Minggu, 18 Mei 2014

Antara Drama Musikal dan Kebiasaan Negeri ini

Pertama-tama w mau ucapin terima kasih atas undangan yang diberikan oleh Ka Eten dan Abang untuk bisa menikmati acara yang diadakan Gereja mereka pada Sabtu (17/5) lalu.

Iya, kemaren w bersama cewek w menghadiri acara drama musical yang diadakan oleh Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Kebayoran Baru atau dikenal sebagai HKBP Hang Lekiu.

Acara yang berlangsung di Upper Room, Annex Building belakang Hotel Pullman kawasan Bunderan Hotel Indonesia, Jakarta.

Acara yang tertera di undangan pun tertera pukul 18.00 namun sebelumnya w harus melakukan kegiatan liputan di daerah Kemang tetapi karena sebuah alasan w pun membatalkannya.

Alasan w membatalkan untuk tidak ke acara di kemang dikarenakan kemacetan yang luar sangat biasa.

W keluar dari rumah pukul. 12.30 dengan asumsi w nyampe di daerah Blok M satu setengah hingga dua jam kemudian masih ada waktu untuk sekedar mencari tempat acara namun apa yang terjadi.

Pukul 15.30 w baru bisa keluar dari kawasan KaliMalang dan Halim ! dan akhirnya w putuskan untuk membatalkan (maafkan saya ya kaka-kaka SabangMeraukeID)

Setelah keluar kawasan KaliMalang w pun memutuskan untuk membatalkan ke daerah Kemang dan menuju tempat kost cewek w untuk jemput dia berangkat ke Upper Room, Annex Building untuk melihat acara drama musical.

Pada pukul 16.45 w dan cewek w pun tiba di Upper Room, Annex Building, begitu sampai di lantai sepuluh untuk melanjutkan ke lantai 12 yang menggunakan tangga.

Akhirnya sampai di lantai 12, w pun mengisi buku tamu dan memberikan tiket kepada petugas penerima tamu di depan untuk disobek.

Setelah disobek oleh panitia, w dan cewek pun masuk ke dalam ruangan yang menurut w sangat keren dengan ornament kayu kuat sehingga mentalan musik pun lebih bagus.

Cukup lama melihat-lihat dalam gedung dan kesiapan para pekerja dalam mempersiapkan acara ini tidak sadar bahwa waktu sudah menunjukkan sudah dimulainya acara.

Namun sayang seribu sayang, sebagaimana kebiasaan dan menjadi maklum di negeri ini terutama orang batak adalah ACARA TELAT ADALAH PALING BAGUS ! dan itu benar !

Acara sendiri baru dimulai pada pukul 18.30 dan itu pun bangku masih banyak yang kosong, bangku baru banyak terisi SETENGAH JAM kemudian ! *tepuk jidat*

Acara sendiri menurut w sangat bagus banget walau dengan beberapa catatan, dimana drama musical ini mengangkat sisi dari salah satu prajurit yang diperintahkan  untuk menyalibkan Yesus walau disatu sisi dirinya melihat bagaimana mujizat dan cara kerja Yesus terhadap umatnya.

Pertama kali dibuka oleh doa dari seorang (mungkin) Pendeta atau Majelis agar acara dari awal hingga akhir bisa lancar.

Setelah doa pembukaan, langsung dibuka dengan Overtune yang dibawakan seorang solist yang bernama Junita Siregar membawakan lagu His Wonderful Look of Love.

Kemudian ditampilkan suasana kota Yerusalem yaitu pasar dimana semua orang berkumpul dan berinteraksi satu sama lain dengan sebuah lagu One Day Every Knee Shall Bow secara paduan suara.

Setelah Yerusalem, maka ada adegan dimana Yesus menyembuhkan beberapa orang seperti yang buta di celikan, yang lumpuh bisa berjalan dan anak bisa berjalan lagi dengan latar belakang lagu His Love Alone.

Kemudian ada adegan dimana seorang perempuan Zinah menghampir Yesus disaat sedang dikejar-kejar rakyat untuk menghukumnya, namun Yesus dengan singkat menulis di tanah yang membuat semua orang yang ingin menghukumnya mengurungkan niatnya.

Adegan ini ditampilkan dengan latar lagu, When I Fall Down dan w bangga dimana teks bahasa Indonesianya dikerjakan oleh Ester Hutabarat a.k.a Ka Eten :D

Setelah adegan tersebut, tampil lah adegan dimana Yesus bersama anak-anak merayakan minggu palem dengan segala elu-elukan. dengan latar belakang lagu Hosanna To The King.

