Minggu, 18 Mei 2014

Antara Drama Musikal dan Kebiasaan Negeri ini

Pertama-tama w mau ucapin terima kasih atas undangan yang diberikan oleh Ka Eten dan Abang untuk bisa menikmati acara yang diadakan Gereja mereka pada Sabtu (17/5) lalu.

Iya, kemaren w bersama cewek w menghadiri acara drama musical yang diadakan oleh Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Kebayoran Baru atau dikenal sebagai HKBP Hang Lekiu.

Acara yang berlangsung di Upper Room, Annex Building belakang Hotel Pullman kawasan Bunderan Hotel Indonesia, Jakarta.

Acara yang tertera di undangan pun tertera pukul 18.00 namun sebelumnya w harus melakukan kegiatan liputan di daerah Kemang tetapi karena sebuah alasan w pun membatalkannya.

Alasan w membatalkan untuk tidak ke acara di kemang dikarenakan kemacetan yang luar sangat biasa.

W keluar dari rumah pukul. 12.30 dengan asumsi w nyampe di daerah Blok M satu setengah hingga dua jam kemudian masih ada waktu untuk sekedar mencari tempat acara namun apa yang terjadi.

Pukul 15.30 w baru bisa keluar dari kawasan KaliMalang dan Halim ! dan akhirnya w putuskan untuk membatalkan (maafkan saya ya kaka-kaka SabangMeraukeID)

Setelah keluar kawasan KaliMalang w pun memutuskan untuk membatalkan ke daerah Kemang dan menuju tempat kost cewek w untuk jemput dia berangkat ke Upper Room, Annex Building untuk melihat acara drama musical.

Pada pukul 16.45 w dan cewek w pun tiba di Upper Room, Annex Building, begitu sampai di lantai sepuluh untuk melanjutkan ke lantai 12 yang menggunakan tangga.

Akhirnya sampai di lantai 12, w pun mengisi buku tamu dan memberikan tiket kepada petugas penerima tamu di depan untuk disobek.

Setelah disobek oleh panitia, w dan cewek pun masuk ke dalam ruangan yang menurut w sangat keren dengan ornament kayu kuat sehingga mentalan musik pun lebih bagus.

Cukup lama melihat-lihat dalam gedung dan kesiapan para pekerja dalam mempersiapkan acara ini tidak sadar bahwa waktu sudah menunjukkan sudah dimulainya acara.

Namun sayang seribu sayang, sebagaimana kebiasaan dan menjadi maklum di negeri ini terutama orang batak adalah ACARA TELAT ADALAH PALING BAGUS ! dan itu benar !

Acara sendiri baru dimulai pada pukul 18.30 dan itu pun bangku masih banyak yang kosong, bangku baru banyak terisi SETENGAH JAM kemudian ! *tepuk jidat*

Acara sendiri menurut w sangat bagus banget walau dengan beberapa catatan, dimana drama musical ini mengangkat sisi dari salah satu prajurit yang diperintahkan  untuk menyalibkan Yesus walau disatu sisi dirinya melihat bagaimana mujizat dan cara kerja Yesus terhadap umatnya.

Pertama kali dibuka oleh doa dari seorang (mungkin) Pendeta atau Majelis agar acara dari awal hingga akhir bisa lancar.

Setelah doa pembukaan, langsung dibuka dengan Overtune yang dibawakan seorang solist yang bernama Junita Siregar membawakan lagu His Wonderful Look of Love.

Kemudian ditampilkan suasana kota Yerusalem yaitu pasar dimana semua orang berkumpul dan berinteraksi satu sama lain dengan sebuah lagu One Day Every Knee Shall Bow secara paduan suara.

Setelah Yerusalem, maka ada adegan dimana Yesus menyembuhkan beberapa orang seperti yang buta di celikan, yang lumpuh bisa berjalan dan anak bisa berjalan lagi dengan latar belakang lagu His Love Alone.

