Minggu, 24 Februari 2013

Part II : Tampilan Baru Sang RI-17

Tulisan tangan Menteri Luar Negeri Kerajaan Belanda, Franciscus Cornelis Gerardus Maria Timmermans pada buku tamu  begitu sampe di Gedung Pancasila

Eng… Ing.. Eng.. akhirnya kelar juga yang udah di ujung huahahaha… udah siap lanjut lagi ga nich cerita ketemuan dengan Menlu Belanda dan Indonesia di Gedung Pancasila.


baiklah sekarang kita mulai yaa.. akhirnya w nyampe juga di komplek Kementerian Luar Negeri RI begitu masuk dalam gedung, setelah bayar langsung buru-buru ke arah samping Gedung Pancasila tempat biasa anak-anak nunggu tamu asing kalau datang.

Lucunya, pas masuk ke ruangan, tiba-tiba c mbak Desy staff Informasi Media (InfoMed) Kemlu RI sumringah ketika w masuk dengan senyuman sambil ngomong “ wah panjang umur nich mas, dikit lagi datang mas Menlu nya “

Trus w bilang “ kenapa mbak, Pak Marty nyari saya mbak,” eh langsung ketawa c mbak Dessy dan emang bener begitu w taruh tas tiba-tiba staff ahlinya Menlu Marty langsung pada keluar dari ruangan yang jadi pertemuan.


Dan jeeengg…jeeeennggg keluar lah sang penguasa Pejambon dan jeeengg…jeeengg ada yang beda dari c Pak Marty apakah itu ? ternyata muka dari Menlu yang di gila-gilai oleh jurnalis wanita yang sering meliput di Kemlu nampak sedikit dekil dengan rambut-rambut tipis atau istilah brewoknya lagi numbuh,

Akhirnya tamu dari Belanda itu yang bernama Franciscus Cornelis Gerardus Maria Timmermans datang dan disambut langsung oleh Marty di depan pintu masuk Gedung Pancasila dengan tampilan barunya.

setelah bersalaman kemudian dilanjutkan dengan mengisi buku tamu, nampak seluruh jurnalis terutama photografi sibuk dengan target didepan lewat kilauan lampu blitz dari kamera sang pewarta photo.



Tampilan baru dari Menlu Marty ketika menjamu Menlu Belanda saat jumpa pers bersama

Setelah menulis pada buku tamu, sang menteri Belanda pun sempat mengobrol sebentar sebelum melanjutkan pembicaraan kecil disebuah ruangan, dan sekali lagi para jurnalis photo terus mengabadikan moment tersebut hingga memasuki ruangan yang disebut tet-a-tet.

Selama pembicaraan tet-tat-tet, para jurnalis melepaskan ketegangannya sambil menunggu hasil dari pembicaraan serta adanya dialog komprehensif antar dua negara dengan mengobrol satu dengan yang lain.

Hari itu sich yang nampak dalam peliputan ada dari Antara TV, AP, Reuters, Net TV (ini tipi barunya Wisnutama loh yang dulu megang Transcorp) kemudian ada Nasionalis Rakyat Merdeka, The Presiden Post, dan masih banyak lagi.

Selama menunggu sang kedua menteri ada aja pembicaraan (boleh dibilang sich ga jauh dari gossip) salah satunya yang menarik adalah soalnya rusuhnya peluncuran buku dari Ras Muhammad yang kebetulan di sponsori oleh Kemlu sebagai tamu dalam acara tersebut..

Akhirnya w cerita lah berdasarkan pemantauan anak magang yang w suruh ke sana ( ini berita nya yaa ) sementara w harus ke Bandung bersama anak-anak kantor hadiri kawinannya Mas Ilman bagian Riset di kantor.

Setelah w jelasin kronologi berdasarkan pemantauan anak magang, langsung bergulir soal pertanyaan yang pengen ditanya mulai dari kapan pasti Belanda nyatakan kemerdekaan Indonesia apakah ketika Konfrensi Meja Bundar 1949 atau pada tahun 2005 ketika Indonesia merayakan HUT nya ke-60 hingga soal krisis dan ke stabilan Belanda dalam komunitas UE dan krisis.

Capek juga lama-lama duduk ama ngobrol-ngobrol akhirnya entah siapa yang kodein tiba-tiba cameramen beberapa stasiun tipi dengan bersamaan pintu ruang tet-tat-tet terbuka lebar serta pintu ruangan didepan ruangan tet-tat-tet juga terbuka, tiba-tiba dari dalam ruangan pertama keluar lah Menlu Marty dengan menlu Frans Timmermans ke ruangan depannya untuk pembicaraan secara detail antar delegasi.

Setelah masuk kedua menlu ini, tanpa dikomandoi langsung semua cameraman, photographer dan jurnalis termasuk w masuk untuk seperti biasa mengambil gambar situasi awal-awal pembukaan mulai dari pembukaan yang diucapkan oleh menlu Marty yang kemudian dilanjutkan oleh Menlu Timmermans setelah itu semua jurnalis kembali lagi keluar ruangan untuk membiarkan para delegasi berunding.

ada kali sekitar setengah jam, akhirnya pintu tempat pertemuan kedua menlu dengan para delegasinya keluar satu-satu dengan terakhir keluar kedua menlu untuk menuju podium tempat untuk menyampaikan situasi dan penjelasan selama tadi dialog kepada puluhan jurnalis yang sudah menunggu dari pukul 10.00 pagi.