Dari adegan-adegan di atas yang menjadi catatan w adalah, pertama dimana banyaknya orang yang datang terlambat dan tidak tahu malu berjalan untuk mencari tempat duduknya.

Kemudian, kedua adalah tata suara (sound) yang menurut w agak ga enak didengar karena beberapa kali terdengar sound lepas dan hilang ketika adegan percakapan.

Ketiga, adalah penempatan dalam kamera dan panggung (blocking) dimana ketika scene Di Elu-Elukan pada Minggu Palem ada dua orang yang jelas-jelas (maaf) mem-pantat-in penonton saat membuat sedikit lingkaran kecil dan bergoyang bersama anak-anak seharusnya itu sudah bisa diminimalkan tapi nyata tidak !

Keempat, tata lampu sepertinya tidak mengerti dengan acara yang digelar dimana SEHARUSnya ketika acara berlangsung LAMPU RUANGAN DIPADAMKAN layaknya di bioskop, namun NYATA nya masih nyala sehingga suasana panggung dan ruangan tidak jauh beda, walau akhirnya ada seorang bapak yang menghampiri bagian mastering untuk mematikan lampu ruangan, TERSADAR akhirnya dimatikan !

Setelah adegan ini penonton dan pemain pun istirahat dengan menikmati kudapan kecil yaitu martabak kecil dan beberapa kue namun sayangnya w cukup malu dengan kelakuan para penonton yang orang batak.

Bukan maksud menistakan atau menghina orang batak tapi w sebagai orang batak (Simanjuntak Sitombuk PandeAek 15) cukup malu melihat kelakuan para orang batak ini yang seperti orang yang tidak makan beberapa hari namun ketika mencicipi merasa tidak enak lantas langsung di taruh begitu saja.

Sekali lagi w minta maaf kalau ini w cukup keras, seharusnya mereka malu lah mereka gereja di kawasan yang bagi w pribadi maupun orang melihat adalah sangat elite dan berada bukan kawasan pinggiran yang ecek-ecek tetapi kenapa seperti ini ya !

Kemudian sudah diberitahu sebelum acara mulai bahwa makanan dan minuman dilarang masuk kedalam ruangan tetapi masih saja ada orang yang dengan santainya membawa cangkir kopi/teh nya bersama piring kue ke dalam ruangan

Selain membawa kopi/teh dan piring kue ternyata kuping para penonton ini juga mesti diperiksa, kenapa w bilang seperti itu, padahal sudah ada pengumuman dari pengeras suara tetap saja masih di luar ruangan.

Fatalnya lagi adalah ketika acara sudah mulai masih ada aja di luar, tidak merasa bersalah masuk ke dalam ruangan dengan bawa makan dan TIDAK MENUTUP PINTU KEMBALI ! dan ini berulangkali terjadi tanpa ada petugas yang bertugas untuk menjaga menutup-membuka pintu.

Setelah break akhirnya adegan selanjutnya dimulai baru bersamaan dengan situasi yang w bicara di atas (baca:pintu)

Dalam adegan pergumulan dengan latar belakang lagu So All Alone dan In Stiler Nacht masih terdapat kesalahan blocking dan suara yang kadang ada kadang hilang.

Baru benar terlihat itu sebuah adegan drama Dia Diadili dengan latar lagu No Greater Love dibawakan oleh Hiras M Situmorang suara bersih dan jelas dan tidak ada kesalahan blocking tapi dekorasi tanaman menutup rupa wajah dari Yesus yang penuh luka menganggu pemandangan !

Namun sayang ada dua hal yang membuat agak ilfil dalam adegan ini yaitu pertama banyak sekali terdengar suara-suara handphone entah itu biip sms, BBM, batere lemah padahal jelas-jelas di awal sudah ada pengumuman untuk mematikan handphone dan bunyi suara yang menganggu dalam acara ! (susah kali orang batak ini menaati peraturan padahal yang menonton kalangan intelek dengan pendidikan yang tinggi paling tidak bisa membaca tulisan dengan jelas !)

Yang kedua adalah, APA FUNGSI PENARI SEORANG DIRI di panggung ! karena bagi w fungsi penari tersebut menganggu atau (maaf) sampah penganggu alur cerita ! cerita udah bagus tapi tiba-tiba ketika ada solois nyanyi dan adegan dialog tiba-tiba muncul penari ckckckck !




Selanjutnya adegan Mesias itu disalibkan dengan mengambil setting muncul dari belakang penonton sangat menarik perhatian namun sayangnya adegan ini harus ada sedikit ternoda dimana banyak sekali anak kecil yang ikut bermain dalam drama ini lalu lalang dan lari-larian.

