Selasa, 31 Maret 2015

Ketika Tiga Dubes RI Berbagai Pengalaman Diplomasi di Tiga Benua

JAKARTA, - Ada yang menarik ketika tiga dubes dari tiga benua berkumpul dalam satu ruangan untuk memberikan testimoni pengalaman diplomasi mereka di penempatan mereka.

Hal ini hanya terjadi dalam sebuah Forum Debriefing Kepala Perwakilan RI yang menghadirkan mantan Duta Besar LBBP RI dari 3 benua, yaitu Eropa, Amerika, dan Afrika.

Sebagaimana dilansir dari laman Kemlu RI mengatakan menurut Dubes Alfred T Palembangan, Sekretaris BPPK mengatakan bahwa forum ini telah berkembang menjadi forum komunikasi publik yang ditandai dengan semakin luasnya kehadiran berbagai kementerian atau lembaga hingga perguruan tinggi.

“Forum Debriefing telah berkembang menjadi forum komunikasi publik yang ditandai dengan semakin luasnya kehadiran berbagai Kementerian/Lembaga, Perguruan Tinggi, dan instansi lainnya,” ucap Sekretaris BPPK, Dubes Alfred T. Palembangan

Forum kali ini menghadirkan tiga Duta Besar periode 2010 – 2014, yakni Duta Besar Nahari Agustini (Duta Besar LBBP RI untuk Republik Turki), Duta Besar Nur Syahrir Rahardjo (Duta Besar LBBP RI untuk Republik Suriname, merangkap Republik Guyana), dan Duta Besar Eddy Poerwana (Dubes RI untuk Republik Zimbabwe merangkap Republik Mozambique, Republik Zambia, dan Republik Malawi).

Menurut Dubes Nahari Agustini memberikan penjelasan ketika isu hilangnya 16 WNI di Turki yang ternyata akan menyeberang ke Suriah mengatakan bahwa kondisi perbatasan dua negara tersebut terbentang sangat panjang yang berupa pegunungan.

“Kondisi perbatasan Turki-Suriah membentang sangat panjang, sekitar 900 Kilometer di wilayah yang berupa pegunungan”, ungkap Dubes Nahari Agustini

Panjangnya wilayah perbatasan dan sulitnya medan menjadi tantangan utama dalam mencegah orang, termasuk WNI yang ingin menyeberang ke Suriah.

Sejauh ini, KBRI telah melakukan kerjasama dengan pihak Turki untuk mencegah menyeberangnya WNI ke Suriah.

Selain itu, KBRI juga selalu menjalin dialog dengan kelompok mahasiswa dan pelajar asal Indonesia di Turki agar tidak ikut serta dalam kelompok radikal seperti ISIS.

“Kami juga mengusulkan kapada pihak Imigrasi Turki untuk menghentikan sementara pemberian visa on arrival bagi WNI yang bepergian ke Turki”, ujar Dubes Nahari.

Dalam hal ekonomi, hubungan Indonesia dan Turki berjalan dengan sangat baik. Sebagai salah satu strategic partner Indonesia,

Volume perdagangan Indonesia-Turki cukup besar, yaitu 2,4 Milyar Dollar AS pada tahun 2014. Dari jumlah tersebut, surplus berada di pihak Indoensia.

“Pada tahun 2014, Indonesia memiliki surplus perdagangan dengan Turki sekitar 1,8-1,9 Milyar dollar AS” Demikian imbuh Dubes Nahari.

Beda dengan Dubes Nur Syahrir Rahardjo yang menduduki pos di Suriname agak sedikit berbeda dimana negara tersebut sangat kental dengan budaya Jawa

Bahkan dirinya pernah ditanya oleh seorang warga keturunan Indonesia di negara tersebut apakah membawa kaset lagu dari musisi Mus Mulyadi.