Akhirnya sesi jumpa pers bersama dilaksanakan juga yang terlebih dahulu dengan pengantar dari Menlu Marty yang menjelaskan arti kunjungan dan pembicaraan yang dilakukan kedua menlu ini selama di dalam ruangan demi kemajuan dua negara, setelah dijelaskan dalam bahasa kemudian menlu Marty menjelaskan kepada koleganya dalam bahasa Inggris (yaealah masa iya dalam bahasa tubuh… uuuppsss)

Selama jumpa pers tersebut banyak dibahas mulai dari soal pindah kekuasaan dari Ratu kepada Calon Raja hingga masalah air, dimana Belanda akan terus meningkatkan hubungan dan membantu Indonesia dalam menangani banjir di Jakarta (yaealah secara Belanda jajah Indonesia ya mesti bantu masa habis manis sepah dibuang).

Akhirnya sesi tanya jawab dan jumpa pers bersama diakhiri dengan Menlu Marty dan Menlu Frans Timmermans menuju ruang belakang untuk jamuan makan siang namun sebelum ke tempat makan siang Menlu Frans melihat sebuah diorama tentang sejarah kemerdekaan RI dan Kemlu sendiri yang kemudian dijelaskan oleh Menlu Marty..

Kehebohan terjadi ketika selesai meliput dimana semua pada ke ruang pers untuk minum dan makan yang kabarnya tersedia kudapan kecil namun ketika sampai disana hanya tersedia dispenser gallon dan kotak-kotak kue yang tinggal kotaknya saja dan semua hanya bisa minum padahal banyak juga yang lapar termasuk w huahahaha..

Setelah selesai istirahat, perjuangan tidak sampai diruang pers, akhirnya w ama beberapa anak-anak media keluar dari Komplek Kemlu menuju kantor nya masing-masing (masa iya ke rumah, makan gaji buta donk huahaha) sementara w dan yang lainnya berangkat ke Hotel Kempinski (bukan promosi) untuk ngikutin kegiatan menlu ini setelah dari kemlu.

Sampailah di Hotel Kempinski (sekali lagi bukan promosi) nyari-nyari tempat akhirnya ketemu tempat yang akan dijadikan pertemuan antara menlu Belanda dan sejumlah wartawan, sebenarnya w curiga karena w tanya sana-sini acara apaan hanya dijawab pertemuan makan siang roundtable sementara di TKP nya bukan roundtable melainkan kayak perjamuan kudus, mejanya bukan meja bunder tapi meja lempeng apa takut ama sejarah kali ya (round table = meja bundar identik ama konfrensi meja bundar huahaha)

lamaaa nunggu udah gitu laper akhirnya temen w Ryan anak The Presiden Post ngajakin w ama Mbak Santi dari Nasionalis Rakyat Merdeka cabut ke Café Pisa ada acara dari salah satu EO yang biasa buat pameran komputer ama gadget (yang baru ketahui ternyata satu dinasti ama kelompok usaha media yang terkenal banget dengan toko bukunya, bukan promosi yaa), dan kebeneran banget perut w udah kagak tahan secara belum sarapan

Karena ga jelas juga apakah w bisa masuk atau ga akhirnya cabut naik taksi ke Café pisa untuk liputan dan makan gratis huahahaha…

Setelah jeprat-jepret dan dengerin curhatan para narasumber di Café Pisa akhirnya w keluar dari Café itu bareng ama Ryan dan pisah di pintu keluar c Ryan masuk dalam parkiran Sarinah sementara w bingung dan putuskan untuk jalan kaki dari jalan Sabang sampai ke Kebon Sirih karena nanggung banget kalo naik Metromini S-15.

Karena jalan dari Sabang sampai kebon sirih akhirnya w baru ngeh dengan situasi jalan ini dengan berbagai ornament atau gedung-gedung tua yang ada masih terrawat da nada juga sudah berubah fungsi baik itu jadi kantoran atau pun pusat perbankan dan perbelanjaan.

Sambil jalan kaki w melihat satu-satu gedung yang ada disana sambil mengamati perilaku para pengguna jalan atau pengendara kendaraan sambil membayangkan jaman dulu kondisi kawasan ini pastinya lebih nyaman ketika jalan tidak seperti saat w jalan dimana w harus mengalah sama petugas pengantar minuman soft drink yang akan mengirimkan daganganya kepada supermarket sekitar kawasan itu.

Lepas dari jalan Agus Salim, nyebrang ke arah kebon sirih dan didepan Gedung Dewan Pers w melihat Kopaja 502 dan langsung w naik sampai ke arah Kp. Melayu selanjutnya naik Mikrolet 26 sampai ke rumah.

Sepanjang perjalanan w isengin dua orang alumni jurnalis yang pernah pos di Kemlu dengan kirim muke terbaru dari sang penghuni lewat jejaring sosial, walau lama akhirnya terespon dengan agak sedikit histeris (menurut w ya..secara lewat jejaring sosial getho loh).

Akibat keisengan w, amp tengah malam percakapan di jejaring sosial ini pun berlanjut bahkan besok pagi pun masih terjadi huahahaha… akhirnya kekangenan mereka dengan aktivitas sebelum jadi alumni dapat terobat.. miss you Friends sukses buat dunia baru kalian huahaha..

Udah dulu yaa.. capek nich nulis w mau istirahat dulu yaaa…








Menlu Marty sedang menjelaskan diorama tentang sejarah kemerdekaan Indonesia dan Kemlu 

Iring-iringan Menlu Belanda, Nampak mobil Duta Besar Kerajaan Belanda untuk Indonesia

 240213 09.35

@Lorcasz

Sabtu, 23 Februari 2013

Antara Rectoverso dan Sineas Tidak Menghargai Tamu serta Karyanya


Berawal dari sebuah email pada pukul 00:42 Jumat dinihari 15 Februari 2013 dari seorang Karel yang kasih tau kalau saya bagian dari pemenang nonton bersama film RECTOVERSO yang diadain oleh salah satu produk PT Telkom, Useetv di XXI Premier Plaza Senayan, Jakarta.

