VLADIVOSTOK, - Udara dingin
menusuk tak mampu mencegah kegembiraan 9 mahasiswa Indonesia yang tengah
menuntut ilmu di Vladivostok memenuhi undangan dinner Dubes Djauhari Oratmangun
di restoran Hanuri di tepian laut Amur, Vladivostok yang airnya masih membeku.
Sebagaimana informasi yang
diterima dari Pensosbud KBRI Moskow melalui email mengatakan bahwa Duta Besar
Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI untuk Rusia, Djauhari Oratmangun sejak 25
hingga 28 Maret 2015 berada di Vladivostok dalam rangka pertemuan bisnis dengan
pengusaha setempat dan penjajakan pendirian “House of Indonesia” di
Vladivostok, berpesan agar para mahasiswa sebagai generasi penerus tidak
terbuai dengan fasilitas dan kemudahan yang didapatkan selama pendidikan.
Sebaliknya para mahasiswa
agar tetap giat belajar, pantang menyerah dan bila tiba waktunya nanti agar
kembali ke tanah air guna membangun bangsa dan negara.
Petuah Dubes Djauhari
disanggupi dilaksanakan para mahasiswa dan mereka siap kembali ke tanah air
setelah menyelesaikan studi di Rusia.
Keesokan siang (27/3) Dubes
RI yang didampingi Konsul Kehormatan Maria Chuprina dan Atase Perdagangan
Heryono Hari P. melakukan kunjungan ke kampus Primorsky State Academy of
Agriculture (PSAA) dan diterima Rektor PSAA, Andrey Komin.
Selama pertemuan, Rektor
PSAA menjelaskan struktur akademi dan disiplin ilmu yang dipelajari di PSAA.
Kedua pihak juga membahas prospek kerjasama PSAA dengan lembaga pendidikan
sejenis di Indonesia.
Sebagai pamungkas kunjungan,
Dubes Djauhari didaulat memberikan sambutan dalam forum ilmiah tahunan
mahasiswa SPAA “Youth Innovation – The Development of Agriculture” dimana Dubes
mempresentasikan mengenai Indonesia dihadapan hadirin
Sebagai informasi, jumlah
mahasiswa Indonesia di Vladivostok tidaklah banyak, hanya 9 orang saja, sangat
kontras dibanding ratusan mahasiswa dari Vietnam atau Tiongkok
Para generasi muda Indonesia
tersebut adalah Agnes Harvelian yang kuliah di Fakultas Hukum, Ananta Rilo
Pambudi dan Benny Saputra (Hubungan Internasional); Kevin Irwanto (Fak. IT);
Rujal Maldini Ichsan (Perkapalan); Ferdinandus (Bahasa); Andre Pawira (Nuklir
dan Termo Fisika); Aty Agustinawaty (Hukum); dan Albert Muhamad (Politik).
Kesemuanya baru setahunan
lebih saja kuliah di FEFU melalui jalur beasiswa Pusat Kebudayaan Rusia. FEFU
sendiri merupakan salah satu universitas terbaik di Rusia yang berdiri tahun
1899.
Universitas ini sempat
ditutup pada akhir tahun 1930-an pada masa Joseph Stalin, namun dibuka kembali
pada tahun 1956, dua tahun setelah kunjungan Nikita Khrushchev ke Vladivostok.
Fasilitas yang tersedia di
FEFU sangat mendukung kegiatan belajar mengajar. Bahkan kampus baru FEFU di
Pulau Russky, dibangun pemerintahan Presiden Putin dalam rangka penyelenggaraan
KTT APEC 2012.
Pulau Rusky sendiri
merupakan salah satu pulau terdekat dengan kota Vladivostok, yang disambungkan
dengan jembatan sepanjang 3100 meter.
Menilik wajah-waja ceria
para generasi muda ini, nampaknya tidak ada hambatan berarti bagi mereka selama
menuntut ilmu di negara beruang merah ini.
Selain kesembilan mahasiswa
Indonesia, dalam makan malam turut hadir 2 mahasiswi warga Rusia, Margarita dan
Yulia, yang menekuni studi mengenai Indonesia di FEFU.
Kecintaan kepada Indonesia
bahkan ditunjukan Margarita yang bersedia disunting Albert Muhamad, mahasiswa
Fakultas Ilmu Politik FEFU, sebagai istri.
Kontak Blog >
ervanca@gmail.com
Twitter.com/CatatanLorcasz