Dan itu hingga adegan berada di panggung, pengamatan w sich banyak guru sekolah minggu yang mengaturnya tetapi apakah TIDAK BISA anak-anak ini diberitahu (briefing) sebelum acara mulai ?!

Ketika latar lagu Cross Medley & Lament dengan soloist Ester Hutabarat sayangnya bagian tata gambar tidak menaruh kamara dari atas saat ada adegan para prajurit merobek-robek baju Yesus dan dijadikan alas judi, akan lebih bagus kalau ada kamera yang menyorot dari atas bagaimana para prajurit ini bermain judi !

Dan satu hal lagi adegan penyaliban, posisi tangan dari tokoh Yesus ini tidak lurus layaknya di paku namun terkesan seperti sedang memegang paku ! walau ketika diturunkan benar-benar menunjukkan kalau memang sudah mati !

Mungkin karena terlalu malam mengingat besok harus gereja atau bertugas maka pada adegan Salome Menyaksikannya dengan latar lagu I Will Arise banyak orang yang keluar dan kembali bangku kosong.

Depan w aja ada tiga baris kursi yang kosong termasuk dibelakang dan samping w ketika adegan ini banyak yang keluar ruangan.




Setelah adegan Salome Menyaksikannya, acara pun berakhir dan keluarnya para pemain untuk bersama-sama turun ke bawah memberikan bunga ke beberapa tamu, dan bahkan cewek w pun berminat mendapatkan bunga tersebut dengan berbagai gerakan tetapi tetap saja tidak dapat dengan protes karena didepannya ada cowok dapat dua bunga dan dibelakang ada ibu-ibu mendapatkan sekitar empat bunga.

Acara pun kelar, w pun mencoba menemui Ka Eten di belakang panggung karena tiba-tiba hilang dari panggung dan ketemu lah dengan balutan busana Bu Maria setelah terakhir ketemu tahun 2011 dalam sebuah acara bersama di Ancol.

Setelah bertemu dengan Ka Eten w dan cewek pun beranjak pergi pulang dengan menuruni lift dan menunggu taksi di depan Pullman Hotel.

W pun antar cewek w ke kostannya setelah itu pulang ke rumah dan tiba dirumah pada pukul 22.30.

Akhir kata w cuma bilang, maaf kalau ada kata-kata yang kurang berkenan soal pandangan w soal acara ini kepada panitia yang kebetulan membacanya tapi mungkin ini bisa menjadi masukan untuk acara berikutnya.

Acara ini bagus banget w akui namun yang seperti yang w baca di atas banyak sekali kesalahannya semoga kedepannya tidak terulang lagi.

Upper Room 1705

@Lorcasz

Sabtu, 10 Mei 2014

Bersitegang dengan Staff DPR Korea Emb


Tulisan ini adalah bagian dari rangkaian dari Pekan HAM Korea Utara yang w datangi dan w tulis juga di blog ini.

Ini adalah bagian dari terakhir dan dalam tulisan ini juga w akan bercerita bagaimana wujud dari manusia dengan kewarganegaraan Korea Utara itu .

Di jadwal hanya ada keterangan akan ada penutupan Pekan HAM Korea Utara tapi tidak ada kegiatan di depan Kedutaan Besar DPR Korea dan w baru tahu ketika w kontak salah satu panitia yang w kenal sebagai jurnalis senior yang mengatakan bahwa dalam penutupan itu ada semacam kebulatan tekad dan demo di depan Kedubes Korut.

W menerima jawaban sms tersebut ketika jalan menuju Gallery Cemara persis depan Kedubes Korut, sambil baca w pun bingung sambil melihat ke kiri yaitu gedung Kedubes Korut namun masih sepi.

Akhirnya w pun sampai di Menara Gallery, begitu w sampai pun suasana ruangan tempat parade photo dan kisah tentang bagaimana keberingasan Korea Utara.

Namun ternyata hari itu karena terakhir maka hanya sedikit orang yang melihat pameran tersebut dan beberapa bagian dari pameran ini sudah dibongkar seperti televisi dan piguran berisi gambar karikatur.

Setelah berbincang-bincang akhirnya acara penutupan pun berlangsung dimana diawali dengan kata sambutan dari panitia, support dari acara ini yaitu LIPI dan KontraS.





Kelar kata sambutan maka dilanjutkan dengan pengumuman pemenang dari karya tulis tentang Korea Utara dimana sekitar seratusan karya yang masuk ke panitia tidak hanya dari Indonesia tetapi juga luar negeri seperti Australia dan Taiwan.

