Kamis, 11 April 2013

Antara Palestina Orkestra dan EO Kapiran




Eng..ing..eng udah masuk April aja nich ga berasa udah masuk bulan keempat ya tingga 8 bulan lagi nich tutup tahun 2013 masuk 2014.

berhubung baru bulan keempat ga berasa sudah 48 tulisan aja… nah untuk menggenapi sampe 50 tulisan w masih dua tulisan istimewa selamat membaca.

Apa yang terlintas secara spontan ketika mendengar tentang PALESTINA ? 1000 % akan menjawab negara perang dan konflik.

Tapi apa yang terlintas dipikiran kalian jika w bilang PALESTINA ITU PUNYA ORKESTRA ? w yakin dahi kalian pada berkerut berlipat-lipat, bener kan ?!

Terserah dahi kalian berkerut tapi inilah faktanya, kalau Palestina itu punya orchestra atau musik instrument dan mereka menunjukkan kebolehannya di Jakarta..

Dan w juga bangga bisa jadi saksi dari kebolehan para pemain musik dari negara yang menurut sebagian tidak bersahabat di Jakarta

Sebenarnya w sich udah tau dari awal tahun bahkan sering nanya sana-sini termasuk ke Kedutaan Besar Dawlat (State) Palestina di Jakarta yaitu Mbak Sari.

setelah konfirmasi dan tanya sana-sini lewat mbak Sari, dapat lah w informasi tentang jumpa pers terakhir dari panitia Palestina Orkestra dimana sesi jumpa pers ini akan dilaksanakan tanggal 27 Maret 2013 di Kantor Kedutaan Besar State of Palestine.


Tanggal 27 Maret pukul 10.30 w datang juga di Kantor Kedutaan Besar State Palestine yang berlokasi di kawasan Diponegoro tepatnya depan Kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Setelah lama menunggu akhirnya pukul 11.00 acara jumpa pers tersebut dilaksanakan dengan segala macam penjelasan dan tata pertanyaan. ( w ga perlu jelasin lah karena udah pasti bagaimana situasinya :D )

Kesimpulannya, bahwa acara tersebut akan berlangsung akhir bulan Maret lalu tepat tanggal 30-31 Maret di Aula Simfonia, Jakarta.

Akhirnya tanggal 30 Maret sore dari rumah berangkat dari rumah pukul 13.00 ke Aulia Simfonia di daerah Kemayoran, Jakarta Pusat dengan menumpang angkutan Mikrolet 26 (M-26, Bekasi – Kampung Melayu) setelah nyampe Kampuny Melayu w lanjut dengan taksi menuju ke tempat yang ternyata dekat dengan sebuah tempat ibadah yang dikelola salah satu tokoh agama, Stephen Tong.

Akhirnya w sampai juga setelah muter-,muter karena bablas kelewatan dan hujan deras yang tiba-tiba mengguyur w pun masuk ke dalam gedung tersebut yang mewah dengan suasana orchestra sangat kental.

w pun masuk ke dalam sambil nyari tempat informasi yang memungkinkan w bisa masuk dan melihat latihan mereka, dengan bantuan seorang panitia w mendapatkan tempat informasi untuk media, begitu menyapa dan menyatakan diri sebagai jurnalis, sang panitia mendadak kebingungan namun dengan tenang menjelaskan detail soal acara.

Setelah mendapatkan penjelasan dari panitia w langsung naik ke atas untuk lihat latihan para pemain Palestina yang sudah dikenal dikalangan musisi klasik ini..

Melihat latihan para musisi Palestina ini w agak takjub dengan semangat mereka jika kita melihat situasi yang ada saat ini penuh dengan kekhawatiran.

Ketika mendengar bahwa akan ada kejutan dari para musisi yang akan membawakan lagu nasional membuat w penasaran seperti apa latihan mereka dalam membawakan lagu tersebut.

Sepanjang latihan mereka, w sibuk mendengarkan sambil berphoto ria, penasaran kan silakan lihat gambar-gambar ini..







Begitu Maria Tamarine masuk untuk latihan w siap-siap duduk paling depan untuk dengerin suara soprano terkemuka ini

Di sesi Maria Tamarin nich w mendapatkan perlakuan yang tidak sepantasnya dari pihak promotor kalau dia tahu aturan dan peraturan peliputan pers (maklum yang halang-halangi w adalah warga asing)

Jadi, sebelum Maria Tamarine latihan lagu Tanah Airku, w disamperin dari pihak penyelenggara orang Indonesia sambil becanda

“mas, ngapain duduk wartawan ntu harus jalan-jalan, ambil gambar,” kata si mbak-mbak yang lupa w tanya namanya

trus w tanya setelah ntu mbak ngomong seperti itu, “ hehehe.. ohya mbak boleh ngambil gambar kan sambil w isyaratin tangan kayak lagi ngerekam handycam

“boleh kok mbak, yang ga boleh pas pertunjukan nanti,” kata ntu mbak, setelah mendapatkan penjelasan dari c mbak yang secara bagian dari promotor lantas w keluarin lah perangkat kamera perekam w kebetulan saat itu Maria Tamarin sedang persiapan lagu nasional, Tanah Airku.

