Pertama-tama mau ucapin selamat dan sukses kepada panitia dari Kongres Diaspora Indonesia yang telah memberikan sebuah kesempatan untuk melihat secara dekat bagaimana wujud muka daripada orang-orang Indonesia yang lama tinggal, bekerja dan berkembang biak di luar negeri dan sekarang kembali.
Namun disaat kebahagian saya
terhadap manusia-manusia Indonesia yang sukses di luar sana ternyata tidak
seperti yang saya kira sebelumnya bahkan jauh dalam bayangan saya.
Mari dimulai dari hari pertama, maaf
kalau bahasa nya sangat baku dan beda sebelumnya karena ini sebagai bentuk
protes terbuka kepada para MANUSIA-MANUSIA di-BALIK pagelaran ini yang menurut
saya telah MELUNTURKAN BUDAYA INDONESIA !! DENGAN TIDAK MEMPOSISI SEBAGAI
BAGIAN DARI PEKERJAAN TETAPI SEBAGAI WARGA NEGARA INDONESIA BIASA
Pukul 08.15 pagi saya tiba di areal teras dari
Jakarta Convention Center setelah melihat-lihat saya masuk kedalam setelah
peralatan yang saya bawa yaitu tas hitam besar diperiksa oleh pihak keamanan,
setelah masuk kedalam saya lantas mencari tempat untuk mendapatkan akses berupa
ID khusus yang telah embors (diakui) oleh pihak Istana (baca: Paspampres)
Setelah menemukan tempat dimana
saya harus mengambil ID khusus untuk acara ini ternyata ngantre sambil menunggu
yang menjadi kebiasaan saya adalah mengambil photo-photo yang saya liat, setelah
depan selesai dengan urusannya tiba giliran saya yang mendapat giliran.
Ketika tiba giliran saya untuk
mengambil ID khusus, sebuah kenyataan nyata harus diterima karena nama saya
tidak terdaftar dalam list yang dimasukan ke dalam komputer mereka ketika
mengetikan beberapa huruf padahal saya sudah mendaftar dan telah
mengkonfirmasikan kepada bagian media (baca : INFOMED, IDP Kemlu) yang menjadi Kontak Person (CP) yang
ditunjuk dari Kemlu dan panitia melalui sms.
Setelah berkali-kali mencocokan
nama dengan yang dikomputer tidak terdapat nama saya yang membuat bingung kok
bisa nama saya tidak terdapat dalam bank data padahal saya terdaftar dan sempat
konfirmasi malah dengan pihak kemlu, akhirnya mensiasatinya dengan menuliskan
kembali nama saya sesuai dengan KTP dan kartu pers yang saya miliki.
Dari sini saya sudah bisa membaca
kalau memang apa yang selama ini saya denger tentang alur lalu lintas
administrasi dan pembagian tugas di kalangan pemerintahan tidak pernah beres dan mau seenak egonya
sendiri.
Kelar dari masalah administrasi
dan ID akhirnya dapat juga, saya bergegas menuju acara yang (lagi-lagi) baru
diinformasikan menit terakhir yaitu pembukaan rapat kerja koordinasi soal
tenaga kerja dan perlindungan WNI yang kabarnya dibuka oleh Wakil Menteri Luar
Negeri RI
Sambil melintasi ketempat yang
dituju saya melirik pada tempat yang menurut saya menarik yaitu tentang pencak
silat dengan presentasi dari berbagai dunia, bahasannya lumayan bagus secara
akar dari pencak silat itu berasal dari Melayu yang juga termasuk Indonesia..
Karena lama nunggu mulai acaranya
maklum petinggi-petinggi negara ini selalu berprinsip telat jam ngaret lebih
bagus daripada kepagian padahal mereka sudah menggunakan uang rakyat untuk
kerja mereka lebih cepat dan tepat waktu (baca: vorridjer) namun nyatanya
seperti itu.
Karena kelamaan akhirnya
memutuskan untuk melihat Rakornas yang saya bilang di atas dan ternyata 11-12
dengan kebiasaan di negara ini terlalu banyak kata dalam kata sambutan dan
tidak ringkas.
Setelah selesai kata sambutan dan
ditambah sesi photo bersama karena ini acara tertutup akhirnya saya putuskan
kembali untuk ke acara pencak silat.
Begitu masuk ternyata sedang
presentasi soal keberadaan pencak silat di kawasan Afrika Selatan yang memiiki
prestasi yang gemilang, karena penasaran dengan paparannya, saya pun mencoba
mencari tahu akhirnya mendapatkan kontak personal yang bisa mendapatkan bahan
tersebut dalam bentuk soft copy yang dikirim ke email saya.
