Tulisan ini adalah bagian dari rangkaian dari Pekan HAM Korea Utara yang w datangi dan w tulis juga di blog ini.
Ini adalah bagian dari
terakhir dan dalam tulisan ini juga w akan bercerita bagaimana wujud dari
manusia dengan kewarganegaraan Korea Utara itu .
Di jadwal hanya ada
keterangan akan ada penutupan Pekan HAM Korea Utara tapi tidak ada kegiatan di
depan Kedutaan Besar DPR Korea dan w baru tahu ketika w kontak salah satu
panitia yang w kenal sebagai jurnalis senior yang mengatakan bahwa dalam
penutupan itu ada semacam kebulatan tekad dan demo di depan Kedubes Korut.
W menerima jawaban sms
tersebut ketika jalan menuju Gallery Cemara persis depan Kedubes Korut, sambil
baca w pun bingung sambil melihat ke kiri yaitu gedung Kedubes Korut namun
masih sepi.
Akhirnya w pun sampai
di Menara Gallery, begitu w sampai pun suasana ruangan tempat parade photo dan
kisah tentang bagaimana keberingasan Korea Utara.
Namun ternyata hari itu
karena terakhir maka hanya sedikit orang yang melihat pameran tersebut dan
beberapa bagian dari pameran ini sudah dibongkar seperti televisi dan piguran
berisi gambar karikatur.
Setelah
berbincang-bincang akhirnya acara penutupan pun berlangsung dimana diawali
dengan kata sambutan dari panitia, support dari acara ini yaitu LIPI dan KontraS.
Kelar kata sambutan
maka dilanjutkan dengan pengumuman pemenang dari karya tulis tentang Korea
Utara dimana sekitar seratusan karya yang masuk ke panitia tidak hanya dari
Indonesia tetapi juga luar negeri seperti Australia dan Taiwan.
Namun panitia menetapkan
dua juara yaitu mahasiswa asal Universitas Indonesia dan Universitas Nasional.
Ada yang menarik dan
lucu dari kompetisi ini dimana ketika dipanggil dua orang ini (cewek dan cowok)
untuk maju ke depan, ternyata panitia tidak menetapkan juara I dan II tetapi
harus memilih hadiah yang diberikan panitia.
Hadiah inilah yang
membuat dua orang pemenang karya tulis tentang Korea Utara berpikir
berkali-kali karena hadiahnya adalah berkeliling ke Korea Selatan dan
Smartphone Samsung Galaxy S-5 !
Setelah mengumumkan
pemenang karya tulis Korea Utara, maka dilanjutkan dengan pengucapan pesan
Jakarta bagian dari Pekan HAM Korut.
Berikut isi dan
tampilan dari Pesan Jakarta tentang HAM Korut yang dibacakan dalam dua bahasa,
Indonesia dan Korea
Pernyataan
Bersama di Jakarta
1.
Kita Berkumpul di Jakarta, Indonesia sebuah kota life respect untuk mengingat
asas-asas Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia dan Piagam Perserikatan
Bangsa-Bangsa serta menghormati masyarakat Korea Utara.
2.
Yayasan Citizens Alliance for North Korea Human Rights (NKHR), Komisi untuk
Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) menyelenggarakan sejumlah
acara bersama di Jakarta, Indonesia, sebuah kota utama di Asia Tenggara dari
tanggal 28 April hingga 2 Mei 2014 untuk meningkatkan kerja sama internasional
dan mendalami dengan serius berbagai kasus yang dijabarkan dalam laporan UN
Commission of Inquiry, Resolusi PBB oleh Dewan Hak Asasi Manusia PBB ke-25 dan
lain-lain.
3.
Penyelenggaraan acara yang berjudul “ Korea Utara : Seruan orang-orang yang
dirampas suaranya !” ini mencerminkan bukan hanya simpati organisasi
penyelenggara, melainkan juga menunjukkan perhatian serta kekhawatiran dari
masyarakat Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Pekan
Hak Asasi Manusia di Korea Utara bertujuan menyampaikan potret situasi hak
asasi manusia di Korea Utara yang memprihatinkan dan menumbuhkan solidaritas
untuk berupaya mencari jalan penyelesaian terbaik, baik kepada media dalam dan
luar negeri Indonesia, maupun generasi muda serta masyarakat Indonesia secara
umum melalui berbagai acara kebudayaan, seperti pameran lukisan, seminar, film,
lomba essai, flash mob dan lain-lain.
4.
Banyak orang yang mengikuti rangkaian acara tersebut geram terhadap pelanggaran
hak asasi manusia di Korea Utara dan mendiskusikan apa yang bisa dilakukan
untuk membantu korban.
Dunia internasional patut menuntut pertanggungjawaban pihak-pihak yang terlibat dalam aksi pelanggaran hak asasi manusia terhadap masyarakat Korea Utara.
Dunia internasional patut menuntut pertanggungjawaban pihak-pihak yang terlibat dalam aksi pelanggaran hak asasi manusia terhadap masyarakat Korea Utara.
5.
Tekanan dan tuduhan dunia internasional akan meningkat jika Korea Utara tidak
segera memperbaiki kondisi hak asasi manusia dengan tindakan nyata berdasarkan
aspirasi dunia internasional.
Dengan
ini, kami meminta Pemerintah Korea Utara untuk :
5.1.
Menghentikan pelanggaran hak asasi manusia serius yang sistematik dan meluas.
5.2.
Menghentikan diskriminasi berdasarkan tingkat sosial, kekerasan terhadap
perempuan serta tuna daksa dan lain-lain
5.3.
