JAKARTA, - Penyelenggaraan Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA), yang akan dimulai tahun depan, akan membawa berbagai dampak terhadap
perkembangan pasar modal dan iklim investasi di Indonesia.
Dengan melihat situasi tersebut sebagai bagian dari
penasehat keuangan terpercaya, Citi Indonesia menyelenggarakan seminar tahunan
Capital Market Outlok yang bertajuk "ASEAN Integration 2015: Challenges
and Opportunities" untuk membantu nasabah korporat maupun profesional
dalam merencanakan dan menerapkan strategi bisnis yang tepat sepanjang tahun
2015.
Menurut Tigor M Siahaan selaku Chief Country Officer
mengatakan Indonesia merupakan pasar yang sangat besar dan atraktif mewakili
hampir setengah dari perekonomian kawasan Asia Tenggara dan penting untuk
negeri ini dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi peluang serta tantangan
dalam penyelengarakan Masyarakat Ekonomi ASEAN.
“Indonesia merupakan pasar yang sangat besar dan
atraktif, mewakili hampir setengah dari perekonomian ASEAN, oleh karena itu
sangatlah penting bagi Indonesia untuk dapat mempersiapkan diri menghadapi
berbagai peluang dan juga tantangan yang dihadirkan oleh penyelenggaraan
Masyarakat Ekonomi ASEAN untuk dapat bersaing dengan negara-negara tetangga,”ucapnya.
Dalam paparannya, Deputi Komisioner Pengawas Pasar
Modal I Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sarjito menjelaskan bahwa salah satu
karakteristik utama Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah menjadikan ASEAN sebagai
pasar dan basis produksi tunggal (Single Market and production base), yang
bertujuan untuk menciptakan aliran modal yang lebih bebas antara negara-negara
ASEAN. Salah satu inisiatif untuk mencapai hal tersebut adalah melalui
integrasi pasar modal ASEAN.
Terkait dengan pengembangan, Sarjito mengemukakan
empat hal yang menjadi tantangan bagi pasar modal Indonesia, antara lain: (1)
Peningkatan sisi persediaan, (2) peningkatan sisi permintaan, (3) pengembangan
infrastruktur, dan (4) peningkatan praktek dan pedoman tata kelola yang baik
dan juga implementasinya. Berbagai hal tersebut bisa dicapai dengan penciptaan
regulasi yang sifatnya “market-friendly” dan mendukung.
“Jangan kita membuat regulasi dimana industri kita
sendiri secara domestik tidak bisa survive. Kita harus mendengarkan semua,
bagaimana supaya industri itu bisa tumbuh. Tidak hanya financial market, tapi
juga real market.”ucapnya
Selain Sarjito, turut hadir dan berbicara dalam
seminar kali ini Presiden Direktur PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI),
Heri Sunaryadi, yang memberikan paparan mengenai rencana strategis KSEI,
sebagai pengembang infrastruktur, untuk mendukung pertumbuhan pasar modal di
Indonesia sepanjang empat tahun mendatang.
Selain pengimplementasian Central Depository and Book
Entry Settlement System (C-BEST) Next Generation (Next-G) yang diperkirakan
rampung pada tahun 2016, KSEI juga sedang mengembangkan sistem pengelolaan
investasi terpadu yang akan meningkatkan efisiensi kegiatan pasar modal yang
melibatkan berbagai pihak seperti bank, perusahaan efek, agen penjual,
investor, bank kustodian, dll.
Heri juga menambahkan bahwa berbagai upaya ini
dilakukan perusahaan untuk memperdalam pasar, meningkatkan jumlah investor dan
likuiditas di Indonesia.
Selain peningkatan dan pertumbuhan dari segi domestik,
Made Artha, Investor Sales Head, Citi Indonesia juga berpendapat bahwa fokus
kegiatan investasi dari investor dan berbagai institusi tidak harus fokus di
dalam negeri, namun dapat diperluas ke luar negeri seperti ke negara ASEAN
lainnya. Dia pun menambahkan bahwa proses diversifikasi semacam itu bisa
didorong melalui pemberian insentif oleh pihak regulator.
“Pada akhirnya, penyelenggaraan Masyarakat Ekonomi
ASEAN bukan sesuatu yang bersifat instan dalam memperbaiki perekonomian negara.
Kuncinya adalah keterampilan kita untuk memanfaatkan peluang dan juga
mengantisipasi tantangan yang dihadirkan oleh penyelenggaraan Masyarakat
Ekonomi ASEAN itu sendiri.”ucapnya
Photo dok. Citi Indonesia / Praxis
kontak admin blog > ervanca@gmail.com