Pertama-tama w mau
ucapin terima kasih atas undangan yang diberikan oleh Ka Eten dan Abang untuk
bisa menikmati acara yang diadakan Gereja mereka pada Sabtu (17/5) lalu.
Iya, kemaren w bersama
cewek w menghadiri acara drama musical yang diadakan oleh Huria Kristen Batak
Protestan (HKBP) Kebayoran Baru atau dikenal sebagai HKBP Hang Lekiu.
Acara yang berlangsung
di Upper Room, Annex Building belakang Hotel Pullman kawasan Bunderan Hotel Indonesia,
Jakarta.
Acara yang tertera di
undangan pun tertera pukul 18.00 namun sebelumnya w harus melakukan kegiatan
liputan di daerah Kemang tetapi karena sebuah alasan w pun membatalkannya.
Alasan w membatalkan
untuk tidak ke acara di kemang dikarenakan kemacetan yang luar sangat biasa.
W keluar dari rumah
pukul. 12.30 dengan asumsi w nyampe di daerah Blok M satu setengah hingga dua
jam kemudian masih ada waktu untuk sekedar mencari tempat acara namun apa yang
terjadi.
Pukul 15.30 w baru bisa
keluar dari kawasan KaliMalang dan Halim ! dan akhirnya w putuskan untuk
membatalkan (maafkan saya ya kaka-kaka SabangMeraukeID)
Setelah keluar kawasan
KaliMalang w pun memutuskan untuk membatalkan ke daerah Kemang dan menuju
tempat kost cewek w untuk jemput dia berangkat ke Upper Room, Annex Building
untuk melihat acara drama musical.
Pada pukul 16.45 w dan
cewek w pun tiba di Upper Room, Annex Building, begitu sampai di lantai sepuluh
untuk melanjutkan ke lantai 12 yang menggunakan tangga.
Akhirnya sampai di
lantai 12, w pun mengisi buku tamu dan memberikan tiket kepada petugas penerima
tamu di depan untuk disobek.
Setelah disobek oleh
panitia, w dan cewek pun masuk ke dalam ruangan yang menurut w sangat keren
dengan ornament kayu kuat sehingga mentalan musik pun lebih bagus.
Cukup lama
melihat-lihat dalam gedung dan kesiapan para pekerja dalam mempersiapkan acara
ini tidak sadar bahwa waktu sudah menunjukkan sudah dimulainya acara.
Namun sayang seribu
sayang, sebagaimana kebiasaan dan menjadi maklum di negeri ini terutama orang
batak adalah ACARA TELAT ADALAH PALING BAGUS ! dan itu benar !
Acara sendiri baru
dimulai pada pukul 18.30 dan itu pun bangku masih banyak yang kosong, bangku
baru banyak terisi SETENGAH JAM kemudian ! *tepuk jidat*
Acara sendiri menurut w
sangat bagus banget walau dengan beberapa catatan, dimana drama musical ini
mengangkat sisi dari salah satu prajurit yang diperintahkan untuk menyalibkan Yesus walau disatu sisi
dirinya melihat bagaimana mujizat dan cara kerja Yesus terhadap umatnya.
Pertama kali dibuka
oleh doa dari seorang (mungkin) Pendeta atau Majelis agar acara dari awal
hingga akhir bisa lancar.
Setelah doa pembukaan,
langsung dibuka dengan Overtune yang dibawakan seorang solist yang bernama
Junita Siregar membawakan lagu His Wonderful Look of Love.
Kemudian ditampilkan
suasana kota Yerusalem yaitu pasar dimana semua orang berkumpul dan
berinteraksi satu sama lain dengan sebuah lagu One Day Every Knee Shall Bow
secara paduan suara.
Setelah Yerusalem, maka
ada adegan dimana Yesus menyembuhkan beberapa orang seperti yang buta di
celikan, yang lumpuh bisa berjalan dan anak bisa berjalan lagi dengan latar
belakang lagu His Love Alone.
