Minggu, 03 Mei 2015

ACT Team Jadi Dewa di Gorkha

KATHMANDU, - Pasca gempa Nepal, ACTion Team for Nepal, tim pertama ACT telah menunaikan sejumlah aktivitas kemanusiaan. Rabu (29 April) di Bhaktapur - distrik sejauh 25 km timur Kathmandu - disusul Kamis-Jumat (30 April-1 Mei) di Desa Baseri Distrik Gorkha.

Sebagaimana informasi yang diterima dari Desy Kurnia selaku PR ACT melalui email menjelaskan bawa Desa ini, 150 km baratdaya Kathmandu. 110  km lewat highway di perbukitan beraspal mulus hingga desa Dharding. Lepas dari situ 30 km jalur full offroad sampai desa Solentar (dalam Bahasa Urdu, artinya: dataran yang hijau). Dari situ jalan kaki lagi 10 km ke desa Baseri.

Dok. ACT
Menurut Syuhelmaidi Syukur selaku Ketua ACTion Team for Nepal mengatakan bahwa kegiatan mereka di desat tersebut melihat sudah banyak lembaga swadaya yang menggelar aksi di Kathmandu dan desa sekitarnya padahal titik gempa justru berada di tempat ini yang menuju lokasi tidak mudah.

“Aksi kami geser ke Desa Baseri, karena sudah banyak NGO beraksi di Kathmandu dan desa-desa sekitarnya, padahal episentrum gempa Nepal justru di distrik Gorkha. Kami empat jam berkendara mobil, itupun harus yang 4WD, disusul jalan kaki. Kami melintasi desa Arughat, desa Arkect. Di sini kami belanja logistik lebih dari 5 ton untuk warga Baseri,” ucapnya

Belanja logistik di lokasi, sudah menjadi prosedur standar operasi ACT, agar ekonomi lokal juga bergerak.

“Biasanya sepekan hingga sebulan pasca bencana besar, ekonomi lokal mengalami stagnasi. Membelanjakan berbagai bantuan natura di sekitar kawasan bencana, membantu pemulihan ekonomi setempat,” ungkap Syuhel.

Dari lokasi inilah, tim menyewa 25 keledai untuk membawa logistik bantuan. Perjalanan ke desa Baseri empat jam lamanya, berayun seiring kecepatan keledai membawa beban berat. Praktis sekitar delapan jam, perjalanan mengirim bantuan ke distrik Gorkha ini.

Bahan bantuan yang diberikan berupa dal (kacang hijau giling), bitter rice (beras yang dipress jadi pipih menyerupai oats, biasa dimakan untuk sarapan), garam dan minyak goreng.  Bitter rice ini dalam bahasa Urdu disebut curra.

Tiba di lokasi, sesepuh Baseri mewakili warga mengatakan terima kasih kepada para sahabat dari Indonesia dan sangat bahagia bisa menerima bantuan tersebut.

”Terima kasih banyak, sahabat-sahabat datang dari jauh, dari Indonesia, ke desa kami di gunung seperti ini. Kami bahagia sekali Anda datang dengan bantuan sebanyak ini. Danyabat (terima kasih)…namaste (salam),” ujar Homad Neupane.

Bambang Triyono, salah satu anggota tim, tak kuasa menahan haru. Bahkan, terasa berlebihan buatnya karena masyarakat setempat menyebut tim ACT sebagai dewa mereka.

”Masa, kami berkali-kali usai bubaran seremoni pembagian, dikerumuni warga, semua berkali-kali mengatakan we are very happy.” Tak hanya kata-kata itu yang membuatnya jengah. “Ada yang bilang, ‘kalian seperti dewa bagi kami, sungguh, kalian jadi dewa kami hari ini’. Lalu ada seorang pemuda terpelajar, karyawan hotel di Kathmandu. Dia katakan ‘saya bersumpah demi jiwa ibu saya, sungguh, ini (bantuan) yang pertama kali untuk desa kami. Danyabat’. Sambutan mengharukan ini, membuat kami bangga sebagai wakil Indonesia,” kata Bambang.

ACT sendiri selain mendistribusikan bantuan bahan pangan, obat-obatan dan sandang, saat ini menyiapkan shelter terintegrasi.

Untuk bencana berskala besar yang menuntut dukungan jangka panjang, ACT biasanya menyiapkan integrated community shelter (ICS) di mana sejumlah shelter diintegrasikan dalam satu area, sehingga bantuan apapun bisa terpantau dan terkelola dengan baik.

“Kebersamaan penanganan, ikut membantu percepatan pemulihan sosial dan psikologis korban bencana,” jelas Syuhel.

Selain itu, Syuhel menjelaskan, ACT menyiapkan posko kemanusiaan di Kathmandu, ibukota Nepal, sebagai sentra koordinasi relawan dan donor.

“Sentra ini memungkinkan semua bantuan terkelola dengan baik. Di posko ini pula, relawan lokal dan tenaga pendukung bisa bersiap-siap menerima estafet kelembagaan saat kami sebagai elemen asing harus kembali. Dimanapun ACT beraktivitas, baik di mancanegara maupun terlebih di Indonesia, relawan-relawan lokal menjadi bagian keluarga besar gerakan kemanusiaan bersama ACT,” kata Syuhel.



Kontak Blog > ervanca@gmail.com

Twitter.com/CatatanLorcasz