Namun panitia menetapkan dua juara yaitu mahasiswa asal Universitas Indonesia dan Universitas Nasional.
Ada yang menarik dan lucu dari kompetisi ini dimana ketika dipanggil dua orang ini (cewek dan cowok) untuk maju ke depan, ternyata panitia tidak menetapkan juara I dan II tetapi harus memilih hadiah yang diberikan panitia.

Hadiah inilah yang membuat dua orang pemenang karya tulis tentang Korea Utara berpikir berkali-kali karena hadiahnya adalah berkeliling ke Korea Selatan dan Smartphone Samsung Galaxy S-5 !

Setelah mengumumkan pemenang karya tulis Korea Utara, maka dilanjutkan dengan pengucapan pesan Jakarta bagian dari Pekan HAM Korut.

Berikut isi dan tampilan dari Pesan Jakarta tentang HAM Korut yang dibacakan dalam dua bahasa, Indonesia dan Korea




Pernyataan Bersama di Jakarta

1. Kita Berkumpul di Jakarta, Indonesia sebuah kota life respect untuk mengingat asas-asas Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia dan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa serta menghormati masyarakat Korea Utara.

2. Yayasan Citizens Alliance for North Korea Human Rights (NKHR), Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) menyelenggarakan sejumlah acara bersama di Jakarta, Indonesia, sebuah kota utama di Asia Tenggara dari tanggal 28 April hingga 2 Mei 2014 untuk meningkatkan kerja sama internasional dan mendalami dengan serius berbagai kasus yang dijabarkan dalam laporan UN Commission of Inquiry, Resolusi PBB oleh Dewan Hak Asasi Manusia PBB ke-25 dan lain-lain.

3. Penyelenggaraan acara yang berjudul “ Korea Utara : Seruan orang-orang yang dirampas suaranya !” ini mencerminkan bukan hanya simpati organisasi penyelenggara, melainkan juga menunjukkan perhatian serta kekhawatiran dari masyarakat Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Pekan Hak Asasi Manusia di Korea Utara bertujuan menyampaikan potret situasi hak asasi manusia di Korea Utara yang memprihatinkan dan menumbuhkan solidaritas untuk berupaya mencari jalan penyelesaian terbaik, baik kepada media dalam dan luar negeri Indonesia, maupun generasi muda serta masyarakat Indonesia secara umum melalui berbagai acara kebudayaan, seperti pameran lukisan, seminar, film, lomba essai, flash mob dan lain-lain.

4. Banyak orang yang mengikuti rangkaian acara tersebut geram terhadap pelanggaran hak asasi manusia di Korea Utara dan mendiskusikan apa yang bisa dilakukan untuk membantu korban. 

Dunia internasional patut menuntut pertanggungjawaban pihak-pihak yang terlibat dalam aksi pelanggaran hak asasi manusia terhadap masyarakat Korea Utara.

5. Tekanan dan tuduhan dunia internasional akan meningkat jika Korea Utara tidak segera memperbaiki kondisi hak asasi manusia dengan tindakan nyata berdasarkan aspirasi dunia internasional.

Dengan ini, kami meminta Pemerintah Korea Utara untuk :

5.1. Menghentikan pelanggaran hak asasi manusia serius yang sistematik dan meluas.

5.2. Menghentikan diskriminasi berdasarkan tingkat sosial, kekerasan terhadap perempuan serta tuna daksa dan lain-lain

5.3. Menghentikan metode guilty-by-association dan perampasan hak hidup di kamp tahanan politik dan tempat penahanan lain.

5.4. Menghentikan perampasan hak kebebasan berpikir, beragama, berekspresi, berkumpul dan hak privasi.

5.5. Menghentikan penculikan yang dilakukan berdasarkan kebijakan negara.

2 Mei 2014

Jakarta, Indonesia

Citizens Alliance for North Korean Human Rights

Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan.


Setelah melakukan Pesan Jakarta, kemudian disambut dengan acara penutupan dari Pekan HAM Korea Utara dan persiapan menuju Kedutaan Korut untuk membacakan pesan tersebut dan menyerahkan kepada staff kedutaan.

Semua barang pun dimasukan kedalam mobil, sambil menunggu para panitia Pekan HAM Korea Utara pun bercengkrama dengan para staff hotel mulai dari photo bersama hingga selfie-an

Pemandangan ini jarang w lihat ketika liputan apapun hingga dalam tahap beres-beres dan di Gallery Cemara.

Setelah kelar beres-beres dan berphoto ria, saatnya berangkat menuju Kedutaan Korea Utara kebetulan w bersama Ka Maria, staff KontraS dan dua pemenang karya tulis dalam sebuah mobil pabrikan AS.

