Rabu, 04 Februari 2015

Hubungan Rusia-Indonesia Semakin Kuat

JAKARTA, -  Tidak terasa hubungan diplomatik Indonesia dan Rusia melewati usia 65 tahun pada tanggal 3 Februari 2015 lalu, kedua negara ini pun memiliki keterikatan sejarah walau sempat mengalami penurunan pada masa Uni Sovyet.

Dok. Kemlu RI
Hal ini disampaikan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI untuk Federasi Rusia, Djauhari Oratmangun disela-sela acara Rapat Kerja Kepala Perwakilan RI di Ruang Palapa, Kemlu RI.

“Indonesia dan Rusia memiliki keterikatan sejarah, walaupun sempat mengalami penurunan di masa Uni Soviet,” ucap Dubes Djauhari

Sebagaimana dilansir laman Kemlu, Dubes Djauhari juga mengatakan hubungan kedua negara juga semakin kuat dengan banyaknya pertemuan para pejabat, termasuk ketika Presiden  Joko Widodo menemui Presiden Rusia Vladimir Putin belum lama ini di bulan November 2014 pada KTT APEC di Beijing dan kedua pemimpin berjanji meningkatkan hubungan bilateral.

Ditambahkan pula bahwa Wakil Menlu Rusia, Igor Morgulov akan mengunjungi Indonesia tanggal 6 Februari 2015 dalam rangka konsultasi bilateral. Selain itu akan dibahas persiapan pelaksanaan Sidang Komisi Bersama Indonesia-Rusia 2015 yang akan dilaksanakan di Kazan pada awal bulan April 2015.

Dalam hal ekonomi, nilai perdagangan kedua negara telah mencapai US$ 4 milyar. Kerja sama kedua negara termasuk rencana perusahaan Russian Railways membangun rel kereta api sepanjang 191 km di Kaltim dimana ground breaking akan dilaksanakan tahun ini.

Kerja sama lain termasuk joint venture perakitan truk di indonesia yang melibatkan perusahaan Kamaz, serta kerja sama pengolahan bauxite Indonesia menjadi aluminia yang dilaksanakan di Rusia dengan nilai US$ 3 milyar.

Kemudian pada bidang pariwisata, jumlah turis Rusia ke Indonesia sudah mencapai jumlah 100.000 orang per tahun, angka yang masih belum maksimal.

Salah satu kendala adalah belum adanya penerbangan langsung RI-Rusia. Untuk ke depan, Indonesia akan menjadikan Bali dan Jakarta sebagai pintu masuk wisatawan ke daerah-daerah lain di Indonesia.

“Walaupun jumlahnya sedikit, turis Rusia adalah big spenders,” ujar Dubes Djauhari.

Terkait sanksi ekonomi terhadap Rusia dari negara-negara Barat, Dubes Djauhari menyatakan bahwa hal ini membuka peluang bagi masuknya produk Indonesia, terutama produk makanan seperti daging dan buah-buahan. Produk lain yang diekspor ke Rusia termasuk crude palm oil, ikan, tekstil, perabotan, kopi dan teh.

Selain itu, terdapat 25 juta penduduk Muslim atau sekitar 19% dari total penduduk Rusia, yang merupakan pasar potensial yang besar bagi produk-produk Indonesia.

Dalam hal kerja sama di bidang pendidikan masih maksimal dimana pelajar Indonesia di negeri beruang merah masih kurang dari 200 orang masih kalah dengan Malaysia yang berjumlah 3,000 orang atau RRT sekitar 20,000 pelajar.

“Mahasiswa Indonesia di Rusia masih kurang dari 200 orang, kalah dari Malaysia dengan 3000 orang, Vietnam dengan 5000 orang dan RRT dengan 20.000 orang,” ujar Dubes Djauhari.

Menurut Djauhari, kesempatan studi di Rusia terbuka lebar, terutama di bidang-bidang yang menjadi keunggulan seperti teknik dan kedokteran.



Kontak Blog > ervanca@gmail.com

Twitter.com/CatatanLorcasz