Kemudian ada adegan
dimana seorang perempuan Zinah menghampir Yesus disaat sedang dikejar-kejar
rakyat untuk menghukumnya, namun Yesus dengan singkat menulis di tanah yang
membuat semua orang yang ingin menghukumnya mengurungkan niatnya.
Adegan ini ditampilkan
dengan latar lagu, When I Fall Down dan w bangga dimana teks bahasa
Indonesianya dikerjakan oleh Ester Hutabarat a.k.a Ka Eten :D
Setelah adegan
tersebut, tampil lah adegan dimana Yesus bersama anak-anak merayakan minggu
palem dengan segala elu-elukan. dengan latar belakang lagu Hosanna To The King.
Dari adegan-adegan di
atas yang menjadi catatan w adalah, pertama dimana banyaknya orang yang datang
terlambat dan tidak tahu malu berjalan untuk mencari tempat duduknya.
Kemudian, kedua adalah
tata suara (sound) yang menurut w agak ga enak didengar karena beberapa kali
terdengar sound lepas dan hilang ketika adegan percakapan.
Ketiga, adalah
penempatan dalam kamera dan panggung (blocking) dimana ketika scene Di
Elu-Elukan pada Minggu Palem ada dua orang yang jelas-jelas (maaf)
mem-pantat-in penonton saat membuat sedikit lingkaran kecil dan bergoyang
bersama anak-anak seharusnya itu sudah bisa diminimalkan tapi nyata tidak !
Keempat, tata lampu
sepertinya tidak mengerti dengan acara yang digelar dimana SEHARUSnya ketika
acara berlangsung LAMPU RUANGAN DIPADAMKAN layaknya di bioskop, namun NYATA nya
masih nyala sehingga suasana panggung dan ruangan tidak jauh beda, walau
akhirnya ada seorang bapak yang menghampiri bagian mastering untuk mematikan
lampu ruangan, TERSADAR akhirnya dimatikan !
Setelah adegan ini penonton
dan pemain pun istirahat dengan menikmati kudapan kecil yaitu martabak kecil
dan beberapa kue namun sayangnya w cukup malu dengan kelakuan para penonton
yang orang batak.
Bukan maksud menistakan
atau menghina orang batak tapi w sebagai orang batak (Simanjuntak Sitombuk
PandeAek 15) cukup malu melihat kelakuan para orang batak ini yang seperti
orang yang tidak makan beberapa hari namun ketika mencicipi merasa tidak enak
lantas langsung di taruh begitu saja.
Sekali lagi w minta
maaf kalau ini w cukup keras, seharusnya mereka malu lah mereka gereja di
kawasan yang bagi w pribadi maupun orang melihat adalah sangat elite dan berada
bukan kawasan pinggiran yang ecek-ecek tetapi kenapa seperti ini ya !
Kemudian sudah
diberitahu sebelum acara mulai bahwa makanan dan minuman dilarang masuk kedalam
ruangan tetapi masih saja ada orang yang dengan santainya membawa cangkir kopi/teh
nya bersama piring kue ke dalam ruangan
Selain membawa kopi/teh
dan piring kue ternyata kuping para penonton ini juga mesti diperiksa, kenapa w
bilang seperti itu, padahal sudah ada pengumuman dari pengeras suara tetap saja
masih di luar ruangan.
Fatalnya lagi adalah
ketika acara sudah mulai masih ada aja di luar, tidak merasa bersalah masuk ke
dalam ruangan dengan bawa makan dan TIDAK MENUTUP PINTU KEMBALI ! dan ini
berulangkali terjadi tanpa ada petugas yang bertugas untuk menjaga
menutup-membuka pintu.
Setelah break akhirnya
adegan selanjutnya dimulai baru bersamaan dengan situasi yang w bicara di atas
(baca:pintu)
Dalam adegan pergumulan
dengan latar belakang lagu So All Alone dan In Stiler Nacht masih terdapat
kesalahan blocking dan suara yang kadang ada kadang hilang.
Baru benar terlihat itu
sebuah adegan drama Dia Diadili dengan latar lagu No Greater Love dibawakan
oleh Hiras M Situmorang suara bersih dan jelas dan tidak ada kesalahan blocking
tapi dekorasi tanaman menutup rupa wajah dari Yesus yang penuh luka menganggu
pemandangan !