Setidaknya ada tiga mobil secara beriringan menuju Kedutaan Besar Korea Utara, w sendiri jujur sebelum acara ini belum pernah dan bagaimana rupa dari staff kedubes Korut secara negara itu sangat-sangat tertutup.

Dalam iringan ini juga yang membuat menarik dan agak menegangkan adalah terdapat dua staff diplomatic tetangga secara tidak langsung kalau ketahuan maka akan ada tiga negara yang bersinggungan dan bisa berakhir dengan persona non grata.

Namun bayangan itu setidaknya agak memudar dan menegang kembali ketika tiba di depan Kedutaan Besar Korea Utara dimana ketika sampai pintu gerbang kedutaan terbuka dan seorang anak sedang keluar dari halaman kedutaan

Kami pun semua turun, begitu turun maka gerbang kedutaan pun ikut tertutup setelah itu para panitia mempersiapkan segalanya, sementara yang lain mencoba menghubungi kedutaan ini dan menemukan tombol untuk memanggil staff dari dalam untuk keluar

Cukup lama untuk memanggil staff kedutaan Korut untuk keluar, disaat tersebut para panitia ini pun bersama simpatisan dan dua saksi hidup menggelar sedikit demo dengan membentangkan spanduk dalam bahasa Korea dan Indonesia.































Ketika mereka sedang menyuarakan aspirasi tiba-tiba dari pintu kecil, dua orang staff kedutaan Korea Utara wanita dan pria keluar dari pintu kecil tersebut, entah kesal atau tidak tiba-tiba seorang pria staff kedutaan mendorong untuk membubarkan demo tersebut.








Kemudian mencoba merebut spanduk dan beberapa kertas namun bisa diamankan oleh para pendemo, mungkin karena malu atau gimana akhirnya staff pria tersebut bermuka agak Eropa dengan kulit putih pun masuk ke dalam pintu kecil tersebut dan menguncinya.

Sayangnya w tidak merekam adegan tersebut mengingat situasi dan peraturan internasional dalam hal diplomatic tapi w masih bisa mengabadikannya dalam photo itupun w lakukan di seberang gedung tepatnya di Shelter Bus Trans Jakarta.

Sepanjang mereka berdemo pun masyarakat yang melintas pun penasaran bahkan w pun ditanya oleh beberapa tukang ojek menanyakan apa yang terjadi w pun menjelaskan situasi yang terjadi.





Mendapatkan perlakuan tersebut tidak membuat para pendemo gusar justru mereka membacakan pernyataan sikap mereka dalam bahasa Korea, setelah itu mereka kembali memencet tombol panggilan untuk meminta para staff kedutaan untuk keluar menerima surat pernyataan mereka.

Namun sayangnya tombol pemanggil tersebut tidak direspon oleh kedutaan akhirnya para pendemo melemparkan pernyataan dalam amplop cokelat besar menaruhnya di sela-sela pagar depan.

Setelah melemparkan pernyataan tersebut, akhirnya kami berpisah dimana para panitia dari NKHR memasuki mobil yang kami tumpangi untuk beranjak ke Bandara untuk pulang ke Korea Selatan walau jam terbangnya adalah pukul 22.00 dan kegiatan demo tersebut berakhir pukul 15.30

W pun beranjak dari depan Kedutaan Korea Utara untuk kembali ke rumah, w pun bersama ka Maria jalan bersama hingga perempatan lampu merah Jl. Imam Bonjol.

W dan Ka Maria pun berpisah di perempatan Jl. Imam Bonjol dan menaiki bus 213 untuk kembali ke arah selatan sedangkan w naik bus yang sama namun arahnya ke Kampung Melayu.

Dan inilah akhir dari acara Pekan HAM Korea Utara yang w hadiri, terima kasih buat semua pihak termasuk yang baca tulisan-tulisan w soal isu ini semoga lewat tulisan, video dan photo yang w buat paling tidak bisa menyadarkan negeri ini atas apa yang terjadi di sana walau sebenarnya kita sudah punya PELAPOR KHUSUS PBB untuk Korea Utara !

Latuharhary


@Lorcasz

Negara Ga Punya Nurani itu Bernama Korea Utara (Bagian II)


Kalau udah baca tulisan w tentang judul yang sama bagian satu maka ini adalah lanjutan dari acara yang w datangin

Silakan kita lanjutan, jadi acara ini terus berlangsung tapi untuk diskusi w ndak ikut karena pikir w soal kasus ini pasti akan banyak orang berbicara tetapi faktanya tetap berjalan ditempat.

