Sebenarnya agak geli juga
mau nulis ini kalau diingat-ingat karena lucu abis lihat salah satu temen w
tapi sudah lah kita mulai aja ya huahahaha..uuppss
Tapi ini tulisan khusus
untuk teman-teman w disebuah konsultan media untuk sebuah perwakilan asing di
Jakarta (w ga akan sebutkan nama perusahaannya sebagai respek w terhadap mereka…)
Jadi ceritanya itu ketika w
menghadiri sebuah acara atas undangan dari salah satu konsultan media yang
menangani sebuah perwakilan asing di Jakarta di sebuah hotel persis samping
Kedutaan Spanyol
W sich cukup akrab dengan
mereka-mereka ini bahkan tidak ada jarak antara mereka dengan pekerjaan sebagai
konsultan media dan w sebagai jurnalis .
Ketika kelar dari acara itu
mereka nawarin w tumpangan untuk pulang kebetulan w bingung abis dari acara ini
mau kemana walau sebenarnya ada acara di daerah SCBD acara talkshow yang dibuat
ama mantan penyiar televisi kondang yang sekarang beralih menjadi penyiar radio
dan membuka perusahaan media.
“mas, mau bareng ndak,
sekalian aja kita mau balik ke kantor,” kata salah satu anak kantor konsultan
media ini.
W sich ayo-ayo aja secara
mau ke rumah w dari daerah belakang sarinah jelas gantung banget karena w mesti
ke kebon sirih atau bunderan HI untuk naik angkot namun w tahu diri lah
bagaimana bisa menemukan angkot itu kosong dikala pukul 18.00 ?
Akhirnya w ikut mereka,
kebetulan salah satu dari mereka menyuruh petugas hotel untuk carikan taksi,
setelah dapat taksi yang ternyata taksi mereka burung biru (tau donk yang w
maksud), setelah dua temannya berpamitan dengan beberapa tamu yang menjadi
juragan mereka langsung menyingkir dari keramaian dan keluar dari dalam hotel
tersebut sambil menuruni tangga menuju ke arah taksi yang sudah menunggu.
Kami semua masuk ke dalam
taksi, dimana depan si Gung, sementara w dan Arah, serta satu lagi w lupa (ya
ialah w belum kenalan, maaf yaa hehehe) dibelakang dengan si Arah berada di
tengah-tengah, sambil siap-siap sang supir langsung tanya..
“mau kemana mas,”
“ke Adityawarman pak yang
deket PLN,” kata si Gung yang dibalas lagi ama si supir
“Adityawarman yang deket
Blok ?, tanya si supir dan secara seperti paduan suara ketiga temen w ini
menjawab w.
Tapi w nyela dengan
mengatakan akan turun di Semanggi, sementara c Arah masih bingung karena dia
selalu (hari gene masih dijemput yaa ckckckc hehehe) dijemput oleh bapaknya.
Sambil utak-atik talenannya
(maksudnya tablet, abis ga jauh beda sich ama talenan mak w di rumah huahaha)
nanya c papa tercinta udah dimana, sementara c Gung masih berceloteh dengan
sang supir taksi.
Begitu keluar dan belok kiri
dari lampu merah Sarinah menuju bunderan HI, pecah lah yang w bilang di atas
huahahaha…
entah tiba-tiba c Gung nanya
ke supir karena aksen pak supir agak berat kearah batakisme
“Bapak dari Medan yaa,” kata
c Gung, tiba-tiba Arah nyeletuk “ hah, bapak dari Medan, marganya apa pak”
katanya
C pak supir ini bernama
Relus Napitupulu, dan dari situlah semua ini terjadi, bahkan di pak Reluss ini
pun bertanya ke Arah tentang marganya karena dia bilang kalau dia batak juga
“wuah saya juga batak pak,
saya Panjaitan,”
“Panjaitan dari mana kau,”
kata si Supir
“dari Medan lah pak,” jawab
si Arah, namun langsung ama si supir dijawab yang membuat w dan Gung serta
teman yang satu ketawa abis
“Ya Medan mah ga jauh kayak
Jakarta, isinya melayu semua,” jawab si pak Reluss yang membuat w dan seisi
taksi ngakak abis
mungkin gregetan apa gimana,
akhirnya c Arah terima telepon yang kebetulan dari sanga ayahanda tercinta
untuk kabarin gimana selanjutnya, eeh si pak Relus dengan suara pelan ngomong
soal kampungnya.
“Tanya ama bapakmu,
kampungnya dari mana, kampung dari mana,” terus-terusan si Pak Reluss berbisik
sambil si Arah menelpon
kelar telepon, Arah langsung
jawab setelah ditanya lagi ama Pak Reluss
“udah ditanya dimana
kampungnya,” tanya Pak Reluss
“udah donk pak, katanya di
Pagar Batu pak,” jawab Arah dengan lantang
eeh si Pak Reluss malah
ketawa-katawa karena dia tahu tempat dari si ayahanda Arah
“oh pagar batu, saya mah
tau,” kata si Pak Reluss
akhirnya seterusnya salain
ceng-ceng-an terutama ngecengin Arah sambil ga berasa w harus turun di depan
Atmajaya, sayangnya si pak supir lewat jalur cepat sehingga buru-buru w turun
takut kena semprit polisi.
w dan Arah turun depan
Atmajaya, w pisah jalan karena w jalan ke Atmajaya untuk nyari bus dan angkutan
lainnya walau w ditawarin bareng karena rumah Arah dan w ternyata satu kawasan cuma
dibatasin ama jembatan dan tol
Arah sendiri jalan nyebrang ke
arah Gedung BRI..
Itulah cerita yang menurut w
lucu sih, tapi w mau bilang ke teman-teman ini terima kasih ya atas kerjasama
selama ini, moga-moga ke depannya masih bisa seperti ini dan ditunggu
kebersamaan dengan kalian teman-teman dari “E”
Sudirman, 100413 18.30
@Lorcasz