Selasa, 27 Agustus 2013

Melihat Kongres Diaspora (yang tidak) Indonesia (banget)


Pertama-tama mau ucapin selamat dan sukses kepada panitia dari Kongres Diaspora Indonesia yang telah memberikan sebuah kesempatan untuk melihat secara dekat bagaimana wujud muka daripada orang-orang Indonesia yang lama tinggal, bekerja dan berkembang biak di luar negeri dan sekarang kembali.

Namun disaat kebahagian saya terhadap manusia-manusia Indonesia yang sukses di luar sana ternyata tidak seperti yang saya kira sebelumnya bahkan jauh dalam bayangan saya.

Mari dimulai dari hari pertama, maaf kalau bahasa nya sangat baku dan beda sebelumnya karena ini sebagai bentuk protes terbuka kepada para MANUSIA-MANUSIA di-BALIK pagelaran ini yang menurut saya telah MELUNTURKAN BUDAYA INDONESIA !! DENGAN TIDAK MEMPOSISI SEBAGAI BAGIAN DARI PEKERJAAN TETAPI SEBAGAI WARGA NEGARA INDONESIA BIASA

Pukul  08.15 pagi saya tiba di areal teras dari Jakarta Convention Center setelah melihat-lihat saya masuk kedalam setelah peralatan yang saya bawa yaitu tas hitam besar diperiksa oleh pihak keamanan, setelah masuk kedalam saya lantas mencari tempat untuk mendapatkan akses berupa ID khusus yang telah embors (diakui) oleh pihak Istana (baca: Paspampres)

Setelah menemukan tempat dimana saya harus mengambil ID khusus untuk acara ini ternyata ngantre sambil menunggu yang menjadi kebiasaan saya adalah mengambil photo-photo yang saya liat, setelah depan selesai dengan urusannya tiba giliran saya yang mendapat giliran.

Ketika tiba giliran saya untuk mengambil ID khusus, sebuah kenyataan nyata harus diterima karena nama saya tidak terdaftar dalam list yang dimasukan ke dalam komputer mereka ketika mengetikan beberapa huruf padahal saya sudah mendaftar dan telah mengkonfirmasikan kepada bagian media (baca : INFOMED, IDP Kemlu) yang menjadi Kontak Person (CP) yang ditunjuk dari Kemlu dan panitia melalui sms.

Setelah berkali-kali mencocokan nama dengan yang dikomputer tidak terdapat nama saya yang membuat bingung kok bisa nama saya tidak terdapat dalam bank data padahal saya terdaftar dan sempat konfirmasi malah dengan pihak kemlu, akhirnya mensiasatinya dengan menuliskan kembali nama saya sesuai dengan KTP dan kartu pers yang saya miliki.

Dari sini saya sudah bisa membaca kalau memang apa yang selama ini saya denger tentang alur lalu lintas administrasi dan pembagian tugas di kalangan pemerintahan tidak pernah beres dan mau seenak egonya sendiri.

Kelar dari masalah administrasi dan ID akhirnya dapat juga, saya bergegas menuju acara yang (lagi-lagi) baru diinformasikan menit terakhir yaitu pembukaan rapat kerja koordinasi soal tenaga kerja dan perlindungan WNI yang kabarnya dibuka oleh Wakil Menteri Luar Negeri RI

Sambil melintasi ketempat yang dituju saya melirik pada tempat yang menurut saya menarik yaitu tentang pencak silat dengan presentasi dari berbagai dunia, bahasannya lumayan bagus secara akar dari pencak silat itu berasal dari Melayu yang juga termasuk Indonesia..

Karena lama nunggu mulai acaranya maklum petinggi-petinggi negara ini selalu berprinsip telat jam ngaret lebih bagus daripada kepagian padahal mereka sudah menggunakan uang rakyat untuk kerja mereka lebih cepat dan tepat waktu (baca: vorridjer) namun nyatanya seperti itu.

