Pemilihan umum tinggal menghitung
hari dimana saat ini para partai sudah mulai menyiapkan strategi paling ampuh
untuk menyakinkan para konstituennya untuk memilih bagian dari partai untuk
bisa masuk ke dalam lingkaran sistem yang bernama legislative.
Pesta demokrasi setiap lima tahun
ini ibarat jamur dikala hujan ada saja kelakuan para legislator ini menggaet para suaranya
Namun sayangnya untuk menggaet
konstituen para legislator ini cukup kreatif namun ada juga yang menjengkelkan.
Maksud menjengkelkan adalah
seperti gambar-gambar di bawah ini yang w coba potret secara candid di daerah
seputaran rumah w serta kemanapun w pergi dan anda pun sering melihat seperti ini di daerah anda benar
tidak ?
Iya mereka lah para konstituen yang sedang mengemis suara kepada anda supaya memilih dan bisa masuk ke dalam dewan baik di Senayan maupun tingkat kotamadya hingga kabupaten.
Kalau ada yang tanya bagaimana
tanggapan w, maka w akan bilang manusia macam gambar di atas itu tidak layak
sebagai legislator, apalagi memberikan suara kita ke mereka kenapa ?
Kita bisa lihat jelas lah para
caleg ini kan rata-rata berpendidikan tinggi lah walaupun ada yang hanya
menengah atas tapi kan secara nurani mestinya dia tahu donk apa dampak dari
yang mereka lakukan itu pun kalo masih ada nuraninya !
Walau mereka akan memberikan
jawaban dengan meminta maaf namun bagi w masalah ini tidak bisa hanya sekedar
maaf saja, karena jadi pertanyaan adalah apakah mereka tahu apa yang dilakukan
oleh manusia-manusia yang tergabung dalam nama TIM SUKSES atau JANGAN-JANGAN
para caleg ini yang MEMBERIKAN PERINTAH / MENGIYAKAN tim suksesnya melakukan
seperti itu (baca: memaku / mengkawatkan / menempelkan poster / spanduk ke tiang listrik /
pohon) ?
Maka akan timbul pertanyaan jika
melihat kasus ini adalah YANG BODOH dan TOLOL SIAPA, apakah si Calegnya, atau
Tim Suksesnya atau kebijakan partai yang tidak mencantumkan kalau sosialisasi
itu tidak boleh menciderai apapun termasuk POHON dan TIANG LISTRIK ?
Sudah saatnya kita berpikir
cerdas dan menggunakan nurani dalam memilih para caleg tidak lagi ada istilah “beli
kucing dalam karung” karena bagi w ucapan itu udah basi karena dari tahun 1999
pasca reformasi kita menggelar pemilu sampai nanti tanggal 9 April apakah ada caleg hingga legislator yang kerja
itu sesuai dengan harapan para konstituennya ? kagak kan, tetap saja masih ada ntu
para legislator kita yang bercap “beli kucing dalam karung” bener ndak ?!
Jadi mulai sekarang cobalah
berpikir, jangan hanya karena ganteng, kaya, pemain sinetron, penari erotis,
model panas favorit atau apalah tapi coba lihat apakah caleg itu dalam
sosialisasi tidak mencederai apa yang sudah Tuhan ciptakan termasuk pohon
Cuma berpesan yang nanti akan
memilih, pohon aja bisa dia rusak dengan poster / spanduknya apalagi dengan
konstituen yang milih dia dan negara tempat bernaung dan bernapas jangan-jangan
lebih parah dia akan merusaknya !
@Lorcasz