Singkat cerita ternyata HINGGA SAMPAI TULISAN INI DIPUBLISH saya belum mendapatkan bahan pencak silat Afrika Selatan tersebut, saya mencoba melapor kepada bagian media center untuk mendapatkan bahan tersebut untuk bisa saya publikasi namuan yang saya dapata bahwa media center TIDAK MENAHU soal bahan dan lainnya dan terksesan PING-PONG walau dapat juga yaitu staff KBRI Washington DC yang bernama Abdul Gafur yang saya ketahui di laman resmi posisi beliau adalah Sekretaris III bidang media dan infromasi.
Setelah mendapatkan kontak email
staff yang bernama Abdul Gafur saya pun mengirimkan email soal permintaan saya,
LOGIKA MANUSIA YANG PUNYA SMART PHONE (secara Diplomat yang ditugaskan di
negara yang super maju macam AS) pasti ketika email masuk akan langsung dibalas
TERNYATA TIDAK!!
(dalam lampiran gambar di atas bisa
dilihat) saya mengirim email kepada sodara Abdul Gafur soal permintaan bahan
pencak silat Afrika Selatan pada 20 Agustus 2013 pukul 10.33 NAMUN HINGGA
TULISAN INI TERMUAT dan DIBACA, BELUM ADA BALASAN !!
Dan akhirnya apa, saya PUTUS kan
untuk BOIKOT berita a.k.a TIDAK MEMBUAT BERITA soal pencak silat Afrika Selatan ini pada media saya, padahal tadinya saya
muat jadi beberapa berita yang mungkin BISA MENGEMBALIKAN CITRA OLAHRAGA
INDONESIA namun karena ULAH dari (yang mengaku) orang KBRI yang mengurusi PERS
dan INFORMASI jadinyaaa.. (silakan anda bayangkan)
Melihat ini sebagai FENOMENA DILUAR AKAL
SEHAT saya, kok bisa sang Bapak ini dijadikan staff bidang pers dan informasi
yang mewakili negara kita padahal YANG NAMANYA staff yang mengurusi media dan
informasi tentunya saluran komunikasi baik itu HANDPHONE dan EMAIL harus aktif
selama 24 jam non stop terlepas lagi tidur atau ada aktivitas lain, saya jadi BERPIKIR dengan TIDAK DIBALASnya email saya,
APA KERJA BIDANG PERS dan INFORMASI KBRI DC itu yaa ?!
Pesan saya sich untuk semua
diplomat yang DAPAT POSISI sebagai MITRA daripada PERS TOLONG PERHATIKAN apa
yang dibutuhkan para pers, BAIK-BURUK CITRA sebuah negara di mata dunia
TERLETAK dari KERJA para Diplomat dan MEDIA yang menulisnya BAIK NEGARA ASAL
maupun NEGARA PENEMPATAN !!
Itu BARU HARI PERTAMA, bagaimana hari kedua hingga penutupan ? ternyata TIDAK JAUH BERBEDA Temans bahkan terkesan ini adalah project ambius dari segelintik manusia cerdas yang MENGAKU ORANG INDONESIA tetapi dalam acara ini TIDAK ADA UNSUR INDONESIA nya ?!
TIDAK ADA stand dari wakil 33 Propinsi |
MANA UNSUR BUDAYA INDONESIAnya ?! |
Tapi itulah apa yang diGAGAS para
manusia-manusia Indonesia Cerdas yang lama di luar negeri YANG MENGAKU CINTA
INDONESIA tetapi kok TIDAK ADA KESAN PULANG KAMPUNG nya adalam acara tersebut
selama tiga hari.
Kalau menurut saya yang NAMANYA
PULANG KAMPUNG itu dalam konteks Diaspora Indonesia adalah adanya acara
kebudayaan misalnya MENYUGUHKAN PENAMPILAN PENTAS TARI TRADISIONAL setiap 1 jam
sekali mewakili daerah di Indonesia misalnya dari jam 10 -13 di pentaskan tari
serimpi dan selanjutnya ATAU PROSESI SIRAMAN dalam adat perkawinan Jawa ATAU
PROSESI PEMBERIAN ULOS KEPADA PASANGAN PENGANTIN BARU YANG SAH SEBAGAI KELUARGA
dan DIAKUI DALAM ADAT !!
TAPI ITU TIDAK ADA SEPANJANG
ACARA KONGRES DIASPORA INDONESIA !!
PERMAINANnya STANDAR !! |
TAPI ITU TIDAK ADA SEPANJANG
ACARA KONGRES DIASPORA INDONESIA !!! MASIH BAGUSAN PERHELATAN JAKARTA FAIR
cooyyy !!