Pukul 16,30 sudah tiba di Plaza Senayan, karena masih ada waktu akhirnya saya keliling dulu di sekitaran Plaza karena jarang ke pusat perbelanjaan yang jaman sekitar tahun 90-an sangat terkenal bahkan pernah dijadiin salah satu lirik lagu band terkenal.

Tiba waktunya akhirnya saya naik juga ke tempat bioskop, begitu sampai langsung disapa ama bagian keuangan di depan pintu masuk, sempat celingak-celinguk eh akhirnya ketemu juga tempat dimana untuk menunjukkan kalau acara RECTOVERSO sudah ada..

Setelah sudah tahu tempat penukaran RECTOVERSO, sempat bernapas dulu bergitu udah ada ngantri akhirnya ikut berdiri dalam atrian sambil nunggu giliran untuk ditukar sambil liat-liat persiapan para crew siapin tempat untuk photo bersama.

Akhirnya giliran saya untuk menukarkan undangan ke tiket, oleh mbak-mbak cantik yang jaga meja penukaran langsung bertanya darimana, kemudian ditunjukin daftar nama yang sudah keprint, setelah cari-cari nama ternyata nama saya tidak tercantum, setelah memastikan tidak tercantum langsung lapor ke mbak-mbak berbaju warna merah.

Ternyata entah kenapa tiba-tiba si mbak-mbak berbaju merah, langsung ngomong “ mas dari media apa tamu undangan” akhirnya terpaksa buka kartu dech “dari media mbak” lanjut c mbak “ oh ya udah nulis aja nama dan medianya disini sambil nunjukkin kolom untuk nulis”

Akhirnya baru ngeh kalau didepan saya, ternyata ada jurnalis dari Metro TV (bukan promosi) yang didepan langsung menulis keterangan.

Setelah menuliskan nama dan keterangan yang akhirnya terbuka tentang profesi saya sebagai jurnalis hehehe.. sama mbak-mbak dikasih beberapa bingkisan dari Useetv berupa kaos, tali handphone.
Setelah dapat bingkisan, langsung nyari tempat duduk sambil nunggu pengumuman dari pengeras suara untuk masuk ke studio.

Sambil nunggu pengumuman, saya lihat kanan-kiri keriuh-rendahkan suasana bioskop yang banyak melihat keberadaan para penonton nobar RECTOVERSO yang menampilkan untuk foto di wall yang langsung tercetak begitu diphoto.

Akhirnya, suara manis dari (kalo ga salah) Maria Oento bergema di seantero XXI Plasa Senayan yang menyatakan untuk penonton RECTOVERSO untuk masuk, namun sebelum masuk saya menukarkan kupon untuk makan dan minum setelah menerima makanan dan minuman, saya langsung masuk ke dalam studio.

Didalam studio kebetulan saya duduk paling atas, menunggu dan menunggu walau satu-satu pada masuk nampak yang datang seperti mas Sys NS, kemudian berlanjut orang-orang dari useetv yang dilanjutkan selebritas seperti Titi Kamal, Marcela Zalianty, Olga Lydia, Pevita Pearce dan masih banyak yang lagi.

Sys NS pun ikut ambil bagian dalam nobar 
Acara pun dimulai dengan berbagai kata sambutan seperti dari Useetv salah satunya Indra Utoyo yang mengatakan bahwa Industri kreatif lagi maju pesat dimana Telkom bagian dari industry kreatif Indonesia ikut mendukung perfilman Indonesia seperti film RECTOVERSO

Sementara dari para pemain, Olga Lidya mengatakan dengan menonton film RECTOVERSO akan lebih mengerti akan perempuan, sedangkan Happy Salma berharap semoga film Indonesia bisa menjadi rumah dinegeri sendiri.

Ketika ditanya soal teknis film, Marcela Zalianty mengatakan film berjenis omnibus, saya langsung berfikir bahwa film ini terdiri dari cerita-cerita pendek seperti film Jakarta Hati atau 3 Sum. Namun setelah menyaksikan filmnya ternyata dugaan saya salah.

Film ini ternyata utuh, tidak dibagi-bagi menjadi 5 cerita satu per satu seperti kedua film diatas. Jadi film ini utuh namun didalamnya ada 5 cerita yang berbeda. Adegan demi adegan muncul dalam film tersebut. Diawali dengan adegan dalam cerita “Malaikat Juga Tahu” yang menampilkan sosok si Abang pengidap autis yang diperankan sangat apik oleh Lukman Sardi. Lalu adegan meloncat ke cerita “Firasat” yang dibintangi oleh Asmirandah sebagai Senja dan Dwi Sasono sebagai Panca.

Dan seterusnya hingga kelima cerita itu berputar. Tidak heran jika dikatakan Marcella bahwa syuting ini hanya menghabiskan 16 hari sementara untuk “merajut” ke 5 cerita ke dalam satu film utuh diperlukan waktu 3 bulan! Penontonpun “dipaksa” harus berfikir untuk merunut cerita yang ditampilkan, membagi fikirannya menjadi 5 cerita yang berbeda. Kelebihan dari merajut film ini, pada bagian akhir semua cerita akan mencapai klimaks. Emosi penonton akan terus naik hingga akhir cerita. Berbeda ceritanya jika film dibagi per cerita. Istilahnya “emosi”nya dapet banget. Tidak heran diakhir cerita banyak penonton yang menitikkan air mata atau sekedar berkaca-kaca.