Karena kelamaan akhirnya memutuskan untuk melihat Rakornas yang saya bilang di atas dan ternyata 11-12 dengan kebiasaan di negara ini terlalu banyak kata dalam kata sambutan dan tidak ringkas.

Setelah selesai kata sambutan dan ditambah sesi photo bersama karena ini acara tertutup akhirnya saya putuskan kembali untuk ke acara pencak silat.

Begitu masuk ternyata sedang presentasi soal keberadaan pencak silat di kawasan Afrika Selatan yang memiiki prestasi yang gemilang, karena penasaran dengan paparannya, saya pun mencoba mencari tahu akhirnya mendapatkan kontak personal yang bisa mendapatkan bahan tersebut dalam bentuk soft copy yang dikirim ke email saya.














Singkat cerita ternyata HINGGA SAMPAI TULISAN INI DIPUBLISH saya belum mendapatkan bahan pencak silat Afrika Selatan tersebut, saya mencoba melapor kepada bagian media center untuk mendapatkan bahan tersebut untuk bisa saya publikasi namuan yang saya dapata bahwa media center TIDAK MENAHU soal bahan dan lainnya dan terksesan PING-PONG walau dapat juga yaitu staff KBRI Washington DC yang bernama Abdul Gafur yang saya ketahui di laman resmi posisi beliau adalah Sekretaris III bidang media dan infromasi.


Setelah mendapatkan kontak email staff yang bernama Abdul Gafur saya pun mengirimkan email soal permintaan saya, LOGIKA MANUSIA YANG PUNYA SMART PHONE (secara Diplomat yang ditugaskan di negara yang super maju macam AS) pasti ketika email masuk akan langsung dibalas TERNYATA TIDAK!!

(dalam lampiran gambar di atas bisa dilihat) saya mengirim email kepada sodara Abdul Gafur soal permintaan bahan pencak silat Afrika Selatan pada 20 Agustus 2013 pukul 10.33 NAMUN HINGGA TULISAN INI TERMUAT dan DIBACA, BELUM ADA BALASAN !!

Dan akhirnya apa, saya PUTUS kan untuk BOIKOT berita a.k.a TIDAK MEMBUAT BERITA soal pencak silat Afrika Selatan ini pada media saya, padahal tadinya saya muat jadi beberapa berita yang mungkin BISA MENGEMBALIKAN CITRA OLAHRAGA INDONESIA namun karena ULAH dari (yang mengaku) orang KBRI yang mengurusi PERS dan INFORMASI jadinyaaa.. (silakan anda bayangkan)

Melihat ini sebagai FENOMENA DILUAR AKAL SEHAT saya, kok bisa sang Bapak ini dijadikan staff bidang pers dan informasi yang mewakili negara kita padahal YANG NAMANYA staff yang mengurusi media dan informasi tentunya saluran komunikasi baik itu HANDPHONE dan EMAIL harus aktif selama 24 jam non stop terlepas lagi tidur atau ada aktivitas lain, saya jadi BERPIKIR dengan TIDAK DIBALASnya email saya, APA KERJA BIDANG PERS dan INFORMASI KBRI DC itu yaa ?!

Pesan saya sich untuk semua diplomat yang DAPAT POSISI sebagai MITRA daripada PERS TOLONG PERHATIKAN apa yang dibutuhkan para pers, BAIK-BURUK CITRA sebuah negara di mata dunia TERLETAK dari KERJA para Diplomat dan MEDIA yang menulisnya BAIK NEGARA ASAL maupun NEGARA PENEMPATAN !!


Itu BARU HARI PERTAMA, bagaimana hari kedua hingga penutupan ? ternyata TIDAK JAUH BERBEDA Temans bahkan terkesan ini adalah project ambius dari segelintik manusia cerdas yang MENGAKU ORANG INDONESIA tetapi dalam acara ini TIDAK ADA UNSUR INDONESIA nya ?!