YANG NAMANYA PULANG KAMPUNG itu
pasti membawa sanak keluarga entah anak, mantu bahkan cucu dan untuk anak kecil
pasti akan senang ketika melihat tanah leluhur keluarganya karena selama ini
tidak pernah melihat dan PENASARAN dengan permainan anak kampung misalnya
membuat batik atau bermain alat musik tradisional
NAMUN ITU TIDAK ADA SEPANJANG
ACARA DIASPORA INDONESIA !! walau sebenarnya ada TAPI APAKAH PANTAS TEMPAT
“KIDS CORNER” itu berada di BAWAH ESKALATOR dan TIDAK TERLIHAT OLEH UMUM !!
SATU CATATAN, apakah lokasi untuk
anak-anak ini DIKETAHUI OLEH si PENGGAGAS, kalau dia tahu tapi cuek itu berarti
sangat miris sekali karena kita SEMUA TAHU bahwa si PENGGAGAS dari Diaspora ini
(tanpa disebut namanya pun kita tahu) MEMILIKI 3 ANAK yang USIA-nya masih
DIBAWAH 18 TAHUN lantas kalau kondisinya seperti yang saya katakan di atas BISA
DIBAYANGKAN kalau ketika sampai di negara sang ayah bertugas dan ditanya teman-teman dengan pertanyaan
ini..
HAI TEMANKU, AKU DENGAR KAMU
PULANG KAMPUNG BERSAMA AYAH-IBUMU UNTUK IKUTI KONGRES DIASPORA INDONESIA, APA
SAJA YANG DITAMPILKAN DISANA ?! APA SAJA
YANG KAU LAKUKAN DISANA TEMAN ?! APAKAH YANG KAMU BERIKAN KEPADA KAMI DARI
INDONESIA ?! trus jawabnya gimana kalau seperti yang penulis gambarkan
kondisinya ?!
inii BARU DIASPORA INDONESIA, JAS MERAH JAngan Sekali-kali MElupakan SejaRAH, yg lainnya ? *jempol ke bawah* |
Dalam penyajian acara pun sangat
TIDAK PROFESSIONAL SEKALI padahal mereka ini adalah manusia-manusia cerdas dan
terpilih tapi ya begitulah, DIMANA-MANA ketika ada sebuah kongres dengan
mempetakan sebuah permasalahan menjadi kelompok-kelompok kecil tentunya hasil
rapat dan situasinya pasti di-RANGKUM dan diberikan kepada bagian media center
untuk dibagikan agar dapat dipublikasikan NAMUN NYATAnya !
baru HARI KEDUA itupun menjelang petang baru dibagikan dan TIDAK TERUPDATE lagi pada keesok-kan harinya begitu juga menjelang penutupan tidak ada bahan yang bisa diangkat para teman-teman jurnalis.
baru HARI KEDUA itupun menjelang petang baru dibagikan dan TIDAK TERUPDATE lagi pada keesok-kan harinya begitu juga menjelang penutupan tidak ada bahan yang bisa diangkat para teman-teman jurnalis.
Jadi pertanyaan sekarang adalah APANYA YANG PULANG KAMPUNG kalau seperti ini bentuknya, saya malah mengACUNGI JEMPOL pagelaran JAKARTA FAIR yang BENAR-BENAR SAJIKAN BUDAYA INDONESIA yang sebenarnya..
Kalau seperti ini acaranya, saya diposisikan sebagai peserta / delegasi akan kecewa berat karena perjalanan ke Jakarta itu bukan perjalanan misalnya dari Jerman ke Belanda yang bisa makan waktu 1 jam atau Jakarta-Bandung dalam waktu 2 jam tetapi ini berpuluh ribu kilometer mengarungi setengah putaran bumi terus HASILNYA SEPERTI INI ?! dan ITU KOCEK SENDIRI ckckckckc… CERDAS SEKALI MANUSIA-MANUSIA INDONESIA DI LUAR NEGERI !!
Walaupun media banyak menulis
keberhasilan Diaspora ini namun secara nurani, saya katakana GAGAL TOTAL karena
TIDAK MAMPU MENUNJUKKAN BUDAYA INDONESIA secara NYATA baik itu TARIAN, MAKANAN,
MINUMAN di KAMPUNGnya SENDIRI !!
kalau melihat seperti ini, JANGAN
LAH BANGGA DENGAN ACARA TRADISIONAL INDONESIA di KBRI ketika ada peristiwa misalnya 17 Agustusan atau hari nasional
TETAPI di-KAMPUNG SENDIRI (baca : Indonesia) TIDAK DITONJOLKAN !!
Mungkin ini saja cerita saya
MELIHAT KECERDASAN PARA MANUSIA INDONESIA yang berada di luar negeri (baca:
Diaspora) dalam PULANG KAMPUNG ke negaranya walau acaranya TIDAK ADA UNSUR
INDONESIAnya !!
Salam Diaspora (YANG TIDAK) Indonesia !!
JCC, August 2013
@Lorcasz