Dalam film ini juga penonton dimanjakan oleh lagu-lagu dan suara merdu para penyanyi tanah air seperti lengkingan suara Acha Septriasa yang diiringi gitar oleh Tohpati dalam lagu “Surat Buat Sahabat “, Raisa yang menyanyikan lagu “Firasat” dengan aransemen baru. 

Dulu lagu ini pernah dipopulerkan oleh Marcel. Lalu ada suara emas Glenn Fredly yang menyanyikan lagu “Malaikat Juga Tahu”, Dira Sugandi yang menyanyikan “Cicak di Dinding” dan pendatang baru grup Drew yang akan menyanyikan lagu “Hanya Isyarat”.

Saya tidak perlu menceritakan panjang lebar soal karena akan lebih baik bagi kalian yang belum nonton segera ke bioskop bareng pacar, temen curhat atau sendirian juga nggak apa-apa, siapa tahu ada kisah yang pernah kita alami, atau ada pelajaran yang bisa kita petik dari kisah ini dan sebelum segalanya terlambat kita bisa melakukan hal yang benar dan tidak menyakiti hati orang lain.

Siapa tau selama ini kita tidak menyadari disekitar kita ada orang yang selalu memperhatikan kita, ada orang yang mengharapkan cinta kita dan film ini bisa membuka rasa dan peka yang selama ini membeku, seperti arti dari RECTOVERSO sendiri yaitu dua sisi yang berbeda tetapi sesungguhnya adalah satu kesatuan.

Namun dari pagelaran acara ini, saya sangat menyayangkan dengan sikap dari para sineas film tersebut dimana ketika film akan ditayangkan semua sineas, Marcela Zalianty, Olga Lidya, Happy Salma dan lainnya memilih keluar dari studio dan entah pergi kemana daripada nonton bersama dengan para penonton yang rela bersusah payah mencapai XXI Plaza Senayan yang mungkin datang jauh atau rela meninggalkan pekerjaan demi menonton dan bertemu para pemain XXI Plaza Senayan.

Seharusnya para sutradara film ini belajar dari para petinggi Useetv yang hingga film berakhir terus tidak beranjak dari tempat duduknya sama seperti aktor senior Sys NS


Pidato Lengkap Pengunduran Diri Anas Urbaningrum

Pertama saya sampaikan terimakasih dan selamat datang khususnya rekan-rekan wartawan di kantor DPP Partai Demokrat. Hari ini saya akan menyampaikan sikap, pikran dan pandangan menyangkut stautus saya dan apa-apa yang akan saya lakukan ke depan.

Seperti diketahui bersama kemarin, tanggal 22 Februari 2013 KPK sudah mengumumkan bahwa saya dinyatakan berstatus tersangka. Atas pengumuman KPK itu, saya menyatakan bahwa saya akan mengikuti proses hukum sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku, karena saya masih percaya bahwa lewat proses hukum yang adil, obyektif dan transparan kebenaran dan keadilan bisa saya dapatkan.

Saya garis bawahi, saya masih percaya lewat proses hukum yang adil, obyektif dan transparan berdasarkan kriteria-kriteria dan tata laksana yang memenuhi standar saya yakin kebenaran dan keadilan masih bisa ditegakkan. Karena saya percaya, negeri kita ini berdasarkan hukum dan keadilan bukan berdasarkan prinsip kekuasaan.

Yang kedua, saudara-saudara sekalian. Lewat proses hukum yang obyektif dan transparan itu saya akan melakukan pembelaan hukum sebaik-sebaiknya. Dan lewat proses pembelaan hukum sebaik-sebaiknya itu berdasarkan bukti-bukti dan saksi-saksi yang kredible saya menyakini betul sepenuh-penuhnya bahwa saya tidak terlibat di dalam proses pelanggaran hukum yang disebut sebagai proyek Hambalang itu.

Ini saya tegaskan, karena sejak awal saya punya keyakinan yang penuh tentang tuduhan-tuduhan yang tidak berdasar itu. Saya menyakini bahwa kebenaran dan keadilan pangkatnya lebih tinggi dari fitnah dan rekayasa. Kebenaran dan keadilan akan muncul dan mengalahkan fitnah serta rekayasa sekuat apapun rekayasa itu dibangun. Sehebat apapun itu dibangun. Serapih apapun itu dijalankan. Itu keyakinan saya.

Saudara-saudara sekalian, saya ingin sampaikan sejak awal saya menyakini bahwa saya tidak akan punya status hukum di KPK. Mengapa? Karena saya yakin KPK bekerja independen, mandiri, dan profesional. Karena saya yakin KPK tidak bisa ditekan oleh opini dan oleh hal-hal lain di luar opini, termasuk tekanan dari kekuatan-kekuatan sebesar apapun itu.

Saya baru mulai berpikir saya akan punya status hukum di KPK ketika ada semacam desakan agar KPK segera memperjelas status hukum saya. Kalau benar katakan benar kalau salah katakan salah. Ketika ada desakan seperti itu, saya baru mulai berpikir jangan-jangan saya menjadi yakin saya akan menjadi tersangka di KPK setelah saya dipersilahkan untuk lebih fokus berkonsentrasi menghadapi masalah hukum di KPK.

Ketika saya dipersilahkan untuk lebih fokus menghadapi masalah hukum di KPK berarti saya sudah divonis punya status hukum. Status hukum yang dimaksud tentu adalah tersangka. Apalagi saya tahu beberapa petinggi Partai Demokrat yakin betul, haqqul yakin pasti minggu ini Anas menjadi tersangka.

Rangkaian ini pasti tidak bisa dipisahkan dengan bocornya apa yang disebut sebagai Sprindik. Ini satu rangkaian peristiwa yang pasti tidak bisa dipisahkan. Itu satu rangkaian peristiwa yang utuh sama sekali utuh, sama sekali terkait dengan sangat erat. Itulah faktanya, itulah rangkaian kejadiannya dan tidak butuh pencermatan yang telalu canggih untuk mengetahui rangkaian itu. Bahkan masyarakat umum pun dengan mudah dan mencermati itu.