Kemudian ada adegan dimana seorang perempuan Zinah menghampir Yesus disaat sedang dikejar-kejar rakyat untuk menghukumnya, namun Yesus dengan singkat menulis di tanah yang membuat semua orang yang ingin menghukumnya mengurungkan niatnya.

Adegan ini ditampilkan dengan latar lagu, When I Fall Down dan w bangga dimana teks bahasa Indonesianya dikerjakan oleh Ester Hutabarat a.k.a Ka Eten :D

Setelah adegan tersebut, tampil lah adegan dimana Yesus bersama anak-anak merayakan minggu palem dengan segala elu-elukan. dengan latar belakang lagu Hosanna To The King.

Dari adegan-adegan di atas yang menjadi catatan w adalah, pertama dimana banyaknya orang yang datang terlambat dan tidak tahu malu berjalan untuk mencari tempat duduknya.

Kemudian, kedua adalah tata suara (sound) yang menurut w agak ga enak didengar karena beberapa kali terdengar sound lepas dan hilang ketika adegan percakapan.

Ketiga, adalah penempatan dalam kamera dan panggung (blocking) dimana ketika scene Di Elu-Elukan pada Minggu Palem ada dua orang yang jelas-jelas (maaf) mem-pantat-in penonton saat membuat sedikit lingkaran kecil dan bergoyang bersama anak-anak seharusnya itu sudah bisa diminimalkan tapi nyata tidak !

Keempat, tata lampu sepertinya tidak mengerti dengan acara yang digelar dimana SEHARUSnya ketika acara berlangsung LAMPU RUANGAN DIPADAMKAN layaknya di bioskop, namun NYATA nya masih nyala sehingga suasana panggung dan ruangan tidak jauh beda, walau akhirnya ada seorang bapak yang menghampiri bagian mastering untuk mematikan lampu ruangan, TERSADAR akhirnya dimatikan !

Setelah adegan ini penonton dan pemain pun istirahat dengan menikmati kudapan kecil yaitu martabak kecil dan beberapa kue namun sayangnya w cukup malu dengan kelakuan para penonton yang orang batak.

Bukan maksud menistakan atau menghina orang batak tapi w sebagai orang batak (Simanjuntak Sitombuk PandeAek 15) cukup malu melihat kelakuan para orang batak ini yang seperti orang yang tidak makan beberapa hari namun ketika mencicipi merasa tidak enak lantas langsung di taruh begitu saja.

Sekali lagi w minta maaf kalau ini w cukup keras, seharusnya mereka malu lah mereka gereja di kawasan yang bagi w pribadi maupun orang melihat adalah sangat elite dan berada bukan kawasan pinggiran yang ecek-ecek tetapi kenapa seperti ini ya !

Kemudian sudah diberitahu sebelum acara mulai bahwa makanan dan minuman dilarang masuk kedalam ruangan tetapi masih saja ada orang yang dengan santainya membawa cangkir kopi/teh nya bersama piring kue ke dalam ruangan

Selain membawa kopi/teh dan piring kue ternyata kuping para penonton ini juga mesti diperiksa, kenapa w bilang seperti itu, padahal sudah ada pengumuman dari pengeras suara tetap saja masih di luar ruangan.

Fatalnya lagi adalah ketika acara sudah mulai masih ada aja di luar, tidak merasa bersalah masuk ke dalam ruangan dengan bawa makan dan TIDAK MENUTUP PINTU KEMBALI ! dan ini berulangkali terjadi tanpa ada petugas yang bertugas untuk menjaga menutup-membuka pintu.

Setelah break akhirnya adegan selanjutnya dimulai baru bersamaan dengan situasi yang w bicara di atas (baca:pintu)

Dalam adegan pergumulan dengan latar belakang lagu So All Alone dan In Stiler Nacht masih terdapat kesalahan blocking dan suara yang kadang ada kadang hilang.

