lebih lemah dibanding yang berotot besar. Untuk memperkuat
secara keseluruhan, maka tangan dengan otot yang kecil harus diperkuat sehingga
kekuatannya seimbang.
Bagi Jepang, Indonesia yang
kuat lebih menguntungkan. Indonesia merupakan urat nadi bagi Jepang. Salah satu
hal yang menjadi perhatian Jepang di bidang maritim yang sejalan juga dengan
prioritas Pemri adalah keamanan laut dan transportasi.
Minyak dibawa ke Jepang
melalui tiga jalur yaitu Selat Malaka, Selat Sunda, dan Selat Lombok. Jika
jalur ini terganggu, tentu suplai minyak ke Jepang akan terganggu berakibat
pada stabilitas negaranya. Oleh karena itu, bisa dipastikan Jepang akan mendukung
Indonesia dalam hal pertahanan dan maritim.
Presiden Joko Widodo sendiri
menyatakan keinginannya untuk berkunjung ke Jepang dan demikian pula
sebaliknya.
Presiden telah mengundang PM
Shinzo Abe untuk hadir pada Peringatan Konferensi Asia Afrika yang akan
diadakan April tahun ini. Diharapkan dengan adanya kunjungan antarkepala
negara, hubungan Indonesia-Jepang akan semakin kuat dan saling menguntungkan
satu sama lain.
Kontak Blog >
ervanca@gmail.com
Twitter.com/Lorcasz