Saudara-saudara sekalian, kalau mau ditarik agak jauh ke belakang, sesungguhnya ini pasti terkait dengan kongres Partai Demokrat. Saya tidak ingin cerita panjang, pada waktunya saya akan cerita lebih panjang. Tetapi inti dari kongres itu, ibarat bayi yang lahir, Anas adalah bayi yang lahir tidak diharapkan. Tentu rangkaiannya menjadi panjang. Dan rangkaian itu saya rasakan saya alami dan menjadi rangkaian peristiwa politik dan peristiwa organisasi di Partai Demokrat. Pada titik ini, saya belum akan menyampaikan secara rinci. Tetapi pada konteks yang jelas menyangkut rangkaian peristiwa-peristiwa politik itu.

Saudara-saudara sekalian, ketika saya memutuskan terjun ke dunia politik dan saya masuk menjadi kader Partai Demokrat saya sadar betul bahwa politik kadang-kadang keras dan kasar. Dalam dunia politik tidak sulit untuk menemukan intrik, fitnah dan serangan-serangan. Itu saya sadari sejak awal dan karena itu saya tahu persis konsekuensi-konsekuensinya, ketika saya tahu persis konsekuensi-konsekuensinya maka saya sampaikan saya tidak akan pernah mengeluh dengan keadaan ini, saya tidak akan pernah mengeluh tentang perkembangan situasi ini dan saya punya keyakinan kuat dan semangat untuk terus menghadapinya termasuk dengan resiko dan konsekuensi. Sekali lagi itu hal yang lazim saja. Saya anggap sebagai sebuah kelaziman, tidak ganjil, tidak aneh apalagi di dalam sistem politik demokrasi kita yang masih muda, termasuk di Partai Demokrat yang juga tradisinya masih muda.

Saudara-saudara sekalian, karena saya sudah punya status hukum tersangka, meskipun saya yakin bahwa posisi tersangka saya itu lebih karena faktor-faktor non hukum yang saya yakini, tetapi saya punya standar ethik pribadi. Standar ethik pribadi saya adalah mengatakan, kalau saya punya status hukum sebagai tersangka maka saya akan berhenti sebagai Ketua Umum Partai Demokrat. Ini bukan soal jabatan dan posisi, ini soal standar ethik. Standar ethik pribadi saya itu alhamdulillah kemudian cocok dengan Pakta Integritas yang diterapkan di Partai Demokrat. Saya sendiri, di tempat ini beberapa hari yang lalu, seminggu yang lalu kurang lebih sudah menandatangani Pakta Integritas. Dengan atau tanpa Pakta Integritas pun, standar ethik pribadi saya mengatakan hal seperti itu. Saya berhenti sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.

Terkait dengan itu, saya ingin menyampaikan terimakasih, terimakasih yang tulus kepada kader-kader Partai Demokrat yang telah memberikan kepercayaan, amanah dan mandat politik kepada saya untuk memimpin Partai Demokrat sebagai Ketua Umum periode 2010-2015. Saya mohon maaf, kalau saya berhenti di awal 2013 ini. Saya tidak merencanakan untuk berhenti tahun 2013. Sejauh perjalanan yang saya tempuh saya jalankan, saya tunaikan sebagai ketua umum sepenuhnya saya bersungguh-sungguh menjalankan mandat dan amanat politik itu.

Tentu ada ada kelebihan dan kekurangannya. Tentu ada capaian prestasi dan masih ada bolong-bolongnya, ada lubang-lubangnya. Tetapi saya ingin menegaskan semua itu saya jalani dengan sungguh-sungguh, serius penuh konsentrasi, karena itu bagian panggilan jiwa politik saya dan alhamdulillah saya bersyukur di dalam proses menunaikan tugas kurang lebih hampir tiga tahun ini, dua setengah tahun lebih semuanya saya jalankan, sekali lagi dengan penuh kesungguhan dan konsentrasi.

Terimakasih kepada kader-kader Partai Demokrat yang selama ini sama-sama menunaikan menjalankan tugas sesuai dengan kewenangan, otoritas dan tugas masing-masing. Pengurus Dewan Pusat, terimakasih, pengurus DPD terimakasih, pengurus DPC terimakasih, kader-kader di seluruh Indonesia terimakasih, Majelis Tinggi saya sampaikan terimakasih, Dewan Pembina saya sampaikan terimakasih, Dewan Kehormatan saya sampaikan terimakasih, Komisi Pengawas saya sampaikan terimakasih.

Ringkas kalimat saya menyampaikan terimakasih kepada semuanya yang selama ini bersama-sama menjalankan tugas. Meskipun saya sudah berhenti menjadi Ketua Umum, saya akan tetap menjadi sahabat bagi kader-kader Partai Demokrat. Saya ketika melepas jabatan atau posisi Ketua Umum tentu tidak punya kewenangan organisatoris karena sudah saya lepas. Tetapi saya bisa menjaminkan satu hal yang hemat saya penting yaitu ketulusan, persahabatan dan persaudaraan. Saya jaminkan ketulusan, persahabatan dan persaudaraan itu kepada kader-kader Partai Demokrat di seluruh Indonesia apapun nanti tugas, langkah yang akan saya tempuh termasuk apakah saya ada di luar atau ada di dalam, apakah saya menjalani proses hukum, apakah proses hukumnya berjalan dengan adil, obyektif dan transparan atau tidak.