Menurut Dubes Rahardjo, musisi-musisi lama Indonesia seperti Waljinah, Mus Mulyadi bahkan Didi Kempot pun digandrungi oleh warga di negara jajahan Belanda yang menggunakan bahasa sehari-hari bahasa Jawa selain bahasa Belanda.

“Bapak bawa kaset Mus Mulyadi, nggak?”, Kalau artis-artis Indonesia lama mereka suka, justru band Indonesia zaman sekarang yang tidak diminati di Suriname” ujar Dubes Rahardjo.

Hubungan Indonesia-Suriname memang sangat unik. Dengan sekitar 15% penduduk yang merupakan warga keturunan dari Imigran asal Pulau Jawa, keterikatan budaya kedua negara sangat erat.

Namun demikian, hubungan budaya yang dekat tersebut tidak berjalan tanpa tantangan. Saat ini, kalangan muda Suriname semakin tidak tertarik dengan budaya Indonesia, mereka lebih tertarik pada budaya pop yang berkembang.

“Setelah diamati, hal ini terjadi karena budaya Indonesia, terutama budaya Jawa yang ada di Suriname masih sangat tradisional dan tidak mengelami perkembangan”, jelas Dubes Rahardjo.

Dubes Rahardjo memberikan contoh di Suriname pertunjukan wayang masih diadakan semalam suntuk, yang tentu saja tidak menarik bagi kalangan muda.

Untuk itu, KBRI Paramaribo mencoba membawakan budaya-budaya tradisional Indonesia yang telah dimodernisasi, seperti menggelar pagelaran wayang dengan diselingi oleh campur sari.

“Dengan demikian, masyarakat Suriname semakin kembali tertarik pada budaya Indonesia”, tutup Dubes Rahardjo.

Bagaimana dengan Afrika negara yang banyak orang masih dianggap penuh dengan segala rupa mulai dari Ebola, konflik sekuler, AIDS dan masih banyak lagi.

Namun Afrika yang sekarang sudah lebih maju bahkan menurut Mantan Dubes RI untuk Zimbabwe dan Zambia, Eddy Poerwana yang mengatakan bahwa benua hitam tersebut adalah menarik

“Afrika adalah benua yang menarik,”ucap Dubes Eddy Poerwana

Menurutnya, tidak semua bagian di Benua Afrika panas dan dipenuhi konflik. Zimbabwe contohnya, selain memiliki kondisi yang relatif aman, negara tersebut memiliki sistem pendidikan yang sangat baik, yang diwariskan oleh Inggris.

Dubes Eddy juga mengungkapkan bahwa hubungan Indonesia-Zimbabwe tidak bisa dilepaskan dari sisi historis, ketika Presiden Soekarno menaruh perhatian yang sangat besar bagi dekolonisasi kawasan Asia dan Afrika.

“Indonesia mendapatkan tempat yang spesial di mata Presiden Mugabe”, ujar Dubes Eddy.
Dalam bidang ekonomi, saat ini beberapa komoditi ekspor Indonesia, berupa produk-produk rumah tangga sederhana, seperti setrika dan kipas angin telah mendapatkan tempat di pasar Zimbabwe. Produk Indonesia dikenal dengan kualitasnya yang baik.

Namun, harga dari produk-produk Indonesia masih belum terjangkau oleh masyarakat Zimbabwe. Selain karena harga yang mahal akibat biaya distribusi yang tinggi, daya beli masyarakat Zimbabwe juga cenderung lemah karena krisis ekonomi akibat sanksi ekonomi yang dikenakan oleh negara-negara Barat.

Tidak kehabisan akal, indonesia berusaha untuk masuk melalui produk sehari-hari yang murah, yaitu mie instan yang ternyata sudah mulai akrab dengan masyarakat tersebut
“Indomie dan Sarimie sudah mulai masuk ke pasar Zimbabwe saat ini” ucapnya




Kontak Blog > ervanca@gmail.com
Twitter.com/CatatanLorcasz