Menghentikan metode guilty-by-association dan perampasan hak hidup di kamp
tahanan politik dan tempat penahanan lain.
5.4.
Menghentikan perampasan hak kebebasan berpikir, beragama, berekspresi,
berkumpul dan hak privasi.
5.5.
Menghentikan penculikan yang dilakukan berdasarkan kebijakan negara.
2
Mei 2014
Jakarta,
Indonesia
Citizens
Alliance for North Korean Human Rights
Komisi
untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan.
Setelah melakukan Pesan Jakarta, kemudian disambut dengan acara penutupan dari Pekan HAM Korea Utara dan persiapan menuju Kedutaan Korut untuk membacakan pesan tersebut dan menyerahkan kepada staff kedutaan.
Semua barang pun
dimasukan kedalam mobil, sambil menunggu para panitia Pekan HAM Korea Utara pun
bercengkrama dengan para staff hotel mulai dari photo bersama hingga selfie-an
Pemandangan ini jarang
w lihat ketika liputan apapun hingga dalam tahap beres-beres dan di Gallery
Cemara.
Setelah kelar
beres-beres dan berphoto ria, saatnya berangkat menuju Kedutaan Korea Utara
kebetulan w bersama Ka Maria, staff KontraS dan dua pemenang karya tulis dalam
sebuah mobil pabrikan AS.
Setidaknya ada tiga
mobil secara beriringan menuju Kedutaan Besar Korea Utara, w sendiri jujur
sebelum acara ini belum pernah dan bagaimana rupa dari staff kedubes Korut
secara negara itu sangat-sangat tertutup.
Dalam iringan ini juga
yang membuat menarik dan agak menegangkan adalah terdapat dua staff diplomatic
tetangga secara tidak langsung kalau ketahuan maka akan ada tiga negara yang
bersinggungan dan bisa berakhir dengan persona non grata.
Namun bayangan itu
setidaknya agak memudar dan menegang kembali ketika tiba di depan Kedutaan
Besar Korea Utara dimana ketika sampai pintu gerbang kedutaan terbuka dan
seorang anak sedang keluar dari halaman kedutaan
Kami pun semua turun,
begitu turun maka gerbang kedutaan pun ikut tertutup setelah itu para panitia
mempersiapkan segalanya, sementara yang lain mencoba menghubungi kedutaan ini
dan menemukan tombol untuk memanggil staff dari dalam untuk keluar
Cukup lama untuk
memanggil staff kedutaan Korut untuk keluar, disaat tersebut para panitia ini
pun bersama simpatisan dan dua saksi hidup menggelar sedikit demo dengan
membentangkan spanduk dalam bahasa Korea dan Indonesia.
Ketika mereka sedang menyuarakan aspirasi tiba-tiba dari pintu kecil, dua orang staff kedutaan Korea Utara wanita dan pria keluar dari pintu kecil tersebut, entah kesal atau tidak tiba-tiba seorang pria staff kedutaan mendorong untuk membubarkan demo tersebut.
Kemudian mencoba
merebut spanduk dan beberapa kertas namun bisa diamankan oleh para pendemo,
mungkin karena malu atau gimana akhirnya staff pria tersebut bermuka agak Eropa
dengan kulit putih pun masuk ke dalam pintu kecil tersebut dan menguncinya.
Sayangnya w tidak
merekam adegan tersebut mengingat situasi dan peraturan internasional dalam hal
diplomatic tapi w masih bisa mengabadikannya dalam photo itupun w lakukan di
seberang gedung tepatnya di Shelter Bus Trans Jakarta.
Sepanjang mereka
berdemo pun masyarakat yang melintas pun penasaran bahkan w pun ditanya oleh
beberapa tukang ojek menanyakan apa yang terjadi w pun menjelaskan situasi yang
terjadi.
Mendapatkan perlakuan tersebut tidak membuat para pendemo gusar justru mereka membacakan pernyataan sikap mereka dalam bahasa Korea, setelah itu mereka kembali memencet tombol panggilan untuk meminta para staff kedutaan untuk keluar menerima surat pernyataan mereka.
Namun sayangnya tombol
pemanggil tersebut tidak direspon oleh kedutaan akhirnya para pendemo melemparkan
pernyataan dalam amplop cokelat besar menaruhnya di sela-sela pagar depan.
Setelah melemparkan
pernyataan tersebut, akhirnya kami berpisah dimana para panitia dari NKHR
memasuki mobil yang kami tumpangi untuk beranjak ke Bandara untuk pulang ke
Korea Selatan walau jam terbangnya adalah pukul 22.00 dan kegiatan demo
tersebut berakhir pukul 15.30
W pun beranjak dari
depan Kedutaan Korea Utara untuk kembali ke rumah, w pun bersama ka Maria jalan
bersama hingga perempatan lampu merah Jl. Imam Bonjol.
W dan Ka Maria pun
berpisah di perempatan Jl. Imam Bonjol dan menaiki bus 213 untuk kembali ke
arah selatan sedangkan w naik bus yang sama namun arahnya ke Kampung Melayu.
Dan inilah akhir dari
acara Pekan HAM Korea Utara yang w hadiri, terima kasih buat semua pihak
termasuk yang baca tulisan-tulisan w soal isu ini semoga lewat tulisan, video
dan photo yang w buat paling tidak bisa menyadarkan negeri ini atas apa yang
terjadi di sana walau sebenarnya kita sudah punya PELAPOR KHUSUS PBB untuk
Korea Utara !
Latuharhary
@Lorcasz