Tetapi saya menyatakan, menegaskan, menggarisbawahi bahwa saya menjaminkan ketulusan, persahabatan dan persaudaraan. Loyalitas sebagai sahabat yang selama ini kita bangun bersama itu bagian yang indah dan menyegarkan di dalam dinamika organisasi politik partai yang kadang-kadang agak keras, dan panas. Semuanya itu punya makna yang luar biasa. Karena itulah saya yakin betul bahwa saya tetap akan berkomunikasi sebagai sahabat dengan kader-kader Partai Demokrat di seluruh Indonesia. Tidak dalam posisi sebagai Ketua Umum tetapi dalam posisi sebagai teman dan sahabat.

Saya juga berharap, siapapun yang nanti menjadi Ketua Umum Partai Demokrat bisa untuk menunaikan tugas bahkan jauh lebih baik dengan apa yang sudah saya tunaikan bersama teman-teman pengurus selama ini. Saya yakin pasti akan datang Ketua Umum yang lebih baik. Saya percaya itu, karena sejarah selalu melahirkan pemimpin pada waktunya.

Selanjutnya saudara-saudara sekalian, apa yang akan saya lakukan ke depan adalah tetap dalam kerangka memberikan kontribusi dan menjaga momentum bagi perbaikan, peningkatan, dan penyempurnaan kualitas demokrasi di Indonesia. Apapun kondisi dan keadaan saya. Kondisi dan keadaan saya itu bukan faktor. Faktornya yang penting adalah bahwa saya akan tetap bersama-sama di dalam sebuah ikhtiar untuk membuat Indonesia ke depan makin baik dan makin bagus. Hari-hari ini dan ke depan akan diuji pula bagaimana etika Partai Demokrat. Partai yang etikanya bersih, cerdas dan santun.

Akan diuji oleh sejarah, apakah Partai Demokrat adalah partai yang bersih atau partai yang tidak bersih, partai yang bersih atau partai yang korup akan diuji partai yang cerdas atau partai yang tidak cerdas, partai yang solutif menawarkan gagasan-gagasan cerdas dan bernas untuk masa depan bangsa atau partai yang tidak seperti itu, juga diuji apakah Demokrat akan menjadi partai yang santun atau partai yang sadis. Apakah yang terjadi kesantunan politik atau sadisme politik. Ujian itu akan berjalan sesuai dengan perkembangan waktu dan keadaan.

Tetapi yang paling penting saya garisbawahi adalah bahwa tidak ada kemarahan dan kebencian. Kemarahan dan kebencian itu jauh dari rumus politik yang saya anut. Dan mudah-mudahan juga dianut oleh siapapun kader-kader Partai Demokrat. Diatas segalanya saudara-saudara sekalian, saya ingin menyatakan barangkali ada yang berpikir bahwa ini adalah akhir dari segalanya, barangkali ada yang meramalkan dan menyimpulkan ini adalah akhir dari segalanya.

Hari ini saya nyatakan ini baru permulaan, hari ini saya nyatakan ini baru sebuah awal langkah-langkah besar, hari ini saya nyatakan bahwa ini baru halaman pertama. Masih banyak halaman-halalaman berikutnya yang akan kita buka dan baca bersama tentu untuk kebaikan kita bersama. Saya sekali lagi dalam kondisi apapun akan tetap berkomitmen, berikhtiar untuk memberikan sesuatu yang berharga bagi masa depan politik kita, bagi masa depan demokrasi kita.

Jadi, ini bukan tutup buku. Ini pembukaan buku halaman pertama. Saya yakin halaman-halaman berikutnya akan makin bermakna bagi kepentingan kita bersama. Inilah saudara-saudara sekalian beberapa hal yang ingin saya sampaikan pada kesempatan siang hari ini, saya tentu akan terus menjadi sahabat, teman-teman sekalian karena banyak buku yang akan kita baca bersama.

Buku-buku itu jangan dipahami dalam perspektif ngeres, tetapi dalam perspektif positif dan konstruktif, dalam perspektif kebaikan dan kemashlahatan yang lebih besar. Kebaikan dan kemashlahatan yang lebih besar itulah yang menjadi titik orientasi kita.

Sekali lagi, terimakasih atas kehadiran rekan-rekan sekalian, saya bisa lebih panjang, tapi kalau saya panjangkan nanti terlalu banyak yang harus diberitakan.

Part I : Ketika Ingin Bertemu Meener Frans Timmermans dan Rambut Tipis di Muka Marty





Siaall.. bangun jam 2 pagi karena malamnya w ketiduran karena harus mewajibkan w sebagai jurnalis Internasional kirim berita terbaru (ya tau ndiri la beda waktu antara Indonesia dengan dunia luar kan separuh bumi) karena keasikan nulis berita tiba-tiba jam dinding menunjukkan pukul 7.25 dan itu artinya w harus buru-buru lari ke kamar mandi untuk mandi karena ada liputan pagi.
Iya Kamis 21 Februari 2013 w pagi-pagi harus berangkat ke Kementerian Luar Negeri di Pejambon untuk meliput kehadiran tamu negara kolega dari Pak Marty yaitu Menteri Luar Negeri Kerajaan Belanda (selanjutnya pake kata meneer aja yaa, terlalu formal banget kesannya)
Setelah w mandi dan beresin laptop, tibalah pukul 8.10 w keluar dari rumah menuju jalan besar, tapi terlebih dahulu w harus naik koasi baru dari depan LIA (daerah rumah w biasa bilang, LIA, SuperIndo atau Agung Shop kalau yang ini pas jaman tahun 1990-an terkenal, tapi w sebutin ini bukan promosi yaa hehehe)  buat naik Mikrolet 26 (Bekasi-Kp. Melayu)
Kemacetan di Kalimalang pada Pagi hari
Entah kenapa, jalan hari itu macet ga gerak mulai dari masuk Sumber Arta amp Lampiri bahkan sampe w ketiduran pun sambil dengerin siaran tiga manusia benga di Mustang FM (tau donk tiga manusia itu kalo pagi siaran, sekali lagi bukan promosi ) ga gerak tiba-tiba udah di Pangkalan Jati aja w, tapi lepas dari pangkalan jati tetap aja macet sampai keluar ke arah Halim
Akhirnya nyampe juga di Kampung Melayu setelah terhambat di Otista mana sempet masuk jalur bus trans dan sempet keluar sempet nyangkut walau akhirnya masuk lagi ke jalur bus trans sampai Melayu.
Kemacetan di Kampung Melayu 