Tapi w memilih untuk melihat Korea Utara dari sisi lain tanpa ada unsur diskusi atau politisasi yaitu nonton film tentang kehidupan warga Korea Utara yang memprihatinkan.

Kembali ke acara akhirnya w sama cwek w pun nonton film tentang Korea Utara yang berjudul Crossing.


Acaranya sendiri mulai pukul 18.30 namun sebelumnya ada pertemuan dengan jajaran Direktur Permuseuman (project kantor) setelah itu jemput cewek di Hoteal Atlet Century karena dia ada acara komunitas dan pekerjaannya.

Setelah ketemu dan jemput akhirnya w ama cewek w pun pergi ke Gallery Cemara di kawasan belakang Sarinah-Thamrin.

Setelah turun di tempat kejadian, karena masih ada waktu w dan cewek w pun duduk di pelataran parkir Gallery Cemara sambil menunggu w pun mengeluarkan laptop untuk pindahin gambar dan video yang belum sempat.

Sementara cewek w pun terima telepon dari salah satu pasien barunya, cukup lama dia berbicara dan w pun memindahkan akhirnya w dan cewek w masuk ke dalam.

Begitu di dalam w pun melihat lagi gambar-gambar yang menjadi ilustrasi kehidupan di sana, karena w pun udah melihat akhirnya w memilih duduk dan cewek w lah yang melihat-lihat cuplikan gambar disana.

Cukup lama w dan cewek w menunggu dan akhirnya pukul 19.00 w naik ke atas untuk melihat film tersebut namun tetap delay.

Setelah lama berkata sambutan dari berbagai pihaknya, akhirnya pelem Crossing sendiri diputar dan jujur w baru tahu kalau ada pelem tentang Korea Utara walau itu yang produksi adalah Korea Selatan.

Jadi ceritanya tentang sebuah keluarga warga negara Korea Utara dengan satu anak, pekerjaan c Bapak yang bernama Kim Yong Soo  adalah pekerja tambang batu bara yang menjadi rutinitas mereka








Bahkan ketika istirahat pun Kim Yong Soo dan teman-teman bermain sepakbola dengan diawasi oleh tentara hingga ada seorang rekannya mengajaknya untuk bergabung untuk sebuah event

Namun dibalik kinerja sang suami tersimpan kehidupan yang menjadi ciri khas dari masyarakat Korea Utara yaitu hidup dalam kesederahaan hingga kekurangan pangan

Ini bisa dibuktikan dengan sebuah adegan ketika keluarga ini sedang memakan beras mereka dalam panci penyimpanan menipis dan tragisnya  adalah ada adegan dimana sang ayah bingung memikirkan bagaimana agar bisa makan tiba-tiba dirinya melihat anjing kecil putih mereka (mirip banget kayak guguk piaran dirumah w, Nobel) dan tiba-tiba adegan itu hilang dan muncul pagi hari dimana mereka bertiga makan dengan lahap

Walau sang anak bernama Kim Joon menyadari ketika makan dirinya tidak mendengar gonggongan sang anjing berlari ke kandang dan melihat tidak ada namun itu membuat sang ayah marah besar dan dia sadar daging apa yang dia makan lantas dimuntahkannya.

Sang istri, Yong Soo ternyata terkena diagnosa penyakit TBC akut dan harus diberikan obat, nah masalahnya ada obat itu tidak ada di negeri itu satu-satunya cara adalah berangkat ke Tiongkok dan itu tidak mungkin terjadi.




Sementara itu kolega c Kim Yong Soo yang anggota partai suatu ketika mengobrol dan memberikan sebuah buku yang ternyata Alkitab sambil mengobrol dan minum alcohol buatan AS, si kolega ini berbicara kalau buku yang dipegang itu adalah buku tentang kehidupan.

Namun naasnya, nasib si kolega nya ini harus kandas dan masuk dalam kamp tahanan politik yang kejam dikarenakan ada tuduhan menyebarkan agama nasrani yang jelas-jelas dilarang dan terbukti dimana dalam adegan tersebut seorang tentara dengan bayonet di depan senapannya tiba-tiba menghunuskan ke bagian platform rumah dan runtuhnya puluhan Alkitab jenis kecil.

Kenapa tidak mungkin terjadi karena Tiongkok dan Korea Utara adalah sahabat baik namun sisi negative adalah para penduduk Korea Utara banyak kabur ke Tiongkok dan bekerja jika tertangkap oleh Biro Keamanan dan Politik Tiongkok maka warga yang kabur ini tidak segan-segan untuk merampas uang dan segala yang dimiliki oleh warga yang kabur dan langsung mengembalikan mereka ke korut dan sampai di korut maka siksaan akan menyambut mereka bahkan lebih sadis.

