JAKARTA, - Sebuah survei
dirilis bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia setuju pengedar narkotika
divonis hukuman mati.
Survei yang dikeluarkan Indo
Barometer menyatakan bahwa sekitar 84,1 persen responden yang mereka tanyai
mengatakan setuju pengerdar narkotika divonis hukuman mati dan hanya 11,8
persen saja yang tidak setuju akan vonis tersebut.
Ada tiga alasan dimana
responden menyatakan setuju akan pengedar narkotika divonis mati karena
narkotika merusak generasi muda (60,8%), dapat menyebabkan efek jera (23,7%)
dan dengan narkotika bisa mengakibatkan timbulnya kejahatan lainnya (11%).
Sedangkan alasan tidak
perlunya pengedar narkotika divonis mati karena 36,2 persen menganggap masih ada
hukuman yang manusiawi selain mati, kemudian melanggar Hak Asasi Manusia
(28,4%) dan dapat memperkeruh suasana politik nasional (14,9%)
Menurut Direktur Indo
Barometer, M Qodari dalam penjelasannya kepada Jurnalis mengatakan bahwa dalam
survei ini masyarakat meminta agar Presiden melanjutkan hukuman mati tersebut
“Dalam survei ini masyarakat
juga menyatakan agar Presiden Joko Widodo sebaiknya melanjutkan hukuman mati
terpidana pengedar narkotika,”ucapnya.
Selain itu 86,3 persen
masyarakat mendukung Jokowi melanjutkan kebijakan tersebut walau diancam dengan
pemutusan hubungan diplomatic serta ekonomi dari negara yang warganya menjadi
penyakitan untuk dieksekusi.
Hanya 13,7 persen yang
meminta Jokowi membatalkan eksekusi mati dengan memberikan pengampunan kepada
terpidana mati narkotika.
Responden yang tidak setuju
lebih melihat agar hubungan diplomatic dan ekonomi yang sudah terjalin baik
tetap terus berjalan.
Menurut Qodari bukan
narkotika yang menjadi prioritas hukuman mati, justru responden meminta
koruptor juga dihukum mati
“Responden ternyata lebih
setuju bila koruptor yang dihukum mati dengan angka 53 persen,”ucapnya.
Selain korupsi pada 53
persen yang dihukum mati, dilanjutkan pembunuhan (16,3%), kejahatan seksual
(4,2%), begal motor (3,8%), perampokan (2,6%), terorisme (2.3%) dan narkotika
(0,9%).
Survei ini sendirl dilakukan
di 34 provinsi di seluruh Indonesia dengan mengumpulkan sekitar 1,200 orang
responden yang terpilih lewat metode multistage random sampling.
Pengumpulan data responden
menggunakan teknik wawancara tatap muka secara langsung dengan kuesioner yang
dilakukan antara 15 hingga 25 Maret 2015.
Kontak Blog >
ervanca@gmail.com
Twitter.com/CatatanLorcasz