TIDAK ADA stand dari wakil 33 Propinsi 
Pasti bertanya maksud dari TIDAK ADA UNSUR INDONESIA nya ? begini, silakan kita cerna dengan AKAL SEHAT dan NORMAL, dimana-mana ketika MENDENGAR kata atau kalimat PULANG KAMPUNG apa yang terlintas dalam pemikiran kita ?  pasti heboh, agak norak dan lebay tetapi apakah dalam dan sepanjang acara Kongres Diaspora Indonesia ini kesan Pulang Kampung itu ada misalnya norak, heboh dan lebay ? TIDAK ADA !!

MANA UNSUR BUDAYA INDONESIAnya ?!
Kemudian, kalau MEMANG temanya PULANG KAMPUNG berarti yang akan tersaji adalah misalnya sajian makanan dan minuman tradisional, jajanan pasar, kesenian dan berbau PERKAMPUNGAN, namun nyatanya apakah ADA  itu  didalam Kongres Diaspora Indonesia selama tiga hari ?! TIDAK ADA !!

Tapi itulah apa yang diGAGAS para manusia-manusia Indonesia Cerdas yang lama di luar negeri YANG MENGAKU CINTA INDONESIA tetapi kok TIDAK ADA KESAN PULANG KAMPUNG nya adalam acara tersebut selama tiga hari.

Kalau menurut saya yang NAMANYA PULANG KAMPUNG itu dalam konteks Diaspora Indonesia adalah adanya acara kebudayaan misalnya MENYUGUHKAN PENAMPILAN PENTAS TARI TRADISIONAL setiap 1 jam sekali mewakili daerah di Indonesia misalnya dari jam 10 -13 di pentaskan tari serimpi dan selanjutnya ATAU PROSESI SIRAMAN dalam adat perkawinan Jawa ATAU PROSESI PEMBERIAN ULOS KEPADA PASANGAN PENGANTIN BARU YANG SAH SEBAGAI KELUARGA dan DIAKUI DALAM ADAT !!

TAPI ITU TIDAK ADA SEPANJANG ACARA KONGRES DIASPORA INDONESIA !!

PERMAINANnya STANDAR !!
Kemudian kalau menurut saya YANG NAMANYA PULANG KAMPUNG itu MENYUGUHKAN parade makanan, minuman tradisional serta jajanan pasar yang mungkin masih diingat para warga diaspora ketika mereka kecil di kampungnya misalnya menyajikan KERAK TELOR dengan BIR PLETOK dari Betawi atau kue lupis bahkan KALAU PERLU CARA MEMASAKnya pun diPERLIHATKAN kepada public

TAPI ITU TIDAK ADA SEPANJANG ACARA KONGRES DIASPORA INDONESIA !!! MASIH BAGUSAN PERHELATAN JAKARTA FAIR cooyyy !!

YANG NAMANYA PULANG KAMPUNG itu pasti membawa sanak keluarga entah anak, mantu bahkan cucu dan untuk anak kecil pasti akan senang ketika melihat tanah leluhur keluarganya karena selama ini tidak pernah melihat dan PENASARAN dengan permainan anak kampung misalnya membuat batik atau bermain alat musik tradisional

NAMUN ITU TIDAK ADA SEPANJANG ACARA DIASPORA INDONESIA !! walau sebenarnya ada TAPI APAKAH PANTAS TEMPAT “KIDS CORNER” itu berada di BAWAH ESKALATOR dan TIDAK TERLIHAT OLEH UMUM !!

SATU CATATAN, apakah lokasi untuk anak-anak ini DIKETAHUI OLEH si PENGGAGAS, kalau dia tahu tapi cuek itu berarti sangat miris sekali karena kita SEMUA TAHU bahwa si PENGGAGAS dari Diaspora ini (tanpa disebut namanya pun kita tahu) MEMILIKI 3 ANAK yang USIA-nya masih DIBAWAH 18 TAHUN lantas kalau kondisinya seperti yang saya katakan di atas BISA DIBAYANGKAN kalau ketika sampai di negara sang ayah bertugas dan ditanya teman-teman dengan pertanyaan ini..

