Selasa, 03 Februari 2015

Korea Utara Kecam Isi Laporan PBB

NEW YORK, - Pemerintah Korea Utara mengecam dan menuding pelapor khusus PBB untuk Korea Utara, Marzuki Darusman.

Sebagaimana dilansir dari BBCIndonesia, menurut mantan Jaksa Agung RI ini tugas pertamanya adalah untuk membantu pembebasan sekitar 80,000 hingga 100,000 tahanan serta pembubaran kamp tahanan tersebut.

UN Photo / Evan Schneider
“Yang penting, menurut saya tugas pertama adalah untuk membantu pembebasan 80,000 hingga 100,000 (tahanan) dan pembubaran kamp-kamp (tahanan) ini,”ucapnya.

Menurut Marzuki, bahwa laporan yang ditulis pihaknya menjadi dasar resolusi PBB bulan Desember lalu tidak menganjurkan opsi militer untuk perubahan rezim sebagaimana disebutkan Korea Utara

“Namun itu hanya bisa terjadi jika sistem kepemimpinan kultus itu benar-benar dibongkar. Dan satu-satunya cara untuk melakukannya adalah jika keluarga Kim Jong-un secara efektif diasingkan, secara efektif dikeluarkan dari posisinya, dan diganti dengan kepemimpinan baru,”ujarnya

Namun dirinya juga mengatakan bahwa resolusi ini, disahkan oleh Majelis Umum pada Desember lalu lebih berisi karena menganggap Kim bertanggung jawab berdasarkan laporan setebal 372 halaman ini oleh Komisi penyelidikan yang didukung PBB dalam pemaparan secara rinci penahanan sewenang-wenang, penyiksaan, eksekusi dank amp penjara politik.

“Ini merupakan suatu gelombang perubahan dalam sikap masyarakat internasional,” ucapnya

Namun yang menarik adalah beberapa jam sebelum resolusi tersebut disahkan Majelis Umum PBB, Marzuki dihampiri diplomat Korea Utara dengan meminta menghapus kata-kata tersebut.

Karena menurut mereka perpecahan mungkin sudah terbentuk antara faksi-faksi dinegara tersebut untuk membuktikan loyalitas dan efektivitas dalam melindungi kepemimpinan di Korea Utara

“Mereka mengatakan bahwa orang lain akan mengambil alih, dan garis keras akan mengambil alih,”ucapnya

Terkait dengan veto yang akan diajukan Tiongkok atau Rusia, Marzuki mengatakan tanpa catatan Kim dibawa ke Pengadilan hanya menempatkan masalah HAM warga negara tersebut dalam agenda cukup membuat Pyongyang akan menghadapi peningkatan pengawasan dari masyarakat Internasional.

Selain itu, Tiongkok pun akan berada dalam tekanan untuk menjauhi Pyongyang atau kehilangan kredibiltasi di internasional



Kontak Blog > ervanca@Gmail.com

Twitter.com/Lorcasz