Keluar dari Melayu w langsung nyari taksi untuk bisa langsung tembak ke Pejambon, akhirnya w ketemu taksi Express (bukan promosi hehehe) dengan nomor pintu EE 1808 yang disupiri oleh Ahmad Jani.
Begitu w masuk kasih tahu tujuan w, c Pak Ahmad langsung tahu dan kasih saran untuk belok kiri (ke arah Stasiun Tebet ) puter di stasiun masuk gang pertama yang keluar di pertigaan antara jatinegara dan bukit duri dan w iyakan. apa yang dibilang c bapak ini ada benernya walaupun macet-macet juga ckckck..
Keren yaa nih supir bacaannya pagi-pagi :D
ternyata c pak Ahmad ini melek berita juga terbukti pada saat lampu merah Matraman depan warung Sevel (bukan promosi yaa..) doi jegat tukang Koran yang biasa mangkal disana, begitu disamperin dia bilang minta RAKYAT MERDEKA (sekali lagi bukan promosi yaaa) begitu dia dapat dia langsung baca berita yang ada di halaman pertama sambil nunggu lampu merah berubah jadi hijau..





Kemacetan karena lampu merah di Sevel Matraman (bukan promosi ya)
Begitu lampu ijo langsung dia taruh korannya di bangku samping dan tancap gas menuju Lapangan Banteng, namun dijalan w agak sedikit kesel dengan nich supir karena biasanya taksi yang w naikin kalau ke arah kemlu selalu potong dari kramat II atau ga naik flyover, turun langsung ke kiri yang ujungnya ke arah RSPAD ke kanan terus ke kiri terus ke kiri lagi langsung masuk pintu masuk Kemlu namun ini beda tiba-tiba dia arahin ke arah jl. Boedi Oetomo depan SMU Boedoet kemudian masuk ke depan PT Pos, Katedral ke kiri lurus baru ke kenan  baru masuk ke parkiran kemlu..
Setelah masuk ke pelataran Kemlu gimana selanjutnya ? nanti dulu ya disambung soalnya lagi kebelet nich udah di ujung… huahahahaha…. bentaaaarrr aja yaaaa….
Nakula Residence, 230213 13:20

@Lorcasz  

Tour Jawa Part IV : Solo Car Free Day dan IDCC


Eng…Ing..Eng… belum bosen kan nunggu cerita w walau agak lelet publishnya ya maaf paling ga itu bisa buat kalian penasaran dan terus membayangkan bagaimana nasib w selama ngebolang hehehe..

Udah pada siap belum dengerin cerita ngebolang w yang bagian keempat… sudah siap ? baiklah sekarang w mulai…

Setelah dari rumah pak Mayor Haristanto, w bersama cewek w dan bu Endang bersama mas Koko salah satu penggiat Difabel di Solo berangkat menuju suatu tempat untuk makan malam menyicipi panganan khas kota ini namun sebelumnya mas Koko mau jemput istrinya di rumahnya yang deket kawasan Solo Baru (maaf kalau salah sebut :D )


Setelah jemput istrinya mas Koko, ternyata rencana ke tempat makan yang ditawarkan batal karena bu Endang harus ketemu dengan salah satu penggiat dari kegiatan ini dan juga jarak tempuh yang ketempat makanan tersebut butuh waktu 1 jam sementara besok pagi pukul 6 sudah harus ada di acara Solo Car Free Day.

Akhirnya kami makan disekitar dekat rumah mas Koko setelah itu kami sempat melihat-lihat kawasan yang katanya Solo baru sebelum dianterin kembali ke rumah yang menjadi home base sementara, dan akhirnya kami sampai tapi bu Endang langsung lanjut untuk bertemu seseorang penggiat difabel itu.

Badan udah ga kuat bawaan nya langsung pengen tepar karena mulai nyampe hingga malam pas dianterin mas Koko itu sama sekali belum tidur nyenyak, akhirnya bisa tapi keganggu

Karena peristiwa tadi pagi itu buat cewek w ketakutan karena mau mandi akhirnya w terpaksa temenin dia (tapi ga masuk yee.. tolong dicatat huahaha) namun w tetap aja bablas tidur walau akhirnya ga enak hati w pindah ke kamar yang udah disediain ama w sementara cewek w ngasih pelatihan kecil-kecilan kepada anak-anak Sampoerna School of Education entah sampai kapan yang akhirnya w tertidur se-tidur-tidurnya sampai-sampai w ga tau kalau muke w dicium-cium ama cewek w dan di miss call-in,

Akhirnya acara itu pun dimulai, semua pada disibuk dirumah tersebut, pada ngantri mandi, sementara kamar mandi ada tiga namun kamar mandi yang didalam kamar yang bermasalah itu tidak ada yang make jadinya pada ngantri di luar dan di paling belakang agak nyempil.

kelar semua mandi, akhirnya w beres-beresin peralatan perang w karena w tidak akan ikut sampai hari Senin karena harus pulang dan ke Jogja dulu untuk nyari tiket (bagaimana perjuangan w nyari tiket dan akhirnya pulang lewat kota Surabaya ? nantikan kisah selanjutnya yaaa…. hehehe).

