Vatican
dan 1,2 milyar umat Katolik di seluruh dunia kini bisa bernapas lega setelah
ditinggal oleh Joseph Aloisius Ratzinger atau kita kenal dengan Paus Benediktus
XVI memiliki pemimpin baru yaitu Kardinal Jorge Maria Bergoglio yang berasal
dari Argentina.
Siapakah
Kardinal Jorge Maria Bergoglio yang memilih nama Fransiskus I dari tokoh Santo
Fransiskus Asisi ini ? pria kelahiran 17 Desember 1936 ini adalah seorang
penganut Jesuit yang memiliki visi internasional, melayani di manapun mereka
dibutuhkan.
Sesuai
nama yang disandangnya, Paus Francis I, merupakan seorang penganut Jesuit
intelektual yang telah memodernisasi gereja Katolik konservatif di Argentina
dan dirinya dikenal suka bepergian dengan bus dan memasak sendiri makanannya.
Paus
Fransis I ini digambarkan sebagai orang sederhana yang menolak kemewahan
seperti yang dinikmati para kardinal Argentina sebelum dia. Dirinya hidup di
rumah sederhana dengan kompor kecil sebagai pemanas ruangan dan sering
berkunjung ke daerah-daerah kumuh di Argentina.
Paus
Francis I selalu menganggap kegiatan sosial di luar sebagai urusan esensial
gereja, bukan perdebatan soal doktrin. Dirinya pernah menuduh sesama pemimpin
gereja sebagai orang munafik yang lupa bahwa Yesus bersedia memandikan
penderita lepra dan makan bersama para pelacur.
"Yesus
mengajarkan kita cara yang lain: pergilah keluar. Keluarlah dan sebarkan
kesaksianmu, keluarlah dan berinteraksi dengan saudara-saudaramu, keluarlah
untuk berbagi, keluarlah untuk bertanya," kata pria ditahbiskan pertama
kali pada tahun 13 Desember 1969 kepada para pastor Argentina dalam sebuah
kesempatan tahun lalu.
Warisan
Paus Fransis I sebagai kardinal termasuk upayanya memulihkan reputasi gereja
yang kehilangan banyak jemaatnya karena tidak berani secara terbuka menentang
pemerintahan diktator yang memakan banyak korban jiwa di Argentina pada
1976-1983.
Paus
Francis I juga berjuang memulihkan pengaruh tradisional gereja di masyarakat,
meskipun kritikan yang keras terhadap Presiden Cristina Kirchner tak bisa
mencegah kepala negara itu menerapkan sejumlah kebijakan liberal dari
perkawinan sesama jenis sampai pasokan alat kontrasepsi gratis bagi semua warga
negara.
"Di
wilayah gereja kita ada pastor-pastor yang menolak membaptis anak-anak dari ibu
tunggal karena mereka tidak dilahirkan dari ikatan suci perkawinan. Itulah
kemunafikan jaman sekarang, mereka yang mengkultuskan gereja, mereka yang
memisahkan anak-anak Tuhan dari keselamatan. Dan gadis malang ini, yang
bukannya menyembunyikan anaknya namun justru berani membawanya ke dunia, harus
berkeliling dari satu paroki ke paroki lain agar anaknya bisa dibaptis!"ucapnya.
Cara
kerja kepastoran seperti ini, yang ditujukan untuk merangkul lebih banyak orang
dan membangun jemaat, merupakan keahlian utama yang perlu dimiliki oleh setiap
pemimpin agama di era modern, kata penulis biografi Paus Francis I, Sergio
Rubin.
Namun
perilaku Paus Fransis I justru sangat merasa nyaman ketika dirinya bersikap low
profile, dan gayanya ini berlawanan dengan kemegahan di Vatikan.
"Ini
hal yang sangat menarik: ketika para uskup berkumpul, dia selalu ingin duduk di
barisan belakang. Sikap rendah hati ini terlihat mencolok di Roma," kata
Rubin menjelang konklaf pekan ini untuk memilih pengganti Paus Benediktus.
Banyak
warga Argentina yang masih marah karena kegagalan gereja melawan rejim dulu
yang terang-terangan menculik dan membunuh ribuan orang dengan tuduhan “tindak
subversif.” Ini menjadi salah satu alasan kenapa duapertiga warga Argentina
mengaku Katolik tapi kurang dari 10 persen yang menghadiri misa secara teratur.
Di
bawah kepemimpinan Paus Francis I, para uskup Argentina mengeluarkan permintaan
maaf secara kolektif pada Oktober 2012 karena kegagalan gereja melindungi
jemaatnya. Namun pernyataan itu juga menyalahkan junta dan para musuhnya
sekaligus di era penuh kekerasan tersebut.
Paus
Francis I dua kali menggunakan haknya untuk menolak hadir di sidang terbuka,
dan ketika akhirnya bersaksi pada 2010, jawabannya bersifat mengelak, seperti
yang disampaikan aktivis HAM Myriam Bregman.
Setidaknya
ketika memimpin umat Katolik Argentina, ada dua kasus yang melibatkan Paus
Fransis I. Salah satunya terkait penyiksaan yang dialami dua pendeta Jesuit
anakbuahnya - Orlando Yorio dan Francisco Jalics – yang diculik pada 1976 dari
wilayah kumuh di mana mereka mengajarkan teologi liberal.
Yorio
menuduh Paus Fransis I secara tak langsung menyerahkan mereka ke para penculik
dengan menolak mengakui ke rejim bahwa dia merestui kegiatan mengajar itu.
Sedangkan Jalics menolak membahas masalah itu setelah pindah dan mengucilkan
diri ke biara di Jerman.
Dua
pria itu sebetulnya dbebaskan setelah Paus Fransis I mengambil tindakan luar
biasa dan rahasia untuk menyelamatkan mereka, termasuk dengan membujuk pastor
keluarga diktator Jorge Videla agar minta izin sakit sehingga dia bisa
menggantikan memimpin misa di rumah pemimpin juta itu.
Paus
Francis I pun secara pribadi meminta pengampunan dan intervensi dia inilah yang
menyelamatkan nyawa dua rekannya. Namun Bergoglio tak pernah menceritakan
secara rinci hal tersebut sampai Rubin mewawancarai dia untuk biografi terbitan
2010.
Dalam
dunia pendidikan Paus Fransis I belajar kimia, tapi kemudian mengajar sastra,
psikologi, filsafat dan teologi sebelum menjadi Uskup Agung Buenos Aires pada
1998. Tahun 2011 diangkat menjadi Kardinal Argentina ketika kondisi ekonomi
negaranya runtuh dan dihormati masyarakat karena menyalahkan kapitalisme yang
membabi buta sebagai akibat kemiskinan jutaan rakyat Argentina.