JAKARTA, - Spontanitas
tercetus ketika ada kata Amerika Latin adalah eksotik wilayahnya dan
perdagangan narkotika namun tidak semua itu ada di kawasan tersebut.
Seperti Kolombia dimana
memiliki kesamaan dengan Indonesia dan bisa menjadi pasar terbaru bagai negeri
ini.
Menurut Duta Besar Luar
Biasa dan Berkuasa Penuh Ri untuk Kolombia, Trie Edi Mulyadi sebagaimana
dilansir dari laman Kemlu mengatakan hubungan kedua negara sangatlah baik
dengan dilandasi pada kesempatan positif.
Dok. FasMed Kemlu RI |
“Hubungan Indonesia dan
Kolombia sangatlah baik. Semua berdasarkan pada kesempatan (possibilities) baik
Indonesia maupun Kolombia mempunyai keinginan yang sama untuk membawa hubungan
kedua negara ke tingkat yang lebih baik,”ucapnya.
Dubes yang akrab disapa Bu
Nini ini mengatakan bahwa jarak antara Jakarta dan Bogoto tidaklah masalah
karena selama ini perdagangan Indonesia-Kolombia sering terhambat oleh jarak
jauh dan kebijakan perdagangan yang dimiliki oleh kedua negara.
Lantas bagaimana hasil
komoditi Indonesia bisa masuk ke pasar Kolombia ? Dubes Nini mengatakan bahwa
masyarakat di negara latin tersebut tidak keberatan untuk membayar harga
premium untuk sebuah produk berkualitas.
“Masyarakat Kolombia tidak
keberatan membayar harga premium untuk produk berkualitas baik,”ucapnya.
Dubes Nini pun ikut turun
langsung ke bawah untuk memperkenalkan Indonesia kepada para pengusaha di
negeri itu dan terbukti.
Seperti contoh, dirinya
pernah melobi salah satu pengusaha kelas kakap Kolombia dalam bidang armada
taksi untuk menggunakan suku cadang produksi Indonesia dan ternyata ampuh, kini
taksi di negeri itu bisa bangga dengan menggunakan ban karya anak Indonesia.
Tidak hanya, ban ternyata
rokok kretek dan sepatu Adidas buatan Indonesia sangat digemari di Kolombia
begitu juga dengan kerajinan tangan serta batik.
Dubes Nini mengatakan nama
Indonesia bukannya tidak dikenal di Kolombia. Selain Bali, cantiknya Pulau
Komodo pun cukup bergaung disana.
Terlebih lagi, masyarakat
Kolombia sangat menggemari pantai yang indah, satu hal yang bertebaran dari
Sabang sampai Merauke di Indonesia.
“Satu hal yang dapat
dipelajari Indonesia dari Kolombia adalah agrowisata. Indonesia dan Kolombia
sama – sama memproduksi pisang, tapi di Kolombia, kebun pisang ditata dengan
sangat cantik. Pisang dibungkus dengan plastik beraneka warna, menandakan jenis
dan waktu kematangan, memastikan semua produk akan dipanen di waktu yang
tepat,”ucapnya
Selain itu, pemerintah dan
pengusaha Kolombia berhasil menjadikan agrowisata sebagai wisata keluarga. Di
perkebunan kopi, tidak hanya dibuka kunjungan ke kebun kopi, tapi juga dibangun
“Rumah Kopi” dimana pengunjung bisa menikmati hasil olahan kopi segar yang baru
diolah.
Lebih jauh lagi, di kompleks
kebun kopi dibangun waterboom, hotel dan fasilitas yang memadai, menjadikan agrowisata
menjadi sangat menarik.
“Di Indonesia, kita punya
kebun teh di Puncak. Jika bisa dibangun seperti agrowisata di Kolombia, bayangkan
potensinya.”ucapnya.
Lantas bagaimana dengan
keamanan di negara tersebut jika melihat kondisi Amerika Latin yang penuh
dengan kartel dan kriminalitas.
Menurut Dubes Nini, saat berjalan – jalan di Kolombia, akan ada
banyak tentara berjalan – jalan membawa senapan laras panjang.
Namun uniknya, di Kolombia,
semakin banyak tentara, semakin aman suatu daerah. Masyarakat Kolombia sama
sekali tak terganggu dengan kehadiran senapan – senapan ini. Semakin banyak,
semakin aman.
“Kolombia sudah berubah.
Pertama kali menginjakkan kaki di Kolombia tahun 1995 dengan saat ini,
perubahannya sangat drastis. Keamanan Kolombia kini sangat stabil.”ujarnya
Kontak : Ervanca@gmail.com
Twitter.com/catatanLorcasz