Dan itu tidak pandang apakah pria atau wanita, bahkan wanita hamil pun mereka akan dengan senang hati menyiksanya.

Kembali ke film, disaat kegalauan terjadi akhirnya diputuskan lah si Kim Yong Soo untuk ke Tiongkok dengan menyebrang sungai perbatasan namun ketika menyebrang dirinya melihat ada sesosok mayat ngambang dengan sedikit teriak ternyata selain mayat ada juga pria tua namun sang pria tua ini ketahuan oleh petugas perbatasan sementara si bapak lolos dengan sembunyi di semak-semak yang tidak terlihat.

Setelah aman, barulah dirinya bisa menyeberang ke Tiongkok dan bekerja pada sebuah pabrik pengelolaan kayu dirinya bekerja sebagai kuli angkut, ditengah ketenangan dan berusaha untuk membeli obat dari upah yang didapat ternyata ada patroli mendadak oleh pihak biro keamanan dan politik Tiongkok.

Kejar-mengejar pun tidak terelakan, c Kim Yong Soo bersama dengan teman-teman seperjuangannya bisa menghindar dan bersembunyi walau harus kehilangan tas yang berisi uang hasil jerih payahnya selama ini.

Disaat bersembunyi tiba-tiba ada seorang pria yang memanggil mereka dan menyatakan bisa membantu mereka sejahtera, karena mereka percaya akhirnya si Kim Yong Soo dan teman-temannya mengikuti apa yang dilakukan oleh sang pria yang ternyata penggiat HAM

Mereka dibawa ke pusat kota dengan segala kemewahan yang selama ini mereka tidak pernah lihat di negaranya, mereka sempat makan sate yang ada di pinggir jalan.

Akhirnya aksi mereka ini pun terlaksana dimana Kim Yong Soo dan koleganya dibawa dalam sebuah mobil ketika berada di depan Kantor Kedutaan Besar Jerman seperti dalam satu komando begitu pintu mobil dibuka dan pintu gerbang kedutaan dibuka maka mereka langsung berlarian menuju dalam dan membuat panic semua pihak terutama keamanan kedutaan.

Dengan segala upaya termasuk menyelamatkan seorang ibu dan anaknya yang hampir diseret oleh pihak kedutaan keluar areal gedung dan pihak kepolisian Tiongkok siap menyambut maka sang ibu pun dapat dibawa masuk kembali ke dalam areal kedutaan dan pihak Tiongkok Cuma bisa gigit jari.

Sambil menunggu aman pun, para pelarian korea utara ini pun masuk dengan cepat ke dalam mobil beriringan menuju bandara ke Korea Selatan dengan segala identitas baru.

Setelah sampai di Korea Selatan, KimYong Soo pun bekerja disebuah restoran dan terus mencari obat untuk sang istri ketika berada disebuah klinik dan memberikan secarik kertas lantas si petugas klinik mengatakan bahwa untuk obat TBC disediakan gratis.

Begitu mendengar kata gratis, Kim Yong Soo langsung bertanya dengan semangat dimana bisa mendapatkan itu, lantas si petugas klinik memberikan arah jalannya.

Hari demi hari Kim Yong Soo memberikan obat TBC tersebut dalam bentuk tabung besar dan menaruhnya di meja dekat tempat tidur begitu juga dengan bola serta sepatu bola untuk sang anak.

Namun di Korea Utara sendiri, sang istri harus meregang nyawa karena tidak adanya pasokan makanan dan bertambah berat batuknya dan meninggal dalam kesendirian karena Joon yang sedang sekolah.

Begitu Joon pulang dirinya bingung kenapa banyak orang dan tentara ternyata tetangganya memberitahu kalau ibunya sudah tiadanya.

Karena Korea Utara itu tertutup maka untuk mengangkut jenazah pun menggunakan truk tronton tentara begitu dimasukan ke dalam Joon baru sadar dan menangis sekencang-kencangnya dan mengejar truk yang mengangkut jenazah sang ibu hingga tidak bisa dikejar karena dirinya ingat dengan janji sang bapak untuk meminta sang anak menjaga ibunya namun janji itu tidak bisa dijalankan penuh.

Karena tidak punya siapa-siapa lagi maka Joon pun ke sekolah dengan biasanya namun suatu hari ketika pulang dirinya mendapati kalau isinya rumahnya kosong yang ternyata sudah dijual oleh tetangganya.

