berhubung baru bulan keempat
ga berasa sudah 48 tulisan aja… nah untuk menggenapi sampe 50 tulisan w masih
dua tulisan istimewa selamat membaca.
Apa yang terlintas secara
spontan ketika mendengar tentang PALESTINA ? 1000 % akan menjawab negara perang
dan konflik.
Tapi apa yang terlintas
dipikiran kalian jika w bilang PALESTINA ITU PUNYA ORKESTRA ? w yakin dahi
kalian pada berkerut berlipat-lipat, bener kan ?!
Terserah dahi kalian
berkerut tapi inilah faktanya, kalau Palestina itu punya orchestra atau musik instrument
dan mereka menunjukkan kebolehannya di Jakarta..
Dan w juga bangga bisa jadi
saksi dari kebolehan para pemain musik dari negara yang menurut sebagian tidak
bersahabat di Jakarta
Sebenarnya w sich udah tau
dari awal tahun bahkan sering nanya sana-sini termasuk ke Kedutaan Besar Dawlat
(State) Palestina di Jakarta yaitu Mbak Sari.
setelah konfirmasi dan tanya
sana-sini lewat mbak Sari, dapat lah w informasi tentang jumpa pers terakhir
dari panitia Palestina Orkestra dimana sesi jumpa pers ini akan dilaksanakan
tanggal 27 Maret 2013 di Kantor Kedutaan Besar State of Palestine.
Tanggal 27 Maret pukul 10.30 w datang juga di Kantor Kedutaan Besar State Palestine yang berlokasi di kawasan Diponegoro tepatnya depan Kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Setelah lama menunggu
akhirnya pukul 11.00 acara jumpa pers tersebut dilaksanakan dengan segala macam
penjelasan dan tata pertanyaan. ( w ga perlu jelasin lah karena udah pasti
bagaimana situasinya :D )
Kesimpulannya, bahwa acara
tersebut akan berlangsung akhir bulan Maret lalu tepat tanggal 30-31 Maret di
Aula Simfonia, Jakarta.
Akhirnya tanggal 30 Maret
sore dari rumah berangkat dari rumah pukul 13.00 ke Aulia Simfonia di daerah
Kemayoran, Jakarta Pusat dengan menumpang angkutan Mikrolet 26 (M-26, Bekasi –
Kampung Melayu) setelah nyampe Kampuny Melayu w lanjut dengan taksi menuju ke
tempat yang ternyata dekat dengan sebuah tempat ibadah yang dikelola salah satu
tokoh agama, Stephen Tong.
Akhirnya w sampai juga
setelah muter-,muter karena bablas kelewatan dan hujan deras yang tiba-tiba
mengguyur w pun masuk ke dalam gedung tersebut yang mewah dengan suasana orchestra
sangat kental.
w pun masuk ke dalam sambil
nyari tempat informasi yang memungkinkan w bisa masuk dan melihat latihan
mereka, dengan bantuan seorang panitia w mendapatkan tempat informasi untuk
media, begitu menyapa dan menyatakan diri sebagai jurnalis, sang panitia
mendadak kebingungan namun dengan tenang menjelaskan detail soal acara.
Setelah mendapatkan
penjelasan dari panitia w langsung naik ke atas untuk lihat latihan para pemain
Palestina yang sudah dikenal dikalangan musisi klasik ini..
Melihat latihan para musisi
Palestina ini w agak takjub dengan semangat mereka jika kita melihat situasi
yang ada saat ini penuh dengan kekhawatiran.
Ketika mendengar bahwa akan
ada kejutan dari para musisi yang akan membawakan lagu nasional membuat w
penasaran seperti apa latihan mereka dalam membawakan lagu tersebut.
Sepanjang latihan mereka, w
sibuk mendengarkan sambil berphoto ria, penasaran kan silakan lihat
gambar-gambar ini..
Begitu Maria Tamarine masuk
untuk latihan w siap-siap duduk paling depan untuk dengerin suara soprano
terkemuka ini
Di sesi Maria Tamarin nich w
mendapatkan perlakuan yang tidak sepantasnya dari pihak promotor kalau dia tahu
aturan dan peraturan peliputan pers (maklum yang halang-halangi w adalah warga
asing)
Jadi, sebelum Maria Tamarine
latihan lagu Tanah Airku, w disamperin dari pihak penyelenggara orang Indonesia
sambil becanda
“mas, ngapain duduk wartawan
ntu harus jalan-jalan, ambil gambar,” kata si mbak-mbak yang lupa w tanya
namanya
trus w tanya setelah ntu
mbak ngomong seperti itu, “ hehehe.. ohya mbak boleh ngambil gambar kan sambil
w isyaratin tangan kayak lagi ngerekam handycam
“boleh kok mbak, yang ga
boleh pas pertunjukan nanti,” kata ntu mbak, setelah mendapatkan penjelasan
dari c mbak yang secara bagian dari promotor lantas w keluarin lah perangkat
kamera perekam w kebetulan saat itu Maria Tamarin sedang persiapan lagu
nasional, Tanah Airku.
