Sabtu, 28 Maret 2015

Presiden Jokowi Minta Jangan Ada Ketegangan di Asia

HAINAN, - Presiden Joko Widodo (Widodo) memberikan pidatonya dalam Boao Forum for Asia (BFA) di akhir kunjungannya ke Tiongkok.

Sebagaimana dilansir dari laman resmi Sekretaris Kabinet, acara yang berlangsung di BOAO international Convention Center, Hainan Sabtu (28/3) waktu setempat.

Presiden Jokowi dan Ibu Negara tiba di lokasi pada pukul 09.50 waktu setempat yang disambut langsung Presiden RRT, Xi Jinpng.

Acara yang mengusung tema Asia’s New Future : Toward a Community of Common Destiny, Presiden Jokowi menjadi pembicara setelah Presiden Armenia Serzh Sargsyan dan Presiden Austria Heinz Fischer.

Dalam pidatonya, Presiden Jokowi mengemukakan, ada empat  tantangan yang dihadapi negara-negara Asia. Yang pertama, meningkatkan kualitas hidup rakyat. 

Yang kedua, menjaga pertumbuhan dan pembangunan berkelanjutan. Yang ketiga, keamanan. Yang keempat, lapangan pekerjaan.

Presiden Jokowi mengatakan, faktor kunci utama untuk mencapai hal tersebut ada dua. Satu, stabilitas, baik stabilitas internal maupun stabilitas eksternal. Yang kedua, pembangunan infrastruktur.

“Memiliki infrastruktur yang baik otomatis ekonomi akan tumbuh,”ucapnya

Selain itu, Presiden menekankan harus belajar dari masa lalu bahwa Asia pernah menderita karena perang dan penjajahan namun sejak kemerdekaan dengan kerja keras tingkat ekonomi mulai bergeser dari Barat menuju Timur

“kita harus belajar dari masa lalu. Ia mengingatkan, Asia pernah menderita karena perang dan penjajahan. Namun,  sejak kemerdekaan dengan kerja keras, menurutnya, tingkat ekonomi mulai bergeser, dari Barat menuju ke Timur. Tapi, ada yang perlu diperhatikan bahwa kita harus belajar teknologi dari Barat. Namun harus tetap menjaga nilai-nilai budaya dan nilai-nilai tradisi,” ucapnya.

Soal menjaga stabilitas internal, Presiden Jokowi mengingatkan, bahwa kepentingan nasional harus di atas kepentingan individu, kepentingan golongan atau partai.

“Jangan sampai pembangunan lambat dan penghilangan investasi karena hal tersebut,” ujarnya

Untuk eksternal, Presiden Jokowi menekankan, bahwa sengketa harus diselesaikan  dengan cara-cara yang damai dan bijak, dan jangan sampai terjebak dalam permainan-permainan yang merugikan kita semuanya.

Presiden Jokowi menegaskan, negara-negara Asia tidak boleh dibiarkan memiliki ketegangan-ketegangan dan perlombaan senjata, karena ini adalah permainan berbahaya dengan biaya yang sangat mahal, yang tidak menguntungkan siapa pun, tidak menguntungkan negara manapun.

“Saya lihat Tiongkok bergerak cepat serba cepat,  bangun jalan tol cepat, bangun kereta api cepat, bangun industri cepat dan para pemimpinnya bekerja dengab cepat,” ungkap Jokowi seraya menyebutkan,  Indonesia juga ingin membangun dengan cepat, pembangkit listrik, industri,  kereta api, jalan tol, dan pelabuhan. Kita ingin investasi, kita ingin membangun cepat,” ucapnya.

Pada akhir sambutannya, Presiden Jokowi menekankan kepada semua pihak, agar  kita harus menghargai yang kita miliki sekarang.

Dirinya mengingatkan, bahwa pentingnya uasaha bersama serta kemauan bekerja sama dengan kebijaksanaan, dan percaya diri untuk memastikan adanya stabilitas yang akan meningkatkan pembangunan dan pertumbuhan yang berkelanjutan.

Sebagai informasi, Boao Forum for Asia (BFA) merupakan sebuah organisasi internasional non pemerintahan dan nirlaba yang setiap tahunnya menyelenggarakan konferensi dengan menghadirkan pemimpin RRT, para pemimpin negara asing, para pebisnis top dari kawasan Asia Pasifik.

BFA sendiri diresmikan pada 27 Februari 2001 di Boao Provinsi Hainan. Forum ini didedikasikan untuk mempromosikan potensi negara-negara Asia sebagai upaya untuk bersama-sama meningkatkan pembangunan ekonomi melalui integrasi perekonomian kawasan.

Dalam acara ini, selain Presiden Jokowi hadir nampak beberapa tokoh publik sebagai pembicara antara lain Presiden Armenia Serzh Sargsyan  dan Presiden Austria Heinz Fischer. 

Adapun pembicara lainnya adalah Presiden Nepal, Presiden Sri Lanka, Presiden Uganda, Presiden Zambia, PM Kazakhstan, PM Malaysia, PM Belanda, PM Qatar, PM Swedia, First Deputy PM Rusia dan Menlu Thailand‎.



Kontak Blog > ervanca@gmail.com

Twitter.com/CatatanLorcasz