HAI TEMANKU, AKU DENGAR KAMU PULANG KAMPUNG BERSAMA AYAH-IBUMU UNTUK IKUTI KONGRES DIASPORA INDONESIA, APA SAJA YANG DITAMPILKAN DISANA ?!  APA SAJA YANG KAU LAKUKAN DISANA TEMAN ?! APAKAH YANG KAMU BERIKAN KEPADA KAMI DARI INDONESIA ?! trus jawabnya gimana kalau seperti yang penulis gambarkan kondisinya ?!

inii BARU DIASPORA INDONESIA, JAS MERAH
JAngan Sekali-kali MElupakan SejaRAH, yg lainnya ?
*jempol ke bawah*
LUCUnya lagi, selama tiga hari pagelaran diaspora, saya TIDAK MELIHAT PARA PESERTA-PANITIA DIASPORA MENGGUNAKAN PAKAIAN TRADISIONAL dalam artian misal PAKAIAN TRADISIONAL dari Manado atau Batak atau Jawa atau bahkan dari Papua !! walau HANYA SATU yang menggunakan pakaian adat Bali !!

Dalam penyajian acara pun sangat TIDAK PROFESSIONAL SEKALI padahal mereka ini adalah manusia-manusia cerdas dan terpilih tapi ya begitulah, DIMANA-MANA ketika ada sebuah kongres dengan mempetakan sebuah permasalahan menjadi kelompok-kelompok kecil tentunya hasil rapat dan situasinya pasti di-RANGKUM dan diberikan kepada bagian media center untuk dibagikan agar dapat dipublikasikan NAMUN NYATAnya !

baru HARI KEDUA itupun menjelang petang baru dibagikan dan TIDAK TERUPDATE lagi pada keesok-kan harinya begitu juga menjelang penutupan tidak ada bahan yang bisa diangkat para teman-teman jurnalis.



Jadi pertanyaan sekarang adalah APANYA YANG PULANG KAMPUNG kalau seperti ini bentuknya, saya malah mengACUNGI JEMPOL pagelaran JAKARTA FAIR yang BENAR-BENAR SAJIKAN BUDAYA INDONESIA yang sebenarnya..




Kalau seperti ini acaranya, saya diposisikan sebagai peserta / delegasi akan kecewa berat karena perjalanan ke Jakarta itu bukan perjalanan misalnya dari Jerman ke Belanda yang bisa makan waktu 1 jam atau Jakarta-Bandung dalam waktu 2 jam tetapi ini berpuluh ribu kilometer mengarungi setengah putaran bumi terus HASILNYA SEPERTI INI ?! dan ITU KOCEK SENDIRI ckckckckc… CERDAS SEKALI MANUSIA-MANUSIA INDONESIA DI LUAR NEGERI !!

Walaupun media banyak menulis keberhasilan Diaspora ini namun secara nurani, saya katakana GAGAL TOTAL karena TIDAK MAMPU MENUNJUKKAN BUDAYA INDONESIA secara NYATA baik itu TARIAN, MAKANAN, MINUMAN di KAMPUNGnya SENDIRI !!

kalau melihat seperti ini, JANGAN LAH BANGGA DENGAN ACARA TRADISIONAL INDONESIA di KBRI ketika ada peristiwa  misalnya 17 Agustusan atau hari nasional TETAPI di-KAMPUNG SENDIRI (baca : Indonesia) TIDAK DITONJOLKAN !!

Mungkin ini saja cerita saya MELIHAT KECERDASAN PARA MANUSIA INDONESIA yang berada di luar negeri (baca: Diaspora) dalam PULANG KAMPUNG ke negaranya walau acaranya TIDAK ADA UNSUR INDONESIAnya !!

Salam Diaspora (YANG TIDAK) Indonesia !!
JCC, August 2013

@Lorcasz