Malam itu pun kami tidur, pada
sekitar pukul 04.00 w bangun karena seperti kebiasaan kalau tidur bukan di
tempat tidur w sendiri pasti bangun nya selalu terlalu pagi.
Dan ketika sedang menyambung
nyawa, tiba-tiba w dikagetkan ada ketukan pintu dan kehebohan dari dapur dan pintu
depan, karena ruangan masih redup tapi samar-samar w lihat c Lae ama ito yang
punya rumah kok keluar sambil bawa termos nasi dan kembali bawa keranjang.
Dan dari situ w baru tahun kalau
hidangan yang tersaji adalah hasil kreasi dan kreatif dari sang Katering,
oalaahh jadi ga enak banget.
Akhirnya pukul 06.00 pada bangun
semua dan mengantri untuk mandi bersiap-siap ke Gereja kali ini ibadah pagi ada
dua yaitu pukul 07.00 dan 09.00 kami pun memilih kebaktian pada pukul. 09.00
Ega, Anas dan Egi serta Bapak
milih untuk tinggal dan hanya w ama nyokap pergi ke gereja bersama keluarga c
Lae dan cowok dari Ka Fika.
Pada pukul 08.00 kami pun pergi
dengan menggunakan satu mobil yaitu mobil c Lae menuju GKI Pengampon dengan
rute yang sama dengan kemarin.
Begitu sampai ternyata parkiran
penuh terlebih ibadah pertama pukul 07.00 belum selesai setelah lihat sana-sini
akhirnya dapat parkiran di depan sebuah warung depan sekolah Penabur.
Jarak dari parkiran dengan gereja
lumayan lah, kami berjalan begitu tiba dihalaman gereja ternyata sudah banyak
orang yang sedang menunggu termasuk Ibu Pendeta yang akan memimpin ibadah.
Akhirnya kami pun masuk ke dalam
setelah pintu gereja di buka dengan dibarengi Pendeta berdiri di depan pintu
untuk menyambut dan menyalami para jemaat.
Sambil menunggu kami pun berdiri
di samping tangga, setelah dikira kosong kami pun masuk ke dalam dengan
disambut oleh Ka Kristia Claff, dia adalah pacar dari Bambang, karyawan LAI
yang juga aktivis KKPA, setelah bersalaman kami pun mencari tempat duduk dan
duduk sebaris.
Dalam kebaktian Natal ini, selain
khotbah ada juga penampilan kembali dari Lidya Noorsaid bersama dengan anaknya.
Mereka berdua membawakan lagu
rohani, dan Lidya Noorsaid pun memberikan kesaksian bagaimana kehidupan dia
secara Kristen serta pelayanan-pelayanannya yang tidak mengenal lelah apalagi
harus dilalui dengan yang sangat kontras dengan kehidupan ibukota misalnya
dalam hal sanitasi air dan tidur yang boleh dibilang sangat sederhana.
Ada sekita tiga lagu dibawakan
oleh Lidya Noorsaaid yang mendapatkan apresiasi dari para jemaat termasuk
ketika menyanyikan lagu rohani dengan paduan musik ala campur sari yang mungkin
bagi kita tidak lah mungkin lagu rohani dengan musik seperti itu namun itulah
Lidya Noorsaid membuatnya dan cukup enak didengar.
Kelar ibadah, karena banyaknya
jemaat yang keluar akhirnya kami pun menunggu di dalam sambil menyalami jemaat
yang menghampiri seraya mengucapkan selamat tahun baru, disamping itu juga
menunggu c Lae lagi membuat laporan dan menghitung kolekte.
Sambil menunggu ya seperti pada
malam Natal, semalam kurang apdol lagi untuk photo dan kali ini adalah para weyce-weyce
yaitu Ka Fika dan Fisa, mamanya dan emak w huahahaha…
Berbagai gaya dikeluarkan kaka
beradik ini dalam satu objek yaitu pohon Natal bahkan photo bertiga bersama
mamanya dan bertiga bersama dengan cowok Ka Fika serta berempat bersama emak w.
Sambil menunggu, tiba-tiba dapat
telepon dari rumah kalau mobil yang kami pake menuju Cirebon terdapat kerusakan
pada porseneling, jadi ceritanya ade w ama istriny mau beli pesenan bapaknya yaitu
kepiting dan bernostalgia karena c Anas pas kecil hidup di kota ini.
Ketika mau keluar komplek, mobil
rentalan tersebut agak bermasalah setelah dibawa ke bengkel diketahui
porseneling ke mesin bermasalah, bisa dibawa tetapi tidak bisa jauh-jauh
seperti ke Jakarta karena berdampak luas.
Karena yang punya mobil rentalan
lagi natalan di gereja jadinya hp nya ga bisa dihubungi, sambil menunggu itu
emak w tiba-tiba ada ide langsung menuju konstitori untuk ngobrol dengan Lidya
Noorsaid.
Setelah ngobrol-ngobrol kami pun
kembali ke rumah karena mendapatkan informasi yang tidak mengenakkan.
sesampai di rumah kami pun makan
siang, sambil menanyakan kejadian kepada supir kami pun makan siang bersama.
Setelah makan siang, kami pun
langsung gelar perkara bagaimana caranya bisa pulang selain opsi tidak
menggunakan mobil ditambah Ega ama Anas harus meninggalkan Cirebon besoknya
sudah kerja.
Emak w pun menghubungi rental
untuk kasih laporan dan minta solusi sementara w, Ega, Anas dan Egi coba check
tiket kereta dibantu ama Ka Fika.