Dan benar saja, Tanah Airku terlantun dengan merdu dari mulut soprano, Maria Tamarin sambil w merekam kepiawaian sang soprano membawakan lagu nasional itu dengan kata-kata Indonesia yang sempurna.

namun jeng…jeng..jeng.. sekitar 15 menit sebelum Maria Tamarin menyelesaikan lagu nasional tersebut, tiba-tiba w secara spontan menengok ke kiri dan mendapati salah satu manager dari promotor yang mendatangkan Maria Tamarin dan kawan-kawan ke Indonesia yang berkebangsaan asing tepatnya (maaf) Arab langsung memberikan kode seperti memotong di leher untuk mematikan perangkat perakam w sambil berkomat-kamit “no audio record”

Kejadian ini membuat agak aneh dan bertanya-tanya, nich promotor baik dari tingkat manager hingga kroco maksudnya pegawainya baik yang warga Indonesia atau asing satu suara atau tidak karena beberapa hari sebelum hari H w nulis email ke mereka untuk konfirmasi soal hal ini dan mereka para pegawe Indonesia mengatakan bahwa merekam baik audio atau visual diperbolehkan namun ketika pertunjukan tidak boleh, silakan lihat di bawah ini buktinya.. tetapi kenapa w dilarang.



Untung aja w ga protes, gimana kalo protes ya bisa heboh kali, ntu Arab satu ga tau apa kalau tindakan tolol dan bodohnya bisa menyeret dia kedalam penjara, karena tindakan dia itu dikategorikan sebagai tindakan MENGHALANG-HALANGI KERJA WARTAWAN DALAM MENDAPATKAN SEBUAH BERITA dan itu hukumannya adalah DUA TAHUN PENJARA dan DENDA Rp2 MIliar !!

Kemudian, yang bikin w kaget, karena mereka (maaf) MENGHINA JURNALIS dengan memberikan gratifikasi dalam bentuk UANG yang modusnya CUKUP CERDIK dimana pada saat prescon, amplop berisi uang tersebut diSELIPkan dibawah kotak makan yang diberikan oleh panitia.

Yang kedua ketika menjelang acara pertunjukan, dimana mereka juga SELIP-kan uang tersebut didalam buku petunjuk acara. Pasti bertanya-tanya kan apakah w membuka dan memasukkan uang-uang Gratifikasi itu ke dalam kantong atau dompet w ? oh maaf TIDAK ! uang itu sekarang mungkin sudah dinikmati oleh orang yang membutuhkan.

Maksudnya, uang pertama yang dikasih saat presscon, w SELIP-kan di kantong belakang kursi supir taksi yang membawa w dari kantor Kedubes Palestina ke arah Plasa Senayan, dan yang uang kedua w taruh di belakang mesin closet dengan ditutupi pelindung closet !!

W bukan orang munafik tetapi dengan cara yang diberikan oleh promotor sangat-sangat MELECEHKAN profesi jurnalis, memang sich pendapatan jurnalis satu media dengan media lain pasti berbeda tetapi dengan seperti ini lantas kami dibeli jasa dengan uang yang mungkin tidak seberapa, maaf !
  
Itu soal gratifikasi, kemudian ada tamu undangan yang HAMPIR SAJA tidak bisa masuk, nonton pertunjukkan karena namanya tidak terdapat dalam list yang dipegang oleh pihak bagian ticketing setelah sedikit crosscheck akhirnya si bapak dan ibu yang mengaku sebagai Dubes Sabam Sirait dan dapat undangan itu dari Kedubes Palestina diijinkan masuk juga.

Lepas dari akhirnya acara tergelar dengan sempurna, walau sedikit tapi w sedikit melihat ada beberapa tamu penting yang hadir, seperti sesepuh Muhammadiyah, Din Syamsuddin yang menikmati alunan musik klasik tersebut, Dubes Rusia bersama Istrinya yang w lihat cantik banget dengan tampilan perpaduan antara Lady Di dan personel ABBA, kemudian ada Dubes Sudan bersama isteri dan anak-anaknya serta Sekretaris II bidang ekonomi dan pariwisata

Kemudian ada juga Direktur UNIC serta masyarakat Indonesia dan pecinta musik klasik, secara general penampilan para musisi ini memang patut diacungi jempol bahkan ketika dua lagu terakhir termasuk lagu nasional, Tanah Airku para penonton memberikan tepuk tangan sambil standing applaus..

Aahh akhirnya kesampean juga nonton konser musik klasik apalagi yang ditampilkan adalah musisi dari negara yang saat ini sedang berkecamuk semoga dengan alunan musik tersebut perdamaian tercipta.

Dan kata-kata bagus dari pertunjukan ini dan sekaligus menjadi renungan adalah ucapan dari salah satu musisi yang sukses di dunia musik internasional adalah Angin berhembus melewati semua negara. Angin tak pernah menunjukan passport

“Angin berhembus melewati semua negara. Angin tak pernah menunjukan pasport," Wissam Boustany

Semoga Palestina dapat hidup damai dan satu atap dengan Israel walaupun entah sampai kapan itu terwujud…

Aula Simfonia Jakarta, 300313 21:00

@Lorcasz