Baru benar terlihat itu sebuah adegan drama Dia Diadili dengan latar lagu No Greater Love dibawakan oleh Hiras M Situmorang suara bersih dan jelas dan tidak ada kesalahan blocking tapi dekorasi tanaman menutup rupa wajah dari Yesus yang penuh luka menganggu pemandangan !

Namun sayang ada dua hal yang membuat agak ilfil dalam adegan ini yaitu pertama banyak sekali terdengar suara-suara handphone entah itu biip sms, BBM, batere lemah padahal jelas-jelas di awal sudah ada pengumuman untuk mematikan handphone dan bunyi suara yang menganggu dalam acara ! (susah kali orang batak ini menaati peraturan padahal yang menonton kalangan intelek dengan pendidikan yang tinggi paling tidak bisa membaca tulisan dengan jelas !)

Yang kedua adalah, APA FUNGSI PENARI SEORANG DIRI di panggung ! karena bagi w fungsi penari tersebut menganggu atau (maaf) sampah penganggu alur cerita ! cerita udah bagus tapi tiba-tiba ketika ada solois nyanyi dan adegan dialog tiba-tiba muncul penari ckckckck !




Selanjutnya adegan Mesias itu disalibkan dengan mengambil setting muncul dari belakang penonton sangat menarik perhatian namun sayangnya adegan ini harus ada sedikit ternoda dimana banyak sekali anak kecil yang ikut bermain dalam drama ini lalu lalang dan lari-larian.

Dan itu hingga adegan berada di panggung, pengamatan w sich banyak guru sekolah minggu yang mengaturnya tetapi apakah TIDAK BISA anak-anak ini diberitahu (briefing) sebelum acara mulai ?!

Ketika latar lagu Cross Medley & Lament dengan soloist Ester Hutabarat sayangnya bagian tata gambar tidak menaruh kamara dari atas saat ada adegan para prajurit merobek-robek baju Yesus dan dijadikan alas judi, akan lebih bagus kalau ada kamera yang menyorot dari atas bagaimana para prajurit ini bermain judi !

Dan satu hal lagi adegan penyaliban, posisi tangan dari tokoh Yesus ini tidak lurus layaknya di paku namun terkesan seperti sedang memegang paku ! walau ketika diturunkan benar-benar menunjukkan kalau memang sudah mati !

Mungkin karena terlalu malam mengingat besok harus gereja atau bertugas maka pada adegan Salome Menyaksikannya dengan latar lagu I Will Arise banyak orang yang keluar dan kembali bangku kosong.

Depan w aja ada tiga baris kursi yang kosong termasuk dibelakang dan samping w ketika adegan ini banyak yang keluar ruangan.




Setelah adegan Salome Menyaksikannya, acara pun berakhir dan keluarnya para pemain untuk bersama-sama turun ke bawah memberikan bunga ke beberapa tamu, dan bahkan cewek w pun berminat mendapatkan bunga tersebut dengan berbagai gerakan tetapi tetap saja tidak dapat dengan protes karena didepannya ada cowok dapat dua bunga dan dibelakang ada ibu-ibu mendapatkan sekitar empat bunga.

Acara pun kelar, w pun mencoba menemui Ka Eten di belakang panggung karena tiba-tiba hilang dari panggung dan ketemu lah dengan balutan busana Bu Maria setelah terakhir ketemu tahun 2011 dalam sebuah acara bersama di Ancol.

Setelah bertemu dengan Ka Eten w dan cewek pun beranjak pergi pulang dengan menuruni lift dan menunggu taksi di depan Pullman Hotel.

W pun antar cewek w ke kostannya setelah itu pulang ke rumah dan tiba dirumah pada pukul 22.30.

Akhir kata w cuma bilang, maaf kalau ada kata-kata yang kurang berkenan soal pandangan w soal acara ini kepada panitia yang kebetulan membacanya tapi mungkin ini bisa menjadi masukan untuk acara berikutnya.

Acara ini bagus banget w akui namun yang seperti yang w baca di atas banyak sekali kesalahannya semoga kedepannya tidak terulang lagi.

Upper Room 1705

@Lorcasz