Setelah beres-beres, akhirnya tas w, w serahin ke cewek w karena dia bareng salah satu pacar dari anak Sampoerna School Education (maaf kalo salah) kebetulan tinggal di wilayah itu dengan motor diantar lah cewek w ini ke Hotel tempat salah satu rekan cewek w dari Semarang yang kebetulan ikut serta dan nginep di sekitar hotel tersebut.

Setelah cewek w berangkat duluan dengan motor, giliran w dengan Bu Endang dan temen-temen Sampoerna School of Education untuk jalan ke tempat acara Solo Car Free Day.

Ada kejadian lucu ketika lagi jalan tiba-tiba ada taksi (kebetulan taksi di Solo agak keren, kalau di Jakarta Taksi kategorinya sedan tapi di solo Avanza cuy lebih besar kapasitasnya hehehe bukan promosi ya..) lewat tiba-tiba ga tau kenapa, kita semua nanya, “ Pak, Taksinya kosong apa ada yang pesen tiba-tiba si supir langsung bilang, “saya mau ke Pinang no 18,” kata tuch supir

Begitu dibilang gitu, temen-temen Sampoerna langsung reflek “iya pak ini kita, tapi mungkin yang mesen di rumah, boleh ga pak kita pake taksinya terus bapak kontak temennya buat ke arah rumah, kita yang di cemani (sempat dua kali bilang biar c supir percaya)

Akhirnya supir yang dipesen ama yang dirumah kami kudeta dan akhirnya berangkat kami ke tempat acara Solo Car Free Day lewat jalan-jalan yang akhirnya nembus ke jalan yang menjadi tempat acara.

Begitu sampai di tempat acara, nampak Pak Mayor Haristanto sedang siap-siap untuk pasang baliho gede yang disangkutin ke jembatan penyeberangan untuk bisa dilihat semua orang.

silakan menikmati photo-photo yang w jepret bersama dengan kegiatan yang dilakukan oleh teman-teman IDCC 

Salah satu kreatifitas dari Usaha Pak Mayor Haristanto :D












Kegiatan salah satu televisi lokal dalam meliput kegiatan Solo Car Free Day



























Pengurus IDCC


Dukungan Masyarakat Solo terhadap IDCC dan Komunitas Difabel









Salah satu kawan difabel mencoba kegiatan panjat jembatan penyebarangan


Kawan-kawan IDCC melakukan kegiatan Flash Mob


















Setelah acara selesai kami masih ada acara lagi yaitu di Universitas Negeri Solo untuk bersosialisasi dengan anak-anak Psikolog dengan komunitas difabel saling berbagi semangat, pengetahuan karena diantara-antara kawan difabel ternyata banyak yang berprestasi lho seperti jadi Miss Difabel Indonesia yang dikirim ke luar negeri untuk berkompetisi serupa (mang Cuma ada Miss Universe ama Miss World doank yang diperebutkan Miss dan Puteri Indonesia setiap tahunnya ! hehe )

Sambil istirahat dan beranjak ke hotel untuk mengambil peralatan perang w yang dititip menyempatkan diri untuk nyari batik khas kawasan itu dan ketemu tepatnya (maaf, w agak lupa nama tokonya ) tapi persisnya deket Hotel Novotel (maaf bukan promosi yaa hehehe)

Jadi inget jaman SD hehehehe...
Setelah dari took batik tersebut, baru kita jalan menuju hotel, sesampainya di hotel ternyata c Ibu dan anak belum nyampe akhirnya w berdua ama cewek w duduk di Lobby yang kebetulan ada oma-oma dan opa-opa dari Wales yang kebetulan lagi meliburkan diri dan akan berangkat menuju Borobudur.

setelah sempet ngobrol-ngobrol akhirnya c Ibu dan anaknya datang dengan membawa sekotak Serabi, panganan khas Solo makan di kamar kebetulan cowok yang anterin cewek w datang ama ceweknya untuk ambil barang menuju ke Universitas Negeri Solo.

W ama cewek w juga akhirnya keluar dari Hotel itu sambil bawa peralatan w untungnya Cuma dua tas satu tas isi laptop (maklum kerjaan cuy sebagai jurnalis kemana-mana harus bawa laptop) dan satunya berupa baju.

Karena waktunya masih lama w ama cewek w iseng-iseng berhadiah ke Pusat Grosir Solo (mang cuma Cililitan ama Jatinegara doank yang punya pusat grosir hehehe) nyari biasa batik ama yang kira-kira unyu-unyu (hhuahahahaha) akhirnya di PGS itu w dapat dua kaos corak batik yang harganya kalau ga salah satunya IDR40 ribu.

Setelah dari PGS w lanjut pasar tradisional solo yang deket Keratonan Surakarta dengan melihat-lihat,disini cewek w dapat beberapa baju

Setelah berbelanja akhirnya w ama cewek w makan dulu di restoran tiongkok yang mungkin sudah lama disana jualannya karena tempatnya jadul abis, kami makan (maaf kalau agak lupa) dengan sapo tahu, udang goring dan masih banyak lagi.

(Wuaahh agak-agak lupa ini.. bentar ya ingat-ingat dulu)

Oh ya setelah makan, w ama cewek w langsung mencegat taksi untuk berangkat ke Universitas Negeri Solo untuk hadiri sosialisasi dan temu dengan teman-teman dari komunitas Difabel.

Soal kegiatan di Universitas Negeri Solo ntar-ntar yaa… biar kalian ga bosen yaa..

Sampai jumpa di Part V