Uang hasil penjualan isi rumah diberikan kepada Joon, dan mulai lah Joon berkelana tanpa arah karena tidak ada lagi yang bisa dia berlindung.

hingga suatu saat dirinya tertangkap oleh tentara perbatasan dikarenakan mencoba kabur menuju Tiongkok untuk mencari sang ayah bersama teman perempuan, Mi-Seon anak dari teman bapaknya.

Ketika tertangkap maka dimulainya bagaimana kehidupan kamp politik Korea Utara dimana anak-anak harus bekerja memecah batu menjadi kecil-kecil.

Karena keterbatasan akses kesehatan makan teman perempuan Joon, Mi-Seon pun menderita sakit kulit atas dasar rekomendasi temannya untuk menyembuhkan itu adalah dengan kulit tikus yang ditempel maka dicari lah tikus dan dapat kemudian dikuliti setelah itu ditempelkan ke pundak teman perempuannya.

Namun sayangnya bukannya sembuh yang didapat melainkan tumbuhnya belakung di dalam pundaknya dan berakhir dengan kematian ketika dua anak ini mencoba sepeda prajurit Korea Utara yang meminta sang anak untuk membersihkannya, Mi Seon pun terjauh dari sepeda.

Sementara di Korea Selatan Kim Yong Soo pun terus menghubungi koleganya untuk memantau sang anak serta istri namun ketika berada di stasiun dan menerima telepon kaget lah dirinya bahwa ada kabar sang anak di penjara politik Korut dan sang istri meninggal

Sontak dirinya frustasi sampai rumah dan kembali bertanya kepada orang yang memberikan tempat tinggal dan membantu mengeluarkan dari Korut dengan memaki apa gunanya hidup ini.

Setelah Joon keluar dari penjara kamp politik dan diseberangkan ke perbatasan tentunya dengan praktek suap maka Joon pun tiba di perbatasan Tiongkok dan dibantu oleh seorang broker.

Singkat cerita Joon pun berhasil keluar dari pantauan Biro Keamanan dan politik Tiongkok dan broker pun menyebrangkan sang anak dengan tulisan “ antarkan saya ke Kedutaan Korea Selatan untuk bertemu dengan ayah saya” dileher ke pintu masuk gurun gobi menuju Mongolia.

Berhari-hari berjalan di gurun gobi dengan udara panas dan angin kencang pada malam hari akhirnya Joon pun meninggal dunia dan Kim Yong Soo pun hanya bisa meratapi karena ketika berangkat menuju Mongolia tertahan karena dalam tasnya banyak sekali tablet obat TBC.

Bagi w film ini ada sebagai representative dari kehidupan yang ada di Korea Utara walau yang buat itu adalah sineas Korea Selatan tapi dengan keadaan yang kita tahu lewat film ini kita menjadi tahu.

Bagaimana beringasnya para prajurit ini melihat dengan hina warga korea utara yang bermasalah terutama para wanita dengan mudahnya mereka memperkosa secara beramai-ramai sampi memukul berdarah-darah.

Bahkan untuk aborsi pun mereka punya cara tersendiri dimana perempuan yang hamil diperintahkan untuk telentang kemudian menyuruh dua orang pria dibawah todongan senapan membawa dan meletakkan sebidang kayu kayak model papan skateboard di atas perut wanita hamil tersebut daaann.. dua pria ini dibawah todongan senapan melakukan kegiatan “jungkat-jangkit” (bisa dibayangkan kan bagaimana kejamnya)

Kelar pemutaran, diadakan tanya jawab seputar film dan kondisi terakhir di Korea Utara kebetulan dalam pekan HAM ini hadir dua orang saksi mata bagaimana kekejaman yang dilakukan oleh para prajurit Korut
.
Kelar tanya-jawab maka dilanjutkan dengan ramah tamah dengan kudapan kue snack, w pun ngobrol dengan beberapa tamu yang w kenal seperti perwakilan dari PBB dan panitia yang juga wartawan senior yaitu ka Maria bahkan w kepengen bisa mendapatkan copy film tersebut.

Setelah ramah-tamah akhirnya w dan cewek w pun keluar dari Gallery Cemara menuju ke jalan Wahid Hasyim depan Hotel Cemara untuk mencari taksi pulang.

Stelah mendapatkan taksi akhirnya w menuju ke kostan cwek w untuk mengantarkan pulang dan selanjutnya menuju Bekasi tempat tinggal w.


Demikian Pekan HAM Korea Utara yang w hadiri mau tau bagaimana aksi para penggiat ini di depan Kedutaan Besar Korea Utara bahkan bergesekan dengan para staff kedutaan ? nantikan yaa !

Gallery Cemara


@Lorcasz