Setelah tidak mendapatkan jawaban
yang tidak sesuai harapan akhirnya kami pun mencari tiket kereta paling tidak
untuk Ega dan Anas termasuk w, setelah mencari-cari ternyata ada tiket pas
untuk berenam dan berangkat pukul 17.15 dari stasiun Cirebon.
Kepastian tiket dan kereta ada
pada pukul 13.00 akhirnya c Lae bersama Ega, Anas, Egi dan Ka Fika pun
berangkat ke stasiun untuk tebus tiket karena tidak bisa dipesan baru dibayar. Kami
pun mendapatkan enam tiket kereta api Cirebon Express (CirExs ya bukan Cireng
huahaha)
Selama mereka di stasiun, w pun
berberes apa yang bisa dibereskan dengan simple sehingga tidak banyak muatan
karena beralihnya dari menumpang mobil ke kereta namun nyatanya tetap aja
banyak karena banyak perintilan yang di kasih di Ito tuan rumah huahahaha..
Rombongan pencari tiket pun tiba
dirumah pukul 14.00 semua masalah teratasi untuk sementara waktu, dan sang
sopir pun berpamitan kepada kami dengan tidak enak karena masalah ini, kami pun
memakluminya bahkan kami juga sebenarnya tidak tega tapi mau bagaimana toch
yang salah bagian management rentalnya.
Kami pun menyiapkan makanan dan
segala kebutuhan sang supir jika memang mobil tidak bisa digunakan saat tengah
jalan.
Setelah sopir itu pergi sambil
menunggu waktu akhirnya kami melakukan ritual ntal ala kaum batak yaitu
mandokhata (ngucapin selamat natal dan harapan-harapan) sambil mempelonco pacar
dari si ka Fika hehehehe…
Kelar acara mandokhata dan karena
sudah menunjukkan waktu pukul 16.00 kami pun berangkat dengan diantar c Lae dan
Ito menuju stasiun Cirebon yang jaraknya lumayan dekat dari rumah mereka.
Setibanya di stasiun, seperti
tidak jauh berbeda dengan Gambir, Senen, dan Jatinegara kami pun seperti artes
dikerubungi para porter kereta yang ingin meminta tanda tangan (eehh salaahhh)
membantu bawa barang kami.
Namun karena c Lae dan Ito punya
kenalan porter yang biasa bantu Ka Fika atau Fisa pas balik ke Jakarta dan
Puertoriko eeh salah maksudnya Purwekerto, barang-barang kami pun dibawa ke
dalam
Didalam, Ega pun langsung lakukan
check-in terhadap enam tiket kami dengan melampirkan KTP masing-masing, setelah
check ini kami pun berpisah dengan lae dan ito yang sudah menerima kami selama
24 jam lebih di rumah sebelum keluar menuju peron.
Kami pun keluar ke arah peron
untuk menuju ke jalur 4 tempat kereta kami ke Jakarta, sempat melihat Ito dan
Lae kami berada di pagar, kami pun melambaikan tangan, kami pun masuk ke dalam
kereta dan mencari tempat duduk yang sesuai dengan tiket.
Akhirnya pukul 17.15 kereta kami
Cirebon Ekspress pun berangkat meninggalkan cerita dari Cirebon untuk menuju
Jakarta dalam waktu tiga jam mendatang.
Selama perjalanan kami melihat
kanan-kiri dengan pematang sawah dan hujan rintik-rintik bahkan w sempat tidur.
Ketika pemeriksaan tiket, kami
dikejutkan dengan petugas bahwa di Jakarta turun hujan lebat dan angin kencang
bahkan di wilayah Bekasi banjir menggenangi stasiun sehingga kemungkinan agak
telat sampai dari waktu yang tertera.
Dan benar saja ketika sampai di
wilayah Bekasi, walau gelap Egi dan Anas bersama emak w melihat bagaimana
Bekasi TImur terendam air karena hujan lebat.
Kami pun tiba di stasiun Gambir
pada pukul 21.00, dengan capek dan lelah kami pun menuju pangkalan taksi yang
ada, Ega pun memanggil taksi yaitu taksi warna putih
Akhirnya w, bapak, emak w dan Egi
pun naik taksi tersebut, keluar dari Gambir taksi kami pun melaju menuju patung
tani ke arah Cempaka Putih.
Namun apa yang terjadi ternyata
si supir ngantuk berat namun dirinya masih pede abis, tanda-tanda ngantuk c
supir ketika lepas bayar tol, kok taksi agak melipir ke kiri pas mau naik ke
tol nya.
Begitu sampai di atas tol nyaris
taksi kami berhenti sesaat dan melipiri ke kiri begitu juga pas turun serta
keluar tol di Jatibening, dan di kalimalang pun sempet tidur pula dia.
Akhirnya kami pun sampai di rumah
pukul 22.30 dengan membayar argo taksi IDR 102 ribu, kami pun memasukkan
barang-barang ke dalam rumah tanpa membongkarnya karena sudah letih dan capek.
Kami pun akhirnya tidur setelah
check rumah dan kunci semua pintu.
Itulah perjalanan kurang dari 30
jam dari w dan keluarga w ke Cirebon, banyak cerita di dalamnya walau kami
tidak kemana-mana karena Cirebon hujan dan juga kondisi mobil paling tidak kami
bisa merayakan dan merasakan Natal di tengah warga Cirebon.
Dan sampai hari ini hak kami
sebagai pengguna rental termasuk penggantian enam tiket kereta api yang
dijanjikan belum dibayarkan oleh pengelola rental !
@Lorcasz