Dan benar saja, Tanah Airku
terlantun dengan merdu dari mulut soprano, Maria Tamarin sambil w merekam
kepiawaian sang soprano membawakan lagu nasional itu dengan kata-kata Indonesia
yang sempurna.
namun jeng…jeng..jeng..
sekitar 15 menit sebelum Maria Tamarin menyelesaikan lagu nasional tersebut,
tiba-tiba w secara spontan menengok ke kiri dan mendapati salah satu manager
dari promotor yang mendatangkan Maria Tamarin dan kawan-kawan ke Indonesia yang
berkebangsaan asing tepatnya (maaf) Arab langsung memberikan kode seperti
memotong di leher untuk mematikan perangkat perakam w sambil berkomat-kamit “no
audio record”
Kejadian ini membuat agak
aneh dan bertanya-tanya, nich promotor baik dari tingkat manager hingga kroco
maksudnya pegawainya baik yang warga Indonesia atau asing satu suara atau tidak
karena beberapa hari sebelum hari H w nulis email ke mereka untuk konfirmasi
soal hal ini dan mereka para pegawe Indonesia mengatakan bahwa merekam baik
audio atau visual diperbolehkan namun ketika pertunjukan tidak boleh, silakan
lihat di bawah ini buktinya.. tetapi kenapa w dilarang.
Untung aja w ga protes,
gimana kalo protes ya bisa heboh kali, ntu Arab satu ga tau apa kalau tindakan
tolol dan bodohnya bisa menyeret dia kedalam penjara, karena tindakan dia itu
dikategorikan sebagai tindakan MENGHALANG-HALANGI KERJA WARTAWAN DALAM
MENDAPATKAN SEBUAH BERITA dan itu hukumannya adalah DUA TAHUN PENJARA dan DENDA
Rp2 MIliar !!
Kemudian, yang bikin w
kaget, karena mereka (maaf) MENGHINA JURNALIS dengan memberikan gratifikasi
dalam bentuk UANG yang modusnya CUKUP CERDIK dimana pada saat prescon, amplop
berisi uang tersebut diSELIPkan dibawah kotak makan yang diberikan oleh
panitia.
Yang kedua ketika menjelang
acara pertunjukan, dimana mereka juga SELIP-kan uang tersebut didalam buku
petunjuk acara. Pasti bertanya-tanya kan apakah w membuka dan memasukkan
uang-uang Gratifikasi itu ke dalam kantong atau dompet w ? oh maaf TIDAK ! uang
itu sekarang mungkin sudah dinikmati oleh orang yang membutuhkan.
Maksudnya, uang pertama yang
dikasih saat presscon, w SELIP-kan di kantong belakang kursi supir taksi yang
membawa w dari kantor Kedubes Palestina ke arah Plasa Senayan, dan yang uang
kedua w taruh di belakang mesin closet dengan ditutupi pelindung closet !!
W bukan orang munafik tetapi
dengan cara yang diberikan oleh promotor sangat-sangat MELECEHKAN profesi
jurnalis, memang sich pendapatan jurnalis satu media dengan media lain pasti
berbeda tetapi dengan seperti ini lantas kami dibeli jasa dengan uang yang
mungkin tidak seberapa, maaf !
Itu soal gratifikasi,
kemudian ada tamu undangan yang HAMPIR SAJA tidak bisa masuk, nonton
pertunjukkan karena namanya tidak terdapat dalam list yang dipegang oleh pihak
bagian ticketing setelah sedikit crosscheck akhirnya si bapak dan ibu yang
mengaku sebagai Dubes Sabam Sirait dan dapat undangan itu dari Kedubes
Palestina diijinkan masuk juga.
Lepas dari akhirnya acara
tergelar dengan sempurna, walau sedikit tapi w sedikit melihat ada beberapa
tamu penting yang hadir, seperti sesepuh Muhammadiyah, Din Syamsuddin yang menikmati
alunan musik klasik tersebut, Dubes Rusia bersama Istrinya yang w lihat cantik
banget dengan tampilan perpaduan antara Lady Di dan personel ABBA, kemudian ada
Dubes Sudan bersama isteri dan anak-anaknya serta Sekretaris II bidang ekonomi
dan pariwisata
Kemudian ada juga Direktur
UNIC serta masyarakat Indonesia dan pecinta musik klasik, secara general
penampilan para musisi ini memang patut diacungi jempol bahkan ketika dua lagu
terakhir termasuk lagu nasional, Tanah Airku para penonton memberikan tepuk
tangan sambil standing applaus..
Aahh akhirnya kesampean juga
nonton konser musik klasik apalagi yang ditampilkan adalah musisi dari negara
yang saat ini sedang berkecamuk semoga dengan alunan musik tersebut perdamaian
tercipta.
Dan kata-kata bagus dari
pertunjukan ini dan sekaligus menjadi renungan adalah ucapan dari salah satu
musisi yang sukses di dunia musik internasional adalah Angin berhembus melewati
semua negara. Angin tak pernah menunjukan passport
“Angin berhembus melewati
semua negara. Angin tak pernah menunjukan pasport," Wissam Boustany
Semoga Palestina dapat hidup
damai dan satu atap dengan Israel walaupun entah sampai kapan itu terwujud…
Aula Simfonia Jakarta,
300313 21:00
@Lorcasz