Terkait
ini, Kedutaan Besar Republik Bolivarian Venezuela di Jakarta mulai tanggal 6 hingga
8 Maret dari pukul 09.00 sampai dengan 16.00 membuka kesempatan kepada warga
Indonesia atau kalangan diplomatic yang ingin menyampaikan turut berduka cita
terhadap Presiden Chavez dan warga Venezuela.
Sejumlah
kalangan korps diplomatic yang berada di Jakarta ikut membubuhkan pesan duka
cita kepada rakyat Venezuela di sebuah buku yang telah disediakan, berdasarkan
pengamatan CatatanLorcasz ketika berada di Kedubes tersebut nampak Dutabesar Korea
Utara, Rusia, Vatikan, Tiongkok,
Zimbabwe, Belarus, Ecuador ikut merasakan duka yang dialami rakyat
negara penghasil minyak ini termasuk warga Indonesia salah satunya adalah Arif
Sumantri Harahap,
Arif
yang selama 3,5 tahun menjabat sebagai staff politik Kedutaan Besar RI untuk
Venezuela di Caracas yang hadir untuk membubuhkan tanda duka cita mengatakan
kepada PedomanNEWS bahwa dirinya dekat dengan Chavez bahkan setiap hari
nasional negara tersebut diundang bahkan pernah dalam pidato di depan
masyarakat luas dirinya ditunjuk-tunjuk.
“
Saya sering diundang Chavez untuk mengikuti kegiatan hari nasional, termasuk
parade militer bahkan dalam pidatonya soal minyak dia menunjukkan saya sambil
mengatakan Venezuela produksi minyak untuk kebutuhan rakyat tidak seperti
Indonesia sambil menunjuk saya dan saya iya-iya saja,” ucapnya sambil mengenang
kejadian tersebut.
Menurut
Arif, Chavez meninggalkan legenda tersendiri, di negaranya, maupun Amerika
Latin dan kawasan Karibia sosok Presiden yang telah memimpin sejak tahun 1999
ini dipandang sebagai pemimpin yang merakyat dan memanjakan rakyat dari hasil
minyak untuk sandang, pangan dan papan mereka.
Bahkan
menurut Arif, Selama memimpin Venezuela 14 tahun, Chavez berhasil mengentaskan
orang miskin di atas 75 persen dan membebaskan mereka dari buta huruf.
Seperti
diketahui Presiden Venezuela, Hugo Rafael Chávez Frías meninggal dunia dalam
usia 58 tahun karena sakit yang dideritanya selama dua tahun belakangan.
@Lorcasz
@Lorcasz