Namun sayang ada dua
hal yang membuat agak ilfil dalam adegan ini yaitu pertama banyak sekali
terdengar suara-suara handphone entah itu biip sms, BBM, batere lemah padahal
jelas-jelas di awal sudah ada pengumuman untuk mematikan handphone dan bunyi
suara yang menganggu dalam acara ! (susah kali orang batak ini menaati
peraturan padahal yang menonton kalangan intelek dengan pendidikan yang tinggi
paling tidak bisa membaca tulisan dengan jelas !)
Yang kedua adalah, APA
FUNGSI PENARI SEORANG DIRI di panggung ! karena bagi w fungsi penari tersebut
menganggu atau (maaf) sampah penganggu alur cerita ! cerita udah bagus tapi
tiba-tiba ketika ada solois nyanyi dan adegan dialog tiba-tiba muncul penari
ckckckck !
Selanjutnya adegan
Mesias itu disalibkan dengan mengambil setting muncul dari belakang penonton
sangat menarik perhatian namun sayangnya adegan ini harus ada sedikit ternoda
dimana banyak sekali anak kecil yang ikut bermain dalam drama ini lalu lalang
dan lari-larian.
Dan itu hingga adegan
berada di panggung, pengamatan w sich banyak guru sekolah minggu yang
mengaturnya tetapi apakah TIDAK BISA anak-anak ini diberitahu (briefing)
sebelum acara mulai ?!
Ketika latar lagu Cross
Medley & Lament dengan soloist Ester Hutabarat sayangnya bagian tata gambar
tidak menaruh kamara dari atas saat ada adegan para prajurit merobek-robek baju
Yesus dan dijadikan alas judi, akan lebih bagus kalau ada kamera yang menyorot
dari atas bagaimana para prajurit ini bermain judi !
Dan satu hal lagi
adegan penyaliban, posisi tangan dari tokoh Yesus ini tidak lurus layaknya di
paku namun terkesan seperti sedang memegang paku ! walau ketika diturunkan
benar-benar menunjukkan kalau memang sudah mati !
Mungkin karena terlalu
malam mengingat besok harus gereja atau bertugas maka pada adegan Salome
Menyaksikannya dengan latar lagu I Will Arise banyak orang yang keluar dan
kembali bangku kosong.
Depan w aja ada tiga
baris kursi yang kosong termasuk dibelakang dan samping w ketika adegan ini
banyak yang keluar ruangan.
Setelah adegan Salome
Menyaksikannya, acara pun berakhir dan keluarnya para pemain untuk bersama-sama
turun ke bawah memberikan bunga ke beberapa tamu, dan bahkan cewek w pun
berminat mendapatkan bunga tersebut dengan berbagai gerakan tetapi tetap saja
tidak dapat dengan protes karena didepannya ada cowok dapat dua bunga dan
dibelakang ada ibu-ibu mendapatkan sekitar empat bunga.
Acara pun kelar, w pun
mencoba menemui Ka Eten di belakang panggung karena tiba-tiba hilang dari
panggung dan ketemu lah dengan balutan busana Bu Maria setelah terakhir ketemu
tahun 2011 dalam sebuah acara bersama di Ancol.
Setelah bertemu dengan
Ka Eten w dan cewek pun beranjak pergi pulang dengan menuruni lift dan menunggu
taksi di depan Pullman Hotel.
W pun antar cewek w ke
kostannya setelah itu pulang ke rumah dan tiba dirumah pada pukul 22.30.
Akhir kata w cuma
bilang, maaf kalau ada kata-kata yang kurang berkenan soal pandangan w soal
acara ini kepada panitia yang kebetulan membacanya tapi mungkin ini bisa
menjadi masukan untuk acara berikutnya.
Acara ini bagus banget
w akui namun yang seperti yang w baca di atas banyak sekali kesalahannya semoga
kedepannya tidak terulang lagi